Catatan Muhammad Syukri*
Mereka yang populasinya hanya 0,2 persen dari penduduk bumi, ternyata begitu ditakuti oleh mayoritas warga bumi. Kenapa?
Zionis laksana kanker stadium akhir, jaringannya sudah memasuki keseluruh sektor kehidupan. Mulai dari media massa, teknologi informasi, keuangan, investasi, perdagangan, konon juga menguasai “dunia kegelapan.”
Pantas, orang begitu ketakutan mengeritik kekejaman Zionis. Pasalnya, hampir seluruh media, termasuk media sosial (medsos) berada dibawah kendali mereka.
Baca Juga : Trump Turunkan Tarif untuk Indonesia, Ini Kompensasinya
Begitu mengutuk kekejaman dan genocida di Gaza, akun kita akan di-restricted atau ditangguhkan. Membuktikan pengendali platform media sosial adalah sekawanan dengan mereka.
Konon Kongres AS pun dibawah kendali mereka, seperti ditulis akun @Middle_Eastern_0 di X. Akun itu mengutip pernyataan Tulsa Geisinger (mantan anggota Kongres AS): “Israel memutuskan apa yang boleh dan tidak boleh dibahas di Kongres, siapa yang diberi mikrofon, dan siapa yang dipaksa untuk tetap diam.”
Sepertinya hal-hal semacam itu yang ditakutkan banyak orang, termasuk para pengguna medsos di tanah air. Dimaklumi apabila diantara kita lebih banyak memilih menahan diri “berbicara tentang Palestina.”
Baca Juga : Tarif Indonesia ke Amerika 42 Persen, Trump Bisa Kualat
Untungnya, dibagian bumi yang lain, sangat banyak warga bumi yang berani berteriak tentang aksi genocida dan ethnic cleansing di Palestina. Dari postingan mereka, kemudian kita tahu kejadian terkini yang dialami warga Palestina.
Makanya para penyintas yang selamat dari kekejaman dan bombardir Israel, mengharapkan kepada kita, “don’t stop talking about Palestine.”
Dan, ketika menyuarakan isu genocida dan ethnic cleansing, tetiba akun medsos kita di-restricted (ditangguhkan) atau ditutup.
Bikin lagi akun lain, lalu teriakkan lagi #FreePalestine. Jangan takut. Hanya itu usaha minimal yang bisa kita lakukan membantu Palestina dan melawan kekejaman Zionis.
Mau melawan dengan tenaga dan kekuatan? Hanya Republik Islam Iran yang berhasil melumat Tel Aviv dan Haifa sampai luluh lantak. Yang lain memilih diam ketakutan, seolah-olah tidak terjadi apa-apa di Palestina. Itulah yang dinamakan “the hypocrisy of the world.” []