Oleh : Zuliana Ibrahim*
Setelah bertarung dengan kepala rakus
Lut Tawar kembali semanis embun
napasnya lembut menangkap udara
dari bawah-bawah tusam
memetik matahari anggun
sore berdandan dari kampung Bintang
menerkam tawa para nelayan
Setelah bertarung dengan dada serakah
lut Tawar kembali berwajah muda
lesung pipinya dicangkul sampan
jala yang lincah menari bertualang
depik terkapar dengan percuma
Setelah bertarung dengan tangan loba
lut Tawar mendayung anginnya
lebih manja dari biasa
cangkul padang yang merampas paksa tubuhnya
kemarin telah pulang pada tuannya
Setelah bertarung dengan mulut lahap
Lut tawar menelan seluruh ikan-ikan
tanpa halangan
kakinya lepas dari ikatan
menikmati kembara di jantung sendiri
Setelah bertarung dengan waktu
lut Tawar jadi saksi dari para gelojoh
yang tak pernah kenyang
menyusu di tubuh rentanya
Takengon, Juli 2025