Uring; Kampung Unik, Kisah Mistik dengan Gula Aren Terbaik

oleh
Desa Uring Kecamatan Pining.(LGco-Tarina)
  • Supri Ariu
Kampung Uring Gayo Lues
Kampung Uring Gayo Lues

KAMPUNG kedua yang dijumpai setelah melewati tanjakan jalan Blangkejeren-Pining dan puncak kawasan wisata Genting adalah Uring yang masuk dalam Kecamatan Pining. Sekitar 23 Km dari Blangkejeren setelah melewati Kampung Gajah.

Di mata warga Gayo Lues umumnya, desa yang baru beberapa tahun ini menikmati listrik ini dinilai punya keunikan dan cenderung menyimpan misteri.

Dalam kepercayaan penduduk Uring bahwa orang yang berdarah Uring dilarang keras memakan daging hewan “noang” (sejenis Kijang, Gayo:red). Bukan hanya penduduk Uring saja yang tahu itu, tapi hampir seluruh masyarakat pelosok di Gayo Lues tahu tentang tentang pantangan itu.

Konon, dulu kala seorang laki-laki yang disebut-sebut sebagai moyang masyarakat Uring pernah menderita penyakit kulit berupa gatal-gatal yang luar biasa. Tidak jelas apa penyebabnya, namun penyakit itu di derita dalam waktu yang sangat lama. Berbagai macam obat dan penawar tidak mampu mengobatinya. Dia pasrah menerima nasib.

Hingga suatu hari, dia tertidur di ladang. Begitu pulasnya dia tidur sampai tidak menyadari kehadiran seekor Noang (kambing hutan-red) dan menjilati kulit tubuhnya yang menderita sakit gatal.

Entah dari mana asalnya noang tersebut, namun semua kulit manusia itu yang sebelumnya alergi mendadak sembuh total dan terbangun dan melihat seekor Noang ada disampingnya dan menyaksikan derita gatal di kulitnya telah sembuh tanpa bekas.

Semenjak itu, sebagai wujud terimakasih dan rasa syukurnya dia berjanji tidak akan memburu Noang dan tidak akan mengkonsumsi dagingnya. Dia juga beramanah kepada anak cucunya agar tidak memburu Noang apa lagi memakannya.

Jika suatu saat ini ada manusia berdarah Uring yang melanggarnya, maka penyakit alergi akan kembali datang kepada siapa saja yang memakan daging noang sebagai hukuman dari kesalahannya.

Keunikan lainnya, di Uring terdapat sebuah kuburan yang panjangnya sekitar 5 meter. Konon, kuburan itu merupakan orang pertama yang menetap di Uring dan juga merupakan keluarga dari Datu Pining yang kesohor di kalangan masyarakat Gayo umumnya.

Satu lagi yang membuat Uring menjadi misteri adalah tentang Atu Gegur (batu gegur, Gayo : red). Masyarakat setempat mengaku, Atu Gegur tersebut berada diatas gunung Uring, sekitar 2 kilometer dari pemukiman warga. Dan penduduk percaya, ketika Atu Gegur bersuara, dengan suara seperti mengaung, warga percaya itu sebagai pertanda bahwa Uring akan ditimpa musibah.

Penulis sendiri, selaku generasi berdarah Uring belum pernah mendengar atau melihat langsung batu tersebut, tapi ketika ditanya ke semua warga, jawabannya tetap sama, mereka percaya cerita mistis Atu Gegur.

Dibalik cerita misterinya itu, penduduk Uring adalah penduduk yang ramah. Mereka sangat senang ketika ada tamu dari luar yang datang untuk singgah. Walau sebenarnya merepotkan, anak-anak hingga orang-orang tua yang tidak terlalu faham bahasa Indonesia rela diajak bercerita sebisanya dengan tamu yang tidak mengerti bahasa Gayo sekalipun.

Berkunjung ke kampung Uring akan berhadapan dengan warga yang bicara blak-blakan apa adanya. Anak-anak menggantung ketepel di leher, dan sebagian lagi menaruh karet gelang di lengan. Ini dia pemandangan sehari-hari di kampung “Uring” itu.

Perkampungan itu berada di bawah jalan raya di kaki gunung Kemal atau masyarakat menyebutnya bukit Kemal yang dihuni hampir 200 kepala keluarga. Kalau ditatap dari jauh persis miniatur perkampungan saja. Sebagian besar aktifitas masyarakat Kampung Uring rata-rata petani, malah tidak ada penghuninya yang bekerja sebagai pegawai negeri atau swasta layaknya perkampungan lainnya di Aceh.

Jangan bertanya merek handphone pada masyarakat Uring. Sebab, mereka tidak menggunakan HP lantaran selain tidak ada sinyal, juga ketersediaan listrik yang terbatas. Suplai listrik cuma cukup untuk memenuhi kebutuhan penerangan rumah saja, lantaran listrik masih menggunakan tenaga surya.

Petani kampung ini kebanyakan memilih menanam Sere, kemiri, dan Polang (bahan baku untuk membuat gula aren). Di kampung inipun yang terkenal adalah Gula Uring, karena keaslian citarasa nya, juga ukuran gula tercetak juga lebih besar ketimbang produk kampung lain di Gayo Lues. Itu pula gula yang dipertahankan masyarakat Uring sebagai Gula Aren terbaik di Aceh.

Dalam memainkan Saman, jangan ditanya, kaum Adam dari anak-anak hingga manula bisa memainkan Saman.

Uring pernah dikenal sebagai kampung ganja, persis seperti sebuah kampung di depannya yang bernama Pining. Dulu, mereka menanam ganja persis seperti orang berkebun sayur-mayur. Bahkan, menurut warga setempat, walau tidak ditanam pun, ganja tumbuh dengan sendirinya di lembah kawasan itu.

Ganja mulai menghilang dari kampung itu sejak beberapa tahun lalu, ketika harga Sere melambung di pasaran. Masyarakat Uring pun mengganti ganja dengan tanaman Sere. Maklum, ketika itu, kesulitan pemasaran dan resiko berhadapan dengan penegak hukum membuat harga ganja melorot drastis.

Ketika ganja masih berjaya di Uring, jangan kaget jika anda dijamu dengan sayur bening pucuk ganja sebagai teman nasi di kala makan siang atau makan malam. Dimasak bersama dengan labu jipang, sayur ganja disajikan bersama dengan sambal terasi bercampur empan (andaliman-red).

Dalam sejarah Uring, hanya beberapa saja yang berstatus mahasiswa dan bergelar sarjana. Mungkin karena Sumber Daya Alam (SDA) yang bisa dikelola menjadi sumber ekonomi warganya selain bertani di sawah hanya sebagai penderes air nira dan beternak sehingga sulit untuk membiayai pendidikan ke luar kampung Uring.

Sebenarnya, Uring sangat kaya SDA, aliran sungainya sangat potensial sebagai tenaga listrik minihidro. Selain itu juga potensi pertambangan mineralisasi galena (PbS) atau timah terdapat di sungai Uring. Bila potensi timah hitam ini bisa dieksploitasi maka Uring akan menjadi salahsatu pusat pertambangan di Gayo Lues, Timah hitam banyak digunakan dalam berbagai fungsi seperti campuran baja, paduan besi (alloys), bahan pencampur perak, pigment glazes, semikonduktor, baterai, dan grafit.

Sebelum potensi tambang ini digarap, sangat berharap dengan dibukanya akses jalan beraspal mulus tembus ke Lokop Serbejadi Aceh Timur akan meningkatkan taraf hidup warga Uring bersinerji dengan semakin ramainya pengguna jalan yang melintas.[]

 

Comments

comments

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

No More Posts Available.

No more pages to load.