TAKENGON-LintasGAYO.co : Kandidat Doktor UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Muhammad Nasril, Lc., M.A., menjadi penceramah Subuh di Masjid Ruhama, Takengon, pada Kamis, 10 April 2025 lalu.
Dalam ceramahnya, ia mengajak para jamaah untuk meninggalkan jejak kebaikan dalam kehidupan. Mengutip nasihat para ulama, ia menyampaikan bahwa terdapat dua jenis “penanaman”: menanam pohon dan menanam jejak (atsar).
“Menanam pohon menghasilkan naungan dan buah. Ini hal yang mudah dan biasa dilakukan banyak orang. Namun, menanam jejak kebaikan (atsar) menghasilkan ridha Allah dan cinta dari sesama. Sayangnya, ini sering terabaikan. Padahal, saat kita telah tiada, jejak kebaikan itulah yang akan dikenang,” ujar Nasril.
Ia menjelaskan bahwa jejak kebaikan dapat berupa ilmu yang bermanfaat, amal jariyah, kebijakan, keteladanan akhlak, atau kontribusi sosial lainnya yang dirasakan manfaatnya secara luas oleh masyarakat.
“Manusia boleh pergi, tetapi kebaikan yang ditinggalkannya akan tetap hidup,” lanjutnya di hadapan para jamaah masjid kebanggaan masyarakat Gayo itu.
Menurutnya, siapa pun dan apa pun profesinya dapat berbuat baik dan meninggalkan jejak yang mulia. Ia mengutip firman Allah dalam Surah Al-Isra’ ayat 84, “Kullun ya’malu ‘ala syakilatihi” (Setiap orang berbuat menurut bentuk (jalan hidup dan kemampuannya) masing-masing).
“Untuk melakukan kebaikan tidak harus menunggu kaya, pintar, hebat, atau memiliki jabatan tinggi. Cukup lakukan kebaikan dari posisi kita masing-masing, sesuai dengan kemampuan dan profesi yang Allah amanahkan. Semua memiliki peluang untuk menorehkan jejak tanpa perbedaan kasta,” ujarnya.
Lebih lanjut, ia menekankan bahwa kebaikan dapat dilakukan oleh siapa saja, sesuai peran dan tempatnya. Misalnya, seorang guru dalam mendidik. Seorang petani berbuat baik dengan menanam secara jujur, menjaga kelestarian alam.
Seorang ibu rumah tangga berbuat baik dengan sabar mengurus keluarga dan mendidik anak-anak menjadi generasi yang shalih. Anak muda berbuat baik dengan menjaga akhlak, menuntut ilmu, dan menjauhi pergaulan yang buruk.
“Itu hanya contoh. Artinya, siapa pun bisa. Begitu pula profesi-profesi lain, seperti pimpinan daerah yang menjalankan tugas dengan tanggung jawab, kepedulian, dan inovasi kebijakan demi kemaslahatan masyarakat,” kata Mahasiswa S3 Hukum Islam UIN Syarif Hidayatullah itu.
Semua memiliki perannya masing-masing, dan semuanya bisa menjadi ladang kebaikan jika diniatkan karena Allah.
“Ingatlah, kelak yang akan kita bawa hanyalah amal dan jejak kebaikan. Maka, marilah kita berlomba-lomba menanam amal yang akan terus hidup meski jasad telah tiada,” tutupnya.
Di akhir ceramah, ia mengajak para hadirin untuk senantiasa memanfaatkan waktu dan kesempatan sebaik mungkin dalam menebar kebaikan sesuai profesi dan kemampuan masing-masing, agar kelak meninggalkan dunia dalam keadaan husnul khatimah.
Seperti diketahui program ceramah Ba’da subuh ini merupakan salah satu kegiatan rutin di Mesjid Ruhama disamping sejumlah kegiatan lainnya. Kegiatan ini juga dapat diakses melalui medsos dan canel youtube @MasjidAgungRuhamaTakengon.
[SP]