Leader : Kepala, Ketua, Bos

oleh

Oleh: Darmawansyah*

Kontestasi pemilihan Kepala Daerah sudah selesai dan sebagaian besar perhitungan suara telah selesai dilaksanakan dan juga sudah diketahui siapa yang menang dan siapa yang kalah.

Bagi yang menang akan menunggu kapan pelantikan dan menduduki kursi kepemimpinan dan bagi yang kalah mungkin ada yang ‘legowo’ menerima atas kekalahannya serta bagi yang ‘emosian’ akan mencari jalan-jalan tertentu untuk menyusun setrategi baru.

Semua itu berdasar pada niat dan tujuan mengikuti kontestasi pilkada yang berlangsung beberapa minggu lalu.

Sebelum dikenalnya dunia politik dan pemilu demokratis sebagaimana yang terjadi di negara Indonesia saat ini.

Kehidupan manusia berpaku pada kehidupan kelompoknya masing-masing, setelah tersebarnya anak cucu adam di seantero dunia ini, kelompok-kelompok manusia yang disebut masyarakat muncul dan mendiami suatu wilayah tertentu dan menyebut mereka dengan sebutan wilayahnya atau bangsa keturunanya atau juga sukunya, seperti Gayo, Aceh, Batak dan lain sebagainya.

Keinginan untuk menguasai timbul dari setiap diri manusia hingga bermuncullah pertikaian antar kelompok manusia tersebut baik dalam hal perluasan wilayah atau penguasaan sumber daya alam, timbullah peperangan yang di pimpin oleh satu pemimpin yang pada akhirnya menjadi pemimpin di wilayah tersebut dan pada akhirnya menjadi raja dengan sebutan masing-masing.

Mayoritas diantara mereka (para raja) adalah pemimpin perang yang berdiri di depan kelompoknya dan tidak pernah berada di belakang duduk santai menikmati secangkir kopi.

Kelibatan tombak dan anak panah serta sabitan pedang mereka hadapi dan tidak sedikit tubuh mereka juga terluka dari alat-alat perang tersebut.

Dan wajarlah Ketika mereka menduduki jabatan sebagai raja pada kalompoknya atas kegigihan dan perjuangan yang mereka lakukan selama ini.

Buntut dari kegigihan mereka, kedudukan raja dan pemimpin dikelompoknya dialihkan kepada keturunan sebagai sebuah jasa turunan dari sang ayah kepada anak cucu mereka kelak dan ini disebut dengan kekuasaan monarki.

Seiring perjalanan waktu kepemimpinan monarki tidak cocok lagi dengan keadaan suatu masa hingga timbul upaya dalam merubah pola lembaga yang kini disebut dengan pemerintahan, dengan membuat suatu sistem yang kita kenal saat ini dengan sistem demokrasi yang mengutamakan perubahan regenerasi kepemimpinan berdasarkan keputusan bersama melalui sebuah pemilihan tertentu, hingga muncullah pemilihan umum di setiap wilayah untuk memilih calon pemimpin mereka dan mengelola wilayah mereka sesuai dengan kesepakatan bersama.

Selain Lembaga pemerintahan yang mengelola suatu negara muncul juga lembaga-lembaga lainnya baik itu lembaga di bawah pemerintahan maupun di luar pemerintahan.

Lembaga-lembaga ini juga memiliki pemimpin yang memimpin lembaga tersebut guna membawa lembaga pada tujuan yang telah ditetapkan oleh lembaga tersebut.

Sebuah Perusahaan misalnya adalah Lembaga yang bertujuan sesuai dengan tujuan dari perusahaan tersebut seperti PT Sawit yang mengelola minyak sawit untuk kebutuhan masyarakat sehari-hari, dibalik itu juga Perusahaan ini juga mencari sebanyak-banyaknya keuntungan baik untuk Perusahaan maupun untuk pemilik modal.

Sudah menjadi lumrah setiap kelompok makhluk hidup memiliki seorang pemimpin yang membawa kelompoknya pada tujuannya masing-masing, tidak terkecuali kelompok manusia dengan potensi yang kompleks juga memerlukan pemimpin dari kelompoknya masing-masing.

Namun, terkadang sebutan lain dari pemimpin tersebut menunjukkan karakter yang melekat pada diri pemimpin tersebut. Dalam bahasa lain dari sebutan pemimpin kita mengenal sebutan ketua, kepala dan bos.

Ketua, kepala dan bos merupakan pemimpin kelompok dengan karakternya masing-masing.

Sebagian lembaga menyebut pemimpinnya dengan sebutan kepala, sebagian lain dengan sebutan ketua dan juga ada menyebutnya bos walau hanya sebagai panggilan dan tidak tertulis dalam sebuah catatan kelembagaan.

Ketiga sebutan tersebut memiliki makna tersendiri juga karakter sendiri, sebutan kepala diambil dari setruktur tubuh makhluk hidup seperti manusia misalnya, yang dimana kepala berada pada posisi teratas dengan beberapa potensi tambahan seperti mata, hidung, mulut, telinga dan akal/otak.

Tugasnya adalah mencerna segala informasi yang diterima melalui potensi yang ada serta menikmati enak dan tidaknya sajian yang diberikan.

Kepala hanya menerima sedangkan yang bekerja adalah tangan dan kaki serta organ tubuh lainnya. Untuk menempuh jarak tertentu maka kaki akan berjalan mengarungi lajur yang dilewati.

Sedangkan tangan akan meraih apa yang di capai dan melindungi kepala dari mara bahaya yang mengintai, sedangkan organ lainnya akan mengolah makanan menjadi kotoran dan tangan akan membersihkannya juga.

Dalam hal ini kepala hanya melihat, mendengar, membau dan mencicipi enak atau tidaknya, jika baik akan di telan dan di olah pada bagian lain serta menjadi kotoran dan jika tidak akan di muntahkan Kembali dan tangan harus bekerja untuk membersihkan mulut dari kotoran yang menempel akibat muntahan yang dikeluarkan.

Sedangkan kaki akan terus berjalan apakah itu duri atau tanah dia tidak akan peduli yang penting keinginan kepala akan terpenuhi walau ada bagian yang didapatkannya dari bagian-bagian lain yang di telan mulut.

Ketua adalah sebutan lain dari pemimpin yang memimpin kelompok manusia dengan berbagai bentuknya, biasanya sebutan ini diberikan kepada Lembaga-lembaga nonprofit sehingga kedudukan ketua hanya sebagai simbol belaka.

Kedudukan ketua hanya sebagai orang yang di hormati dan dituakan sedangkan ide gagasan tidak pernah muncul dari sosok ketua apalagi bagaimana menjalankan dan membesarkan lembaga.

Semua ide dan gagasan sudah tersedia dan itu dimunculkan dari kalangan bawahan yakni anggota kelompok tersebut. Dalam hal ini ketua hanya ‘nebeng’ nama dan tidak tau mau kemana dan akan kemana sebuah lembaga, yang terpenting baginya ketika ada acara dia akan menunjukkan bahwa dirinya adalah ketua dari lembaga tersebut.

Sebutan pemimpin lain adalah Bos, sebutan Bos muncul dari kehidupan jalanan, sebutan yang dikeluarkan untuk memberikan kedudukan bagi pimpinan dengan kekuatan tertentu, biasanya sebutan ini diberikan kepada kelompok criminal, geng, dan kelompok diluar lembaga tersetruktur lainya.

Sebutan ini juga merambah pada lembaga-lembaga tertentu lainnya namun tidak tertulis dalam setrukturnya. Sebutan bos adalah penunjukkan bahwa dirinya memiliki kuasa atas kelompok tersebut dan bisa melakukan apa saja kepada bawahannya.

Ketika seorang Bos menginginkan sesuatu ia tidak mau tahu metode dan cara apa yang harus digunakan yang penting baginya adalah apa yang diinginkannya tercapai.

Bos tidak mau tahu tentang apa yang dialami dan dirasakan oleh bawahannya walaupun itu beresiko pada nyawa sekalipun, seorang bos akan memaksakan kehendaknya untuk meraih apa yang sudah menjadi tujuannya.

Jika kedudukan bos itu berjenjang maka bos tertinggi akan melimpahkan keinginannya pada bos di bawahnya dan seterusnya hingga kebawahan yang akan mengeksekusi tujuan, sedangkan hasil akhirnya bos yang akan menguasainya. Namun Ketika bos mengalami kesulitan maka bawahan yang akan dikorbankan untuk menutupi kesulitan Bos tersebut.

Setidaknya, ketiga karakter tersebut dapat menjadi pelajaran walaupun itu hanya sebagai sebutan belaka dan tidak terikat pada karakter yang ada.

Pemimpin adalah kedudukan tertinggi dalam sebuah setruktur lembaga dan pemimpin terkecil adalah memimpin keluarga dan diri sendiri.

Seorang pemimpin harus mengerti siapa yang ia pimpin dan tidak melihat hanya pada dirinya sendiri, tidak mementingkan kepentingan sendiri namun memperhatikan semua sisi. Allahu A’lam.

*Penulis adalah Kaur TU pada MTsN 7 Aceh Tengah.

 

 

Comments

comments

No More Posts Available.

No more pages to load.