Oleh: Husaini Muzakir Algayoni*
“Mengembalikan Kejayaan Aceh dengan Sebutan Serambi Mekkah Dan menjaga perdamain dengan persatuan dalam lingkaran Syari’at Islam pasca konflik berkepanjangan”.
PADA tanggal 15 Agustus 2005 merupakan anugerah yang diberikan Allah SWT kepada seluruh rakyat Aceh, nikmat perdamian yang dirasakan seluruh rakyat Aceh merupakan nikmat yang tak terhingga nilainya.
Pemerintah Republik Indonesia dan Gerakan Aceh Merdeka (GAM) menegaskan komitmen mereka untuk menyelesaian konflik aceh secara damai, karena dengan damai inilah mereka yakin bahwa pembangunan kembali Aceh pascaTsunami tanggal 26 Desember 2004 dapat mencapai kemajuan dan keberhasilan di bumi “serambi mekkah” ini.
Pascakonflik yang melanda Aceh dan delapan tahun sudah berlalu pasca tsunami Aceh terus berbenah diri, seperti penegakan syari’at islam dan membangun sarana prasarana yang megah seperti, Museum Tsunami, kapal apung yang kini menjadi tempat wisata, sekolah-sekolah, perumahan dan banyak hal lagi yang membuat aceh menjadi salah satu tujuan wisata favorit para wisatawan asing maupun wisatawan lokal.
Bahwa, sebelum menghembuskan nafas terakhirnya, Tgk Muhammad Hasan Ditiro berwasiat kepada masyarakat Aceh, “untuk tetap berjuang dan melanjutkan perdamaian Aceh”, dan berharap agar damai yang sudah bersemi dibumi Iskandar Muda ini terus dirawat”. Oleh karena itu kita semua bertanggung jawab untuk menjaga perdamaian ini…
Tapi akhir-akhir ini aceh terus disudutkan oleh orang-orang luar yang tidak senang dengan keberhasilan dan kedamaian Aceh, mereka berusaha menghancurkan kedamaian Aceh dengan media-media yang menyudutkan nama Aceh dimata nasional maupun Internasional maupun dengan doktrin-doktrin yang menyesatkan sehingga generasi Aceh jauh dari ajaran Islam. Salah satu isu yang mereka angkat adalah tentang Penegakan Syari’at Islam. Para-para aktivis HAM terus memprovokasi dengan alasan melanggar HAM dan kebebasan individu dan para-para pejabat pusat kurang mendukung dengan penegakan Syari’at Islam di Aceh dengan alasan Bangsa ini bukan negeri Islam tapi bangsa ini menganut paham demokrasi.
Aceh salah satu daerah otonom yang mempunyai keistimewan dibandingkan dengan daerah lain, aceh mempunyai UUPA (Undang-undang Pemerintahan Aceh), mempunyai partai lokal dan syari’at islam yang merupakan identitas dari Aceh itu sendiri. Oleh karena itu, jika para pemimpin di Aceh ini berani dan berkomitmen melaksanakan Syari’at Islam secara kaffah maka mereka-meraka yang mengkritik akan diam seribu bahasa dengan ketegasan para pemimpin.
Dulu Aceh, mempunyai seorang pahlawan dan pejuang yang mempunyai Ketegasan dan watak keras sehingga dia ditakuti oleh para penjajah barat bahkan dia adalah sang penakluk wilayah siapa lagi kalau bukan Sultan Iskandar Muda.
Kegemilangan Iskandar Muda di abad 17 tak dapat diragukan begitu saja, banyak bukti baik berupa dokumen maupun buku penjelajah Eropa menggambarkan keagungannya, namun dibalik semua itu Iskandar Muda juga digambarkan sebagai tokoh antagonis.
Pada masa sultan Iskandar Muda berkuasa Aceh dijuluki “Serambi Mekkah” karena masyarakatnya religious yang sangat mengenal nilai-nilai agama, syari’at Islam menjadi bagian yang tak terpisahkan dari pengalaman hidup sehari-hari.
Denys Lombat, seorang sejarawan Perancis melukiskan wajah Aceh pada zaman Iskandar Muda sudah berjalan dengan baik, meliputi tertibnya administrasi keuangan dalam negeri, adanya perundang-undangan dan tata pemerintahan yang teratur, memiliki angkatan bersenjata, memiliki komitmen dibidang politik perdagangan dalam negeri dan antar Negara lain, memiliki hubungan diplomatik dengan Negara asing, memiliki mata uang sendiri. Serta Aceh Memiliki kebudayaan yang bernafaskan Islam, kesenian dan kesustraan dan Iskandar Muda sendiri sebagai seorang sultan yang agung dan berwibawa serta bijaksana dan kerajaan Aceh Darussalam merupakan salah satu Negara Islam yang memiliki peradaban dan dikenal didunia.
Setelah 367 tahun berlalu dari meninggalnya sultan Iskandar Muda, Aceh sudah terlalu jauh mundur dari yang diwariskan sang sultan, apa yang sudah kita lakukan untuk bumi serambi mekkah ini?… cukupkah dengan berbangga hati atas kegemilangan masa silam ini, kemana perginya Aceh yang kosmopolit seperti ketika pasa sultan Iskandar Muda.
Sekarang adalah kesempatan Aceh untuk mengembalikan kejayaan Aceh dengan sebutan serambi mekkah dan membangun pemerintahah aceh dengan bernafaskan Islam setelah beberapa tahun aceh dilanda konflik berkepanjangan, semoga para pemimpin-pemimpin kita menunjukkan komitmennya untuk membawa rakyat aceh kepada kedamaian dalam bingkai Syari’at islam.
Hanya dengan bernafaskan Islam, Aceh ini bisa jaya dan damai. Seperti masa sultan Iskandar Muda dulu. Karena dengan agama Islam ini lah kita bisa damai dan mempersatukan seluruh daerah yang ada di Aceh ini. Sebagaimana firman Allah swt:
(“berpegang teguhlah kamu semuanya kepada tali agama Allah dan janganlah kamu berpecah belah”).
Dari ayat tersebut kita dapat mengambil pelajaran, bahwasannya umat Islam ini khususnya bumi serambi mekkah ini akan bisa bersatu jika setiap orang berpegang teguh dengan tali (agama) Allah. Kita bersatu karena agama dan untuk menegakkan agama.
Bumi serambi mekkah ini sekarang dalam keadaan tenang dan damai tapi dengan kedamaian ini ada orang-orang yang ingin menghancurkan Aceh ini dengan melalui isu-isu kekerasan terhadap seseorang melalui penegakan syari’at Islam, mereka berusaha menghancurkan Aceh ini dengan mengatasnamakan HAM, musuh kita sangat kuat dan untuk menghadapi kita tidak bisa sendiri-sendiri, dibutuhkan kekuatan yang besar. Dan ini akan kita peroleh manakala seluruh Rakyat Aceh bersatu padu dalam menghadapi mereka. Persatuan umat sering dikumandangkan dan didengung-dengungkan dimana-mana, tapi kita belum dapat menikmati persatuan itu.
Misalnya, jika para-para pemimpin kita hanya berperang dan merebut kekuasaan dan kedudukan. Akibatnya kita umat Islam ini saling benci-membenci, persaudaraan lenyap dan pada akhirnya kita tidak layak menghadapi lawan. Itulah akibat kita tidak mematuhi firman Allah swt yang terdapat dalam Al-qur’an surat Al-Anfal ayat: 46.
“Dan taatlah kamu sekalian kepada Allah dan Rasul-Nya dan janganlah kamu berbantah-bantahan, yang menyebabkan kamu menjadi gentar dan hilang kekuatanmu dan bersabarlah, sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar.
Kenapa, kita seluruh rakyat Aceh yang satu Tuhan, satu kitab dan satu kiblat tidak bisa mewujudkan kesatuan bahasa dan suara?
Dalam akhir tulisan saya ini, marilah kita seluruh rakyat Aceh untuk menjaga perdamain ini dengan persatuan dan kesatuan dalam bingkai penegakan syari’at Islam dan mengembalikan kejayaan Aceh dengan sebutan serambi mekkah. Kembali kepada tauhid, kembali kepada aqidah yang menjadi titik tolak dalam menegakkan jama’ah dan umat.(delungtue26[at]yahoo.co.id)
*Peminat Politik dan Pendidikan