BANDUNG-LintasGAYO.co : Institut Teknologi Bandung (ITB), hari Ini, Sabtu (19/7/2025) kembali mencatatkan peristiwa bersejarah. Sidang Orasi Ilmiah Guru Besar di Aula Barat ITB, diisi orasi Empat Guru Besar yang dikukuhkan pada hari itu.
Keempat guru besar tersebut adalah, Prof Ir Sanggono Adisasmito, M.Sc, Ph.D dari Fakultas Teknologi Industri dengan orasi berjudul “Gas Alam sebagai Sumber Energi Bersih dan Bahan Baku Industri Petrokimia di Indonesia”.
Kedua, Prof Dr Ir Toto Hardianto, DEA dari Fakultas Teknik Mesin dan Dirgantara dengan orasi berjudul “Pengembangan Bahan Bakar Padat Alternatif untuk Pemenuhan Energi Berkelanjutan di Indonesia”.
Guru Besar ketiga, Prof apt Diky Mudhakir, S.Si, M.Si, Ph.D dari Sekolah Farmasi dengan orasi berjudul “Desain Rasional Sistem Penghantaran Nanopartikel Bertarget Intrasel.
Dan yang keempat, Prof Ramdhani Eka Putra, S.Si, M.Si, Ph.D dari Sekolah Ilmu dan Teknologi Hayati dengan orasi berjudul “Serangga: Sekutu yang Salah Dimengerti”. Sidang dibuka oleh Ketua Forum Guru Besar ITB Bandung, Prof. Ir. Mindriany Syafila, MS., Ph.D.
Keluarga Guru
Ada yang menarik pada Sidang Orasi Guru Besar ITB hari itu. Salah satunya adalah kehadiran Prof drh Wiku Adisasmito, M.Sc, Ph.D, seorang Guru Besar pada Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia.
Nama Prof Wiku dikenal luas oleh masyarakat sebagai Ketua Tim Pakar dan Juru Bicara Komite Penanganan Covid-19 dan Pemulihan Ekonomi Nasional.
Saat pandemi Covid-19 melanda Indonesia (dan dunia), Prof Wiku terbilang menjadi tokoh sentral dalam merumuskan kebijakan-kebijakan sebagai bahan pertimbangan bagi Kepala Satgas Penanggulangan Covid-19 yang juga Kepala Badan Penanggulangan Bencanan Nasional, Letjen TNI Doni Monardo.
Prof Wiku dan Doni Monardo adalah tandem yang terbukti tangguh menanggulangi wabah. Prestasinya mengendalikan pandemi Covid mendapat apresiasi dunia, saat itu.
Pria kelahiran Malang, 20 Februari 1964 itu ternyata adik dari salah satu Guru Besar yang dikukuhkan hari itu, yakni Prof Ir Sanggono Adisasmito, M.Sc, Ph.D.
“Benar, saya diundang hadir untuk menyaksikan pengukuhan guru besar kakak saya, Prof Sanggono Adisasmito,” kata suami dari mantan pebulutangkis Lilik Sudarwati itu.
Wiku mengemukakan rasa syukurnya bisa melihat pengukuhan guru besar kakaknya. “Ayah kami adalah seorang dokter yang sangat sederhana di Malang. Beliau memang berharap putra-putrinya menjadi guru. Selain dokter, ayah kami juga seorang guru,” kata Wiku.
Pentingnya Gas Alam
Prof Wiku menyampaikan ketertarikannya dengan materi orasi Sanggono, yakni tentang gas alam sebagai sumber energi bersih dan bahan baku industri petrokimia di Indonesia. “Materi yang sangat relevan dan juga sangat dibutuhkan bagi negara kita yang melimpah akan kekayaan gas alam,” tambahnya.
Sementara dalam orasinya, Prof Sanggono menyebutkan empat point posisi strategis Gas Alam dalam Energi Nasional. Pertama, Pentingnya Gas alam. Gas alam menempati posisi penting dalam transisi energi menuju keberlanjutan.
Kedua, tentang Kontribusi. Bahwa gas alam berkontribusi pada sektor kelistrikan (PLN) dan transportasi (NGV).
Ketiga, Target Nasional. Gas alam memiliki peran fundamental dalam target dekarbonisasi jangka panjang Indonesia.
Keempat, Keunggulan Lingkungan. Bahwa pembakaran gas alam menghasilkan emisi CO2 lebih rendah, sehingga mengurangi polutan udara secara signifikan dibandingkan batubara.
Pemikiran Sangono menjadi relevan, mengingat pemerintah menargetkan peningkatan penggunaan gas alam sebagai sumber energi hingga 24 persen pada tahun 2050.
Di akhir orasi ilmiahnya, Prof Sanggono menyampaikan beberapa hal penting terkait arah kebijakan untuk energi bersih dan arah kebijakan untuk industri petrokimia nasional.
Untuk arah kebijakan energi bersih, ia menyampaikan tiga hal. Pertama, pembangunan pembangkit listrik yang berbasis energi fosil perlu diarahkan untuk memanfaatkan gas alam sebagai sumber energi primer.
Kedua, infrastruktur untuk distribusi gas perlu dibentuk agar LPG dapat digantikan oleh Bahan Bakar Gas (BBG). Ketiga, bahan bakar kendaraan bermotor yang menggunakan BBM perlu dialihkan menjadi BBG.
Sementara untuk arah kebijakan industri petrokimia nasional, Prof Sanggono mengemukana dua point penting. Pertama, gas alam perlu dimanfaatkan lebih intensif untuk mendukung perekonomian nasional. Kedua, harga gas alam perlu diturunkan agar produk Petrokimia Indonesia dapat bersaing di pasar global. (*)