Blangkejeren-LintasGAYO.co: Dalam rangka meningkatkan pengetahuan, wawasan dan minat baca generasi Gayo Lues, sejumlah tokoh pemuda di Gayo Lues membentuk sebuah komunitas bernama Gayo Literacy Community (GLC). Komunitas ini sudah berdiri sejak tahun 2022.
Pembina GLC, Yuliani Fitri, M.Pd kepada LintasGAYO.co pada Senin (13/10/2025) siang menjelaskan, GLC memiliki visi mencerdaskan generasi Gayo melalui budaya membaca, menulis dan berfikir kritis dan misi menyediakan akses bacaan yang luas, meningkatkan kualitas literasi masyarakat melalui berbagai kegiatan edukatif, serta membangun komunitas literasi yang inovatif dan berkelanjutan.
Yuliani mengaku, saat ini pihaknya sedang berjuang untuk mengurus legalitas Taman Baca Masyarakat (TBM) yang diharapkan bisa menjadi sarana pendidikan informal, pengembangan diri, dan pusat informasi yang mudah diakses di lingkungan sekitar.
Yuliani juga menjelaskan, saat ini GLC sudah memiliki dua TBM yang sedang berjalan. Pertama di Kampung Pertik, Kec. Pining yang diberi nama TBM-Gen Pi (Taman Baca Masyarakat Generasi Pining) yang diketuai oleh Susi Yanti, S. Pd. Dan kedua di Blangkejeren TBM Kampong Telangke yang diketuai oleh Abdul Karim.

“Untuk daerah pining, khususnya kampung pertik, kegiatan TBM dilakukan pada Jum’at sore.
Mulai dari 16.15-17.40 WIB. Dimana para pegiat GLC memberikan akses bacaan berupa buku kepada anak-anak secara gratis. Namun, Karna keterbatasan jumlah buku yang dimiliki, maka buku belum bisa kami dipinjam dan dibawa pulang kerumah, tapi akan kami usahakan untuk kedepannya buku bisa dipinjam dan dibawa kerumah,” rinci Yuliani.
Yuliani melanjutkan, sedangkan untuk daerah Kec. Blangkejeren ada dua kegiatan utama, pertama GLC Book Party yang mereka aadakan setiap hari minggu di lapangan pancasila, mulai dari pukul 08.00-11.00 WIB,”Kegiatannya hampir sama dengan TBM-Gen Pi, GLC membawa buku-buku yang bisa dibaca secara gratis,” terang Yuliani.

Kegiatan kedua, lanjutnya, GLC bekerja sama dengan BLC (Bunayya Literacy Community). Kegiatan ini diadakan setiap hari jum’at, pukul 16.00-18.00 WIB. Kegiatan utama fokus pada membaca dan menulis, sehingga output yang diharapkan, siswa-siswi bisa menghasilkan sebuah karya, baik dalam bentuk karya ilmiah maupun buku, terang Yuliani.

Disamping kegiatan utama, diselingi juga dengan kegiatan rutin seperti bedah buku, debat ringan, dll. Harapan kami, semoga Sekolah Bunayya ini bisa menjadi salah satu role model bagi sekolah-sekolah lain, karena sudah memberi ruang dan fasilitas untuk anak-anak dalam hal ini.
“Mengingat, literasi ini merupakan landasan utama untuk membangun peradaban yang lebih maju dan inovatif, karena menciptakan generasi yang cerdas berfikir kritis dan beradab,” jelas Yuliani.
Yuliani mengaku, untuk mencapai tujuan itu tidak mudah, oleh karena itu, mereka mengharapkan bantuan seluruh elemen masyarakat, pemerintah Kabupaten Gayo Lues, terutama Dinas Kearsipan dan Perpustakaan Daerah untuk mensupport kegiatan-kegiatan yang digarap oleh GLC ini.
“Kami yakin, GLC ini akan memberikan contoh dan dampak yang baik bagi masyarakat Gayo Lues,” aku Yuliani optimis.
Yuliani juga turut mengucapkan terimakasih kepada orang-orang yang selama ini banyak memberikan dukungan kepada GLC sekaligus berada di barisan penasehat GLC diantaranya Nurhayati Sahali (pemilik yayasan Bunayya), Ahmad Arif selaku pembina dan founder Rumah Baca Aneuk Nanggroe (RUMAN) Aceh, Rahmiana Rahman (Ketua forum TBM Aceh).
“Masukan serta nasehat yang diberikan pada kami sungguh sangat berarti. Semoga kedepan GLC bisa mengikuti jejak-jejak para pegiat literasi terbaik Aceh,” pungkas Yuliani.
(Supri Ariu)