Oleh : Lukman Hakim bin Abdul Wahab*
Mungkin tidak ada pertanyaan yang paling populer saat kita berjumpa teman selain menanyakan kabar kesehatannya “apa kabar, sehat?”. Pertanyaan ini mengisyaratkan pengakuan umum bahwa kesehatan merupakan hal yang sangat penting dalam kehidupan manusia.
Secara naluriah manusia menginginkan hidupnya selalu diberikan kesehatan jiwa dan raga. Karena memang kesehatan merupakan prasyarat agar dapat menjalankan semua aktifitasnya dengan baik dan maksimal.
Karena begitu pentingnya kesahatan bagi manusia, maka tidak mengherakan jika perhatian pemerintah untuk sektor kesehatan ini cukup besar.
Tiap tahunnya pemerintah menggelontorkan dana yang cukup besar dari APBN untuk memberikan jaminan kesehatan bagi segenap anak bangsa, karena mendapatkan layanan kesehatan adalah bagian hak asas yang harus diberikan kepada masyarakat.
Berbagai upaya strategis bidang kesehatan terus dilakukan seperti membangun rumah sakit, mempersiapakn tenaga medis, menyediakan alat-alat kesehatan modern dan terkini. Bahkan di tahun politik isu layanan kesehatan kerap menjadi isu utama kampanye untuk menarik simpati masyarakat.
Jika lazimnya pembahasan kesehatan terfokus pada pembahasan layanan medis dan pembangunan sarana prasaranan kesehatan. Tulisan ini akan mengetengahkan sisi lain tentang kesehatan yaitu tentang diskursuss kesehatan dalam kajian teologi (ilmu ketuhanan).
Membahas sehat dan sakit dalam konsep besar takdir manusia, yang tentunya terkait dengan keyakinan tentang kemutlakan Tuhan dan ikhtiar manusia.
Kesehatan dalam diskursus aliran-aliran Teologi
Kehidupan manusia ini selalu berjalan dalam dua kondisi yang berseberangan antara sehat dan sakit. Meskipun semua manusia selalu ingin hidup sehat dan berusaha agar hidupnya jauh dari penyakit.
Namun dalam kenyataannya tidak semua manusia dapat menjalani kehidupannya sesuai harapan. Kadang dua kondisi ini hadir bergantian dalam kehidupan kita, yang perlu kita jalani dan sikapi secara bijak.
Bersikap bijak dalam memahami keadaan sehat dan sakit ini sangat diperlukan, karena tidak sedikit orang tergelincir menjadi ingkar karena merasa Tuhan mendhaliminya dengan memberikan penyakit, dan sebaliknya selalu hidup sehat juga pontesial membuat manusia lupa untuk mengingat penciptanya.
Sebagai sebuah agama, Islam mengajarkan secara baik tentang perlunya menjaga pola hidup yang baik, seimbang sehingga dapat hidup sehat dan jauh dari deraan penyakit. Terkait sikap manusia memaknai sehat dan sakit ini sangat tergantung faham teologi yang diyakininya.
Dalam kajian teologis setidaknya cara pandang manusia terntang kesehatan ini dapat di kelompokkan dalam tiga aliran yang berbada: Pertama aliran Jabariah, suatu paham yang berpandangan bahwa manusia tidak memiliki kebebasan dalam ikhtiar dan semua kondisi hidupnya berada dalam kehendak mutlak Tuhan.
Bagi kalangan ini sehat atau sakit seseorang itu adalah semata-mata kehendak tuhan dan manusia tidak akan mampu melawan takdir tuhan ini. Bagi kelompok ini usaha-usaha mewujudkan kesehatan, baik dari pencegahan dan pengobatan dari penyakit tidak memberi efek apapun bagi kehidupan manusia.
Sakit dan sehat telah menjadi ketetapan Tuhan yang harus diterima dengan penuh kepasrahan, bahkan mencoba melawannya dianggap sebagai bentuk ketidakrelaan menerima takdir.
Kedua, aliran Qadariah, suatu paham yang berkeyakinan bahwa manusia memiliki kehendak dan kebebasan dalam menentukan perbuatannya, dan Tuhan tidak menentukan perbuatan manusia. Bagi kelompok ini mengangap bahwa manusia memiliki otoritas pilihan untuk hidup sehat atau sakit.
Manusia dapat merancang kesehatan melalui usaha maksimal dengan menjaga pola hidup dan mengkonsumsi makanan secara seimbang. Bagi penganut paham ini manusia juga dapat menghindari diri dari ancaman penyakit.
Kelompok ini menolak keterlibatan Tuhan dalam mewujudkan sehat atau sakit manusia. Dalam konstruksi tauhid meraka, Tuhan tidak mungkin akan memberikan keburukan termasuk bagi manusia karena Tuhan Maha Baik dan Maha Adil.
Ketiga, paham Asyariah, yang memiliki cara padang bahwa kehidupan manusia berada antara kehendak mutlah Tuhan di satu sisi dan keberadaan ikhtiar manusia di sisi lain.
Melalui teori “al-Kasab” aliran Asyariah ini mencoba mempertemukan dua kutub ekterem yaitu antara paham kehendak mutlak Tuhan (Jabariah) dan paham kebebasan manusia (Qadariyah).
Perbuatan manusia bukanlah diwujudkan oleh manusia melainkan diciptakan oleh Tuhan, namun Tuhan memberikan daya kepada manusia untuk meraihnya.
Bagi penngikut paham asyariah ini sehat dan sakit ini adalah sunnatullah yang berada dalam gengaman takdir Allah akan tetapi Allah memberikan peluang usaha bagi manusia untuk mewujudkan kesehatan dalam hidupnya dan menjauhkan dirinya dari segala bentuk penyakit.
Usaha pencegahan dan pengobatan dari penyakit memberikan efek dalam mewujudkan kehidupan ini karena takdir Tuhan selalu berjalan beriringan dengan ikhtiar manusia.
Belajar Mengambil Hikmah
Islam selalu mengajarkan tentang kesimbangan kosmos, bahwa alam ini berjalan di antara dua entitas yang berbeda seperti adanya siang dan malam, lekaki dan perempuan, baik dan buruk, sehat dan sakit dan lain sebagainya.
Tentunya alam ini tidak akan indah jika hanya diliputi siang saja tanpa kehadiran malam karena manusia perlu waktu berusaha sekaligus waktu beristirahat.
Dunia ini juga akan tidak menarik jika bumi ini hanya ada kaum lelaki, karenanya perlu adanya perempuan agar lebih sempurna dan saling melengkapi. Begitulah alam ini Allah atur dengan konsep keseimbangan agar saling menyempurnakan antara dua entitas yang berbeda.
Begitu juga dalam konteks kesehatan, sakit dan sehat itu adalah dinamika hidup yang berhikmah. Jika manusia diciptakan dalam keadaan sehat selalu maka tidak diperlukan obat-obat, rumah sakit dan tenaga medis.
Karena adanya penyakitlah, manusia terstimulan dan belajar mengeksplorasi alam mencari dan meramu obat, karena penyakit pulalah manusia membangun rumah sakit dan berbagai pusat kesehatan yang di sana jutaan tenaga medis bekerja dan mencari nafkah untuk keluarganya.
Tidak ada kondisi yang tidak bernilai hikmah bagi orang yang bijak memaknai kehidupan. Hidup sehat harus digunakan untuk berkerja maksimal memberikan khidmat terbaik kepada Allah dan manusia.
Oleh karena dalam hadisnya Rasullullah bersabda “pergunakan masa sehatmu sebelum datang masa sakitmu” artinya kesehatan harus dimanfaatkan sebagai ladang ibadah untuk melakukan hal-hal positif dan bermanfaat.
Sebaliknya jika Allah memberikan penyakit, juga harus dimaknai bahwa kita sedang diajarkan tentang makna ketegaran dan kesabaran. Masa-masa sulit ketika didera penyakit terkadang menghadirkan kesadaran untuk mengevaluasi pola hidup kita yang selama ini mungkin keliru.
Karenanya sakit adalah tanda Allah masih menyayangi kita dengan menegur dan memberi ujian untuk menjadi lebih baik. Allah pasti selalu memberikan yang terbaik bagi hamba-Nya. Aqidah Islam mengajarkan kita berprasangka baik kepada Allah dan setiap badai pasti berlalu. Wallahu’alam bishawaf.
*Guru Besar Teologi Islam pada Fakultas Ushuluddin dan Filsafat UIN Ar-Raniry dan Peneliti Pusat Kajian Pendidikan dan Masyarakat (PKPM) Aceh.