Satu Jam Penyelam Gayo Cari Korban Tenggelam di Lut Tawar

oleh
Mobilisasi peralatan ke lokasi tenggelamnya korban

Catatan Khalisuddin

[highlight][/highlight] “Bang, ada orang tenggelam di Danau Lut Tawar, abang bisa antar kami kesana”, begitu panggilan telepon yang saya terima dari Usmar Effendi alias Fefen, anggota Gayo Diving Club (GDC), sekira pukul 14.30 Wib, Minggu 21 Juli 2013.

Persiapan alat selam SCUBA di sekretariat GDC Tan Saril
Persiapan alat selam SCUBA di sekretariat GDC Tan Saril

Mobil pinjaman dari orangtuaku yang selama berbulan jadi sarana mobilitasku sedang dibersihkan oleh seorang pekerja doorsmeer di Pegasing. Kuminta izin batal, memberi sedikit imbalan dan segera meluncur ke markas GDC di kediaman si bujang Fefen di Tan Saril Takengon.

Di tempat itu, seperangkat alat yang dikenalkan padaku sebagai SCUBA (Self Contained Underwater Breathing Apparatus) dipersiapkan oleh beberapa anggota GDC dikomandoi Munawardi dan Fefen.

“Peralatan ini mesti selalu siap dan aman saat pakai,” demikian kata Munawardi beberapa waktu lalu dihadapanku kepada anggota Tim yang dibinanya sejak 2006 silam. Munawardi kukenal sangat disiplin dan telaten dengan peralatan.

Sesaat berlalu, semuanya bergegas dan sudah dalam mobil. Seorang ibu turut melepas kepergian kami. Dia Inen Fadilah, ibu dari Munawardi dan Mude Angkasa yang baru saja beberapa jam tiba di Takengon pulang dari Jakarta untuk keperluan menimba ilmu.

Dimataku ibu ini ibu yang tegar, dia solo fighter membesarkan anak-anaknya sejak ditinggal suaminya, M. Amin K yang pernah menjadi guru favoritku di MTsN 1 Takengon. Ah, dia ikhlas sekali melepas dua anaknya akan mencari korban tenggelam di Danau yang dikenal banyak memakan korban. Ibu saya pasti takkan kuat seperti dia.

Lain halnya dengan Fefen dan Winara, tidak ada yang melepas keduanya kemanapun pergi, masih membujang dan keduanya yatim piatu, sejak lama hidup mandiri.

Mobil bergerak, dan sempat saya lirik wajah ibu itu, tergurat bangga. Nyaris tidak ada kekhawatiran terhadap anak-anaknya akan berhadapan dengan kegarangan alam, dingin dan dalamnya danau Lut Tawar. Belum lagi akan melihat mayat yang bagi orang awam mengerikan, di dalam air lagi.

Mobilisasi peralatan ke lokasi tenggelamnya korban
Mobilisasi peralatan ke lokasi tenggelamnya korban

Sambil menyetir, lampu utama depan mobil saya hidupkan, tak lupa lampu kedap-kedipnya. Ya sebagai upaya minimal mengurangi resiko kecelakaan lalulintas karena kami buru-buru. “Mestinya ada sirenenya ya bang seperti mobil polisi atau ambulance,” cetus Munawardi.

Tak lebih setengah jam, kami tiba di lokasi tenggelamnya Nasaruddin (40) kawasan Pukes Kecamatan Kebayakan. Korban adalah seorang warga Belang Kolak Dua Takengon yang tenggelam saat memancing bersama saudara kandungnya Abdullah.

Suara sesungukan terdengar dari sejumlah perempuan dan anak-anak ditepi danau tersebut. Mereka keluarga dan anak-anak Nasiruddin yang berjumlah 5 orang. Dan tim GDC segera menyiapkan alat selam Scuba. Mereka Munawardi, Fefen, Safwan, Mude Angkasa, Winara, Iwan, Irham dan setelah penyelaman pertama dimulai muncul Win Radot, anak bungsu penyelam legendaris di Gayo, Radot.

Hampir satu jam berlalu, orang semakin ramai dilokasi tenggelamnya Nasaruddin. Ada polisi, Badan Penanggulan Bencana Daerah (BPNB) Aceh Tengah, Radio Antar Penduduk Indonesia (RAPI), Palang Merah Indonesia (PMI) dan tentu beberapa awak media.GDC siap3

Jasad korban kemudian ditemukan. “Saya lihat kaki korban,” kata Syafwan. Deru isak tangis keluarga Nasaruddin yang dianugerahi 5 orang anak semakin ramai. Jasad itu dinaikkan ke boat nelayan warna kuning yang dikelola pemilik lokasi wisata gua (Loyang) Koro. Perlahan merapat kedarat dan disambut petugas PMI dengan perlengkapan tandu dan pembungkus mayat.

“Amatan saya dari kondisi korban saat ditemukan, korban telah berusaha maksimal untuk selamatkan diri. Karena berpuasa dia kehilangan tenaga,” ujar Munawardi sambil mengingatkan agar menuruti anjuran Rasulullah untuk belajar berenang.

Dan tugas yang diperintah hati nurani awak GDC pun usai. Mereka segera berkemas. Dengan sigap mereka rapikan alat selam Scuba dan menaikkannya ke mobil untuk dibawa pulang.

Tentu kita sepakat, jiwa patriot dibutuhkan untuk tangani kondisi ini. Lagian masih langka dan berbilang yang bisa dan mau menyelam kedalam danau yang konon berpenghuni makhluk halus Lembide dan Peteri Ijo tersebut. Penilaianku, semua anggota GDC berjiwa rendah hati dan tak banyak omong soal apa yang mereka lakukan untuk orang lain.

GDC Siap5
Keluarga Nasaruddin menunggu hasil pencarian

Namun kerap terdengar keluhan mereka, minim fasilitas, tidak punya lokasi resmi untuk berlatih, dan yang menjengkelkan adalah kelakuan Pengurus Olahraga Selam Seluruh Indonesia (POSSI) Aceh Tengah yang harusnya tempat bernaung mereka selaku induk olahraga selam. POSSI Aceh Tengah dan GDC ibarat “lebih tua anak ketimbang ibu”.

Kerap juga mengganggu aktivitas mereka, adanya pernyataan publik bahwa mereka adalah bagian dari Tim SAR (Search And Rescue) Aceh Tengah saat melakukan pencarian dan evakuasi korban tenggelam di Danau Lut Tawar atau di beberapa sungai di Aceh Tengah dan Bener Meriah.

“Kami tidak pernah merasa sebagai bagian dari Tim SAR Aceh Tengah yang katanya ada SK yang jelas. Kami relawan dalam tugas search and rescue. Bukan sebagai Tim SAR dalam tatanan resmi,” kata Munawardi.

Kalaupun diminta bergabung, menurut rekan Munawardi, Usmar Effendi, bubarkan dulu yang ada sekarang. “Sejauh ini omong kosong saja dan kesannya sangat mementingkan individu. Kami siap gabung di Tim SAR Aceh Tengah, tapi pengurusnya yang lain lah,” kata Usmar Effendi.

Saat menerima anugerah Takengon Award I, 17 Februari 2013 lalu
Saat menerima anugerah Takengon Award I, 17 Februari 2013 lalu

Pun dengan segala keprihatinan minimnya perhatian, sebuah pengakuan dalam bentuk pernghargaan sudah mereka terima dari Pemerintah setempat melalui Dinas Kebudayaan Pariwisata Pemuda dan Olahraga melalui ajang Takengon Award I yang digelar berbarengan dengan peringatan hari jadi Kota Takengon ke-436, 17 Februari 2013 lalu.

Tim GDC diberi reward sebagai salah satu penerima dari 17 kategori Takengon Award. Selamat dan teruslah berkarya. Harapkan nilai Ikhlas dari sang Pencipta, bukan pengakuan dari manusia yang punya kecenderungan bersikap mencari kekurangan sesamanya.[]

Comments

comments

No More Posts Available.

No more pages to load.