Menghargai yang Sering Terlupakan

oleh

Catatan Mahbub Fauzie (Pemerhati Sosial Kemasyarakatan)

Berterima kasih adalah satu perkara sederhana, namun maknanya sangat dalam. Sering kali kita lupa bahwa banyak hal yang kita nikmati setiap hari adalah hasil kerja orang-orang yang jarang disebut, jarang dipuji, bahkan kerap dipandang sebelah mata.

Mereka adalah para petugas kebersihan kota, tukang angkut sampah, cleaning service di rumah sakit atau puskesmas, petugas terminal, penyapu jalan, serta banyak lagi profesi yang bekerja sunyi tetapi sangat berarti.

Kita berjalan di trotoar yang bersih, duduk di ruang tunggu rumah sakit yang rapi, beraktivitas di pasar yang tertata, atau tinggal di lingkungan yang nyaman. Semua itu tidak terjadi dengan sendirinya.

Ada tangan-tangan yang bekerja sebelum fajar menyingsing, ada punggung yang menunduk lama, ada peluh yang jatuh tanpa banyak keluhan. Namun, betapa sering kita melewati mereka tanpa sekadar menyapa, apalagi mengucapkan terima kasih.

Ironisnya, sering kali justru kita yang menjadi penyebab masalah. Kita membuang sampah sembarangan, tidak menjaga kebersihan fasilitas umum, meninggalkan sisa makanan atau minuman sembarangan.

Ketika lingkungan menjadi kotor, suara kita paling keras protesnya. Kita cepat sekali menunjuk dan menyalahkan: “Petugasnya tidak bekerja!” Bahkan lebih jauh, kita memotret, merekam, lalu memviralkan. Seolah kitalah pihak yang paling peduli, paling benar, paling bersih.

Padahal, kotor yang kita lihat itu mungkin berasal dari kebiasaan kita sendiri. Dan fitnah publik yang timbul bisa mencederai mereka yang selama ini bekerja diam-diam untuk kebaikan kita semua.

Di titik ini, kita perlu mengembalikan kesadaran: menjaga kebersihan adalah tanggung jawab bersama, bukan tanggung jawab sepihak. Petugas kebersihan bukanlah pembersih kesalahan masyarakat, tetapi mitra untuk menjaga lingkungan tetap sehat dan nyaman.

Maka, mari kita belajar menghargai. Tidak perlu dengan penghargaan besar atau upacara resmi. Cukup dengan sikap sederhana:

Tidak membuang sampah sembarangan.
Menjaga fasilitas umum sebagaimana kita menjaga rumah sendiri. Tidak menyalahkan sebelum bercermin pada diri.
Dan yang paling sederhana: mengucapkan terima kasih.

Terima kasih kepada bapak tukang sampah yang datang setiap pagi tanpa keluhan.
Terima kasih kepada ibu cleaning service yang membersihkan ruang-ruang publik dengan sabar. Terima kasih kepada penyapu jalan yang bekerja saat kota masih terlelap.

Mereka tidak meminta pujian. Tetapi bukan berarti kita berhak untuk pura-pura tidak melihat.

Mengucapkan terima kasih bukan hanya sopan santun. Itu adalah pengakuan bahwa kebaikan tidak pernah berdiri sendiri. Bahwa hidup kita berjalan karena ada orang lain yang terus berbuat meski tanpa nama dan tanpa tepuk tangan.

Biasakan mudah untuk berterima kasih. Karena di balik ucapan sederhana itu, ada penghargaan yang menjaga kemanusiaan kita tetap hidup. []

Comments

comments

No More Posts Available.

No more pages to load.