Oleh : Salman Yoga S*
Menulis Dalam Bahasa Gayo
Menulis menjadi sebuah pekerjaan dari beberapa orang, dimana mereka menggantungkan hidupnya dari apa yang telah mereka tulis walaupun pada awalnya menulis merupakan sebuah hobi bagi kebanyakan orang.
Adapun tujuan menulis yang dijabarkan oleh Hartig (Tarigan1986:24) adalah sebagai 1). Assignment purpose (tujuan penugasan) 2). Altruistik purpose (tujuan altruistik) 3). Persuasive purpose (tujuan persuasif) 4). Informational purpose (tujuan informasional, tujuan penerangan) 5). Self-expressive purpose (tujuan pernyataan diri) 6). Creative purpose (tujuan kreatif) 7). Problem-solving purpose (tujuan pemecahan masalah).
Dalam konteks ini menulis dalam Bahasa Gayo mempunyai multi tujuan:
1. Pelestarian Bahasa Ibu sebagai Bahasa Identitas.
2. Pelestarian Kekayaan Budaya Bangsa.
3. Pengaktualisasian nilai dan kearifan lokal.
4. Pengamalan Penciptaan Suku Bangsa Dunia (QS: Al-Hujarat:13).
Unsur Menulis Cerite Singket Dalam Bahasa Gayo
Secara umum menulis Cerite Singket dalam Bahasa Gayo sama dengan menulis cerpen dalam Bahasa Indonesia yaitu mencakup unsur intrinsik, yang tergolong ke dalam hal ini adalah tema yang merupakan ide pokok atau pikiran utama.
Alur yang membantu pembaca menangkap gambaran utuh dari cerita. Penokohan yang memberi nama dan karakter tokoh. Latar yang memberi pijakan cerita atar penggambaran waktu, tempat, suasana dan lain sebagainya.
Baik atau buruknya sebuah karya tulis berupa Cerita Pendek kerap dilihat dari muatan yang membentuknya, dengan kriteria tema, pesan, alur (plot), penokohan, latar (setting), gaya bahasa, dan sudut pandang yang baik. Demikian kata Aminuddin (2011).
Demikian pula dengan penulisan Cerite Singket, yang berbeda hanya pada penggunaan bahasa dan kosa kata yang kaya sebahagian justru tidak mempunyai padanan kata dalam Bahasa Indonesia. Baik bahasa pasaran maupun maupun kata yang mengandung makna dan filsafat yang dalam.
Contoh Kata:
pis ni até, renggelak, sengkat, tembuni, sesop, selpah, sesongkoten, mertih, belem, belide, tersik, tekus, tunu, mejém, geléson, nuwing, keltis, jejés, rensé, rempaté dan masih banyak lagi.
Karya cerpen dan Cerite Singket yang baik mengandung unsur-unsur:
a. Tema
Tema adalah ide yang mendasari suatu cerita sehingga berperan juga sebagai pangkal tokoh pengarang dalam memaparkan karya fiksi yang diciptakannya. Penggunaan atau pemilihan judul biasanya juga telah menggambarkan dan mewakili dari tema.
b. Pesan
Sebuah Cerite Singket dapat mengandung pesan moral atau tidak tergantung pada alur cerita yang dibangun. Pesan yang dimaksud tidak harus memposisikan tokohnya sebagai orang yang bijak.
Tetapi juga dapat tercermin dari analogi dan perumpamaan, atau dari gambaran keseluruhan cerita.
Cerita seorang miskin yang sabar dan rajin bekerja dalam sebuah cerita sesungguhnya adalah pesan moral, tanpa harus sang tokoh si miskin diposisikan sebagai seorang yang memberi “ceramah”.
c. Alur (plot)
Alur merupakan kerangka dasar yang sangat penting dalam sebuah karya sastra khususnya Cerite Singket. Padahal, jika sudah dimulai menulis alur akan tercipta dengan sendirinya tanpa harus menganggapnya sebagai sebuah teori yang harus ada dalam tulisan.
Atas dasar itu alur sebuah Cerite Singket dapat dibedakan menjadi alur maju, alur flash back dan alur induksi atau deduksi, atau pengkolaborasian diantara alur yang ada.
Alur maju adalah alur cerita yang berjalan secara kronologis, baik berdasar waktu maupun tahapan cerita yang ditulis. Alur flash back yaitu cerita sebab akibat (kausalitas) yang diangkat dari sesuatu yang telah berlalu, baik waktu maupun kejadian.
Dalam Cerite Singket, issue yang diangkat dapat berupa pragmen keseharian, adaptasi kearifan lokal dan kisah yang berkembang dalam masyarakat.
d. Penokohan
Tokoh dalam Cerite Singket merupakan rekaan/ciptaan sang penulis, meskipun tidak menutup kemungkinan adalah jelamaan dari orang-orang yang ada di sekeliling kita.
Tarigan dalam bukunya (1982) menyebutkan bahwa penokohan atau karakterisasi adalah proses yang dipergunakan oleh seorang pengarang untuk menciptakan tokoh-tokoh fiksinya.
Sedangkan Aminuddin juga dalam bukunya (2011) menyatakan tokoh adalah pelaku yang mengemban peristiwa dalam cerita fiksi sehingga peristiwa itu mampu menjalin suatu cerita.
e. Latar
Cerite Singket dikatakan baik apabila tepat dalam memilih tempat yang mengukuhkan terjadinya peristiwa, tepat memilih waktu yang memiliki tampakan atmosfir dan mampu menggambarkan suasana cerita dalam bahasa Gayo.
f. Gaya Bahasa
Dalam penulisan Cerite Singket menggunakan bahasa Gayo merupakan hal yang sangat menentukan dalam menyampaikan cerita, juga sekaligus berfungsi sebagai sarana yang dapat menimbulkan nilai estetis dan etnografi lingua art.
Dalam hal ini penguasaan kosa kata dalam menggambarkan situasi sangatlah menentukan.
g. Sudut Pandang
Dari sisi mana sebuah kisah/cerita hendak ditulis untuk menggambarkan sebuah peristiwa, atau menuliskan karakter tokoh adalah bagian dari sudut pandang.
Mengetengahkan alur cerita, tokoh, lingkungan, perasaan serta hal lainnya yang terkait adalah sebuah pilihan dari setiap penulis untuk menyempurnakan sebuah Cerite Singket.
Hakikat Menulis Cerite Singket
Menulis adalah keseluruhan rangkaian kegiatan seseorang dalam mengungkapkan gagasan dan menyampaikannya melalui bahasa tulis kepada pembaca, demikian kata Widyamartaya.
Senada dengan hal tersebut Nugrianto juga menyatakan bahwa berkomunikasi lewat lambang tulis dapat tercapai seperti yang diharapkan, penulis hendaklah menuangkan ide atau gagasannya ke dalam bahasa yang tepat, teratur, dan lengkap.
Dengan demikian bahasa yang dipergunakan dalam menulis dapat menggambarkan suasana hati atau pikiran penulis. Sehingga dengan bahasa tulis seseorang akan dapat menuangkan isi hati dan pikiran.
Dalam menulis Cerite Singket dengan menggunakan Bahasa Gayo, hal yang paling utama adalah kesesuaian antara tulisan dan bacaan. Keseusiaan bacaan dengan gramer tata Bahasa Gayo dalam kehidupan keseharian.
Dengan kata lain Bahasa Gayo dalam keseharian sama dengan Bahasa Gayo dalam bentuk tulisan. Meskipun dari segi keteraturan bahasa dan susunan per kalimatnya lebih terpola dan terstruktur dalam bentuk tulisan.
Hakekaktnya menulis dalam bentuk apapun termasuk Cerite Singket adalah melatih penulis berpikir secara kronologis, teratur, tertib dan lugas.
Meski dalam teknik penulisan Cerite Singket dapat juga alur dan kronologi cerita menjadi terbalik, dengan menggunakan teknik penulisan deduksi atau induksi. Piramida normal atau piramida terbalik.
Hubungan timbal balik antara pikiran, bahasa dalam penulisan sesungguhnya berkaitan erat. Bahkan saling mempengaruhi.
Pikiran dan ide sederhana dapat menjadi sesuatu yang besar, demikian juga sebaliknya ide dan pikiran yang besar dapat menjadi sesuatu yang sederhana. Hal ini sangat bergantung pada cara, gaya dan kemampuan seorang penulis dalam meramunya.
Jadi, setiap Cerite Singket berbentuk cerpen dapat mencerminkan kekayaan imajinasi, realitis atau teraturnya cara pandang seorang penulis. []
– Disampaikan Dalam Bimbingan Teknis (Bimtek) Guru Utama Revitalisasi Bahasa Daerah (RBD) Gayo, 2025, oleh Balai Bahasa Provinsi Aceh.
– Dr. Salman Yoga S, S.Ag.,MA. Budayawan, Akademisi dan Penulis Karya Sastra Dalam Bahasa Indonesia dan Bahasa Gayo. Pelopor Penerjemahan Karya Sastra Dunia Kedalam Bahasa Daerah (Gayo).