Arung Jeram Lukup Badak di Takengon, Aceh Tengah, kini memasuki usia ketujuh sejak didirikan pada 11 November 2017. Selama bertahun-tahun, manajemen olahraga wisata ini mengalami berbagai tantangan dan perkembangan.
Bermarkas di Jembatan Lukup Badak, Pegasing-Bies, di tepi Sungai Peusangan yang berhulu di Danau Lut Tawar dan bermuara di Selat Malaka, tempat ini telah menjadi objek wisata utama Kabupaten Aceh Tengah.

Setiap akhir pekan, ribuan pengunjung datang untuk merasakan sensasi arung jeram yang dipandu oleh para skipper terlatih dan berlisensi.
Awal Mula dan Pembentukan Komunitas
Arung Jeram Lukup Badak bermula dari inisiatif Khalisuddin didukung pegiat olahraga dan lingkungan seperti Muhammad Ibnu Akbar, Munawardi, Muzakir, Darmawan Masri, Zainal Abidin, Waddah Safitri, Winara, Usmar Effendi, Irham Rahmadi dan lain-lain yang bertekad membangun destinasi wisata baru dengan memanfaatkan aliran Sungai Peusangan.
Pada saat itu, masyarakat belum menyadari potensi sungai sebagai sumber ekonomi, bahkan banyak yang masih membuang sampah ke sungai.

Kehadiran arung jeram ini meningkatkan kesadaran lingkungan di kalangan masyarakat setempat.
Pada tahun 2012, muncul keinginan awal untuk mengembangkan pariwisata melalui olahraga petualangan, terutama arung jeram di Sungai Peusangan.
Saat itu, sebuah pelatihan arung jeram digelar yang melibatkan berbagai aktivis, organisasi, dan pegiat olahraga. Pelatihan ini membuka mata banyak orang tentang serunya olahraga ini.
Winara, salah satu peserta pelatihan yang saat itu fokus pada olahraga selam, mengungkapkan antusiasmenya, “Ternyata olahraga ini seru juga.” Pengalaman di pelatihan tersebut menjadi titik awal baginya untuk mendalami arung jeram.
Ia kemudian bertransformasi menjadi pelatih arung jeram dan melatih tim Aceh, hingga membawa mereka berlaga di PON XXI.
Pada Juni 2015, Federasi Arung Jeram Indonesia (FAJI) Aceh Tengah didirikan, memberi landasan formal bagi arung jeram di wilayah ini.
Pada Kejurda di Gayo Lues tahun 2015, meskipun minim pengalaman dan peralatan, para atlet FAJI Aceh Tengah berhasil meraih beberapa gelar, menandai awal sejarah prestasi mereka.
Pada Oktober 2015, tim Federasi Arung Jeram Indonesia (FAJI) Aceh Tengah untuk pertama kalinya mengikuti Kejuaraan Daerah (Kejurda) di Putri Betung, Gayo Lues.
Dengan fasilitas seadanya, para atlet melakukan latihan keras menggunakan perahu rakitan dari ban bekas yang dirancang menyerupai perahu arung jeram.
Pengalaman minim dan keterbatasan alat membuat mereka harus berjuang keras melawan derasnya Sungai Peusangan, dan bahkan sering menghadapi tantangan karena ban rakitan mereka sering bocor akibat terkena bebatuan tajam di sungai.
Meskipun begitu, pengalaman berharga ini menjadi fondasi kekuatan tim FAJI Aceh Tengah. Uniknya, meskipun baru pertama kali berlaga dan masih terbilang amatir, mereka berhasil memenangkan beberapa juara di berbagai kelas pada Kejurda tersebut.
Prestasi ini turut menginspirasi pendirian koperasi yang bertujuan untuk memajukan wisata arung jeram di Aceh Tengah sekaligus meningkatkan prestasi atlet-atlet FAJI Aceh Tengah.
Koperasi
Pada tanggal 11 November 2017 didirikanlah sebuah Usaha Arung Jeram yang bertepat di Lukub Badak. Yang nantinya akan membuka peluang bisnis bagi Atlit, Pelatih dan pengurusnya.
Arung jeram yang memperkenalkan diri sebagai salah satu wahana wisata rekreasi yang ramah keluarga, mengubah mindset orang-orang yang banyak beranggapan Arung Jeram adalah olahraga ekstrim.
Bahu-membahu mengembangkan Usaha ini hingga akhirnya pada tahun 2018 dibentuklah Koperasi Syariah Wisata Alam Gayo sebagai dukungan untuk pengembangan wisata arung jeram dan prestasi atlet FAJI Aceh Tengah.
Koperasi ini lahir dari sinergi FAJI Aceh Tengah dengan beberapa organisasi olahraga seperti ISSI, Possi, dan FPTI. Media LintasGAYO.co juga turut membantu mendirikan koperasi ini dengan peran penting dalam publikasi perkembangannya.
Tantangan Sosial dan Ekologis
Sejak awal, Arung Jeram Lukup Badak menghadapi tantangan kompleks, seperti perbedaan pandangan dengan masyarakat setempat terkait dampak aktivitas arung jeram terhadap sungai dan lingkungan.
Beberapa nelayan khawatir akan gangguan pada habitat ikan, dan petani mengkhawatirkan erosi lahan. Namun, melalui pendekatan edukatif, masyarakat akhirnya menyadari dampak positif arung jeram terhadap ekonomi lokal dan lapangan kerja.
Koperasi dan para anggota juga aktif menjaga kebersihan dan keamanan sungai tanpa merusak ekosistemnya. Secara rutin, mereka membersihkan sampah dan menghilangkan benda berbahaya seperti kawat dan kaca, menumbuhkan kesadaran lingkungan di masyarakat sekitar.
Menata dan juga merawat sungai agar aman dan asri untuk dilalui wisatawan. Hal ini tentu saja menguras tenaga dan biaya yang tidak sedikit
Perkembangan dan Ekspansi
Seiring waktu, Koperasi Wisata Alam Gayo terus berkembang dan merambah ke berbagai unit usaha lain, seperti Camping Ground Temas River Park, Uning River Park, gerai souvenir, restoran, LutTa Adventure, serta beberapa unit arung jeram seperti Gayo Adventure dan VisTa Adventure.
Jumlah anggota dan karyawan koperasi terus meningkat, dan kini mereka juga memiliki kantor tetap.
Prestasi dan Pencapaian
Prestasi Arung Jeram Lukup Badak terus bersinar. Pada Pra-PORA 2017 di Aceh Besar, mereka meraih dua medali emas untuk kategori Putri, membawa Aceh Tengah menuju PORA Aceh 2018 yang akhirnya menjadi juara umum dan mendapatkan gelar sebagai Raja dan Ratu sungai Peusangan.
Di PORA 2022 di Pidie, tim Lukub Badak menyapu bersih seluruh medali emas yang diperebutkan dan kembali menjadi juara umum yang mengantarkan FAJI Aceh tengah meraih tiket ke PON XXI di Aceh Tenggara. Di PON, FAJI Aceh Tengah meraih satu medali emas, dua perak, dan tiga perunggu.
Selain Event rutin Tim ini juga kerap berpartisipasi dalam Kejurnas serta event internasional. Seperti, Jawa Barat, Lampung, dan DKI Jakarta hingga Event Internasional di sungai Kampar, Malaysia di mana selalu meraih prestasi yang membanggakan
Penutup
Arung Jeram Lukup Badak membuktikan bahwa prestasi dan usaha ekonomi dapat berjalan seiring. Semoga di usia ke-7 tahun ini, Arung Jeram Lukup Badak terus menginspirasi pengembangan pariwisata di Tanoh Tembuni sekaligus melahirkan atlet-atlet berbakat untuk Indonesia dan Aceh khususnya.
[Darmawan]