Cangkul Padang Merusak Ekologi Danau Lut Tawar

oleh

Oleh: Rahma Jelita, S.Pd*

Menurut para ahli biologi, Danau Lut Tawar adalah danau vulkanis yang memiliki keanekaragaman hayati yang signifikan, termasuk ikan depik yang menjadi ciri khasnya.

Danau ini merupakan bagian dari ekosistem air tawar yang penting bagi kehidupan masyarakat sekitar, baik secara ekologi, budaya, sosial, maupun ekonomi.

Danau Lut Tawar merupakan salah satu danau terbesar di Aceh. Danau ini memiliki panjang sekitar 17 kilometer, lebar 3,2 kilometer, dengan luas sekitar 5.472 hektar, dan kedalaman rata rata 80 meter.

Selain merupakan objek wisata, danau ini menjadi sumber air utama bagi masyarakat sekitar danau .

Danau ini menjadi habitat berbagai spesies endemik, Misalnya seperti ikan depik (Rasbora tawarensis) yang hanya ada di danau ini. Keanekaragaman hayati di Danau Lut Tawar memiliki peran penting dalam ekosistem dan kehidupan masyarakat sekitar.

Danau ini merupakan sumber air bersih, pertanian, industri, dan perikanan.
Namun, beberapa faktor seperti penurunan permukaan air danau, metode penangkapan ikan yang salah akan merusak ekosistem danau seperti menjamurnya cangkul padang, dan cangkul dedem, serta pencemaran yang dapat mengancam keanekaragaman hayati di Danau Lut Tawar ini.

Danau Lut Tawar juga mendapat sebutan sebagai mutiara hijau dari Dataran Tinggi Tanoh Gayo, karena memiliki keindahan panorama alam yang eksotik.

Takengon, di Kabupaten Aceh Tengah, dikenal sebagai Swiss van Sumatra karena panorama alamnya yang menyejukkan dan menyerupai dataran tinggi di Swiss.

Takengon memiliki pemandangan perbukitan yang indah dan suasana segar yang tidak ada ubahnya seperti dataran tinggi di Swiss.

Beberapa ciri khas panorama alam Swiss di Takengon, Perbukitan yang hijau
Lanskap perbukitan yang luas dan hijau menjadi ciri khas Takengon, menciptakan pemandangan yang menenangkan.

Udara yang sejuk, Karena ketinggiannya, Takengon memiliki suhu udara yang sejuk, sehingga cocok untuk bersantai dan menikmati pemandangan.

Suasana yang tenang

Suasana di Takengon terasa damai dan tenang, menjauhkan dari hiruk pikuk kota.
Selain itu, Takengon juga dikenal memiliki beberapa tempat wisata yang menarik dengan pemandangan alam yang indah.

Secara keseluruhan, Takengon adalah destinasi wisata yang menarik bagi siapapun yang mencari ketenangan dan pemandangan alam yang indah, dengan nuansa yang mirip dengan dataran tinggi di Swiss, karena Takengon sesungguhnya adalah Serpihan Tanah Surga yang terbuang kedunia .

Peran penting bagi masyarakat Dataran tinggi Tanoh Gayo dalam melestarikan lingkungan antara lain :

– Pengelolaan danau

Masyarakat Gayo secara turun temurun sangat arif dan bijak menjaga Danau Lut tawar, selain sebagai sumber mata pencaharian tentunya Nelayan tradisional menganggap keberadaan danau ini dipandang sebagai nilai sosial suku dan budaya masyakat dataran tinggi gayo .

Kearifan lokal akan terwujud apabila dilakukan dengan strategi pemecahan masalah di antaranya, menjaga ekosistem danau,Tidak membuang limbah perkotaan.

Pembuangan limbah ke danau akan mengakibatkan air danau terkontaminasi logam berat, menertibkan/membongkar Cangkul dedem, cangkul padang.

Metode penangkapan yang menggunakan alat alat tersebut tidak hanya mengurangi stok ikan, tetapi juga berdampak pada hilangnya keanekaragaman hayati yang selama ini menjadi kekayaan alam Danau Lut Tawar.

– Tidak menebang Pohon

Pohon yang tumbuh di pinggir danau ataupun diperbukitan sepanjang garis danau tidak boleh ditebang dan dirambah , karena Pohon pohon tersebut mempunyai akar yang banyak dan menancap dengan kokoh yang berfungsi untuk menjaga abrasi dan erosi.

– Menggunakan alat tangkap tradisional

Alat tangkap tradisional yang umum dipakai oleh masyarakat gayo adalah
Penyangkulen, Penyangkulen menjadi bagian penting dari budaya masyarakat setempat, tidak hanya sebagai sarana mata pencaharian tetapi juga sebagai simbol kearifan lokal dan keberlanjutan lingkungan hidup.

Penyangkulen adalah alat penangkap ikan yang terbuat dari bahan bahan alami seperti bambu dan jaring.

Desain bentuk yang sederhana namun efektif memungkinkan nelayan untuk menangkap berbagai jenis ikan yang hidup di perairan Danau Lut Tawar .

Selain Penyangkulen, nelayan di Danau Lut Tawar juga menggunakan berbagai alat penangkap ikan lainnya, antara lain

Jele/ jala alat ini digunakan dengan cara dilemparkan ke air dan ditarik kembali setelah beberapa saat. Jele umumnya digunakan di area dangkal dan mampu menangkap ikan dalam jumlah banyak sekaligus.

Kemudian ada Doran, sebuah jaring panjang yang dibentangkan di air dengan mengunakan perahu dengan cara tertentu untuk mengarahkan ikan ke bagian tengah jaring.

Selanjutnya ada , jangki, seruwe, menembak ikan dengan cara berendam mengapung di air menggunakan ban dalam mobil dan
ada juga Serampang berupa tombak mata tiga dan lima bergagangkan bambu,dan dilakukan saat malam hari mengunakan media lampu petromax dan juga perahu sampan tradisional.

Para nelayan di Danau Lut Tawar harus memanfaatkan alat alat tradisional tersebut untuk mempertimbangkan kelestarian lingkungan dan keberlanjutan sumber daya ikan.

Penggunaan alat alat tradisional ini sangat mendukung memungkinkan para nelayan untuk menjaga keseimbangan ekosistem dan memastikan bahwa ikan ikan di Danau Lut Tawar ini tetap terjaga melimpah untuk generasi Anak cucu kita dimasa yang akan datang.

*Alumni FMIPA Universitas Negeri Medan
Guru Biologi SMAN 15 Binaan Nenggeri Antara Takengon Aceh Tengah

Comments

comments

No More Posts Available.

No more pages to load.