Oleh: Muhammad Syukri*
Niccolò Machiavelli, penulis Italia terkenal, ajarannya sering dipraktikkan oleh para politisi dunia. Para politisi menganggap ajaran tersebut sangat efektif untuk menggapai atau mempertahankan tampuk kekuasaan.
Dalam bukunya yang berjudul “The Prince” (Il Principe), Machiavelli memberikan panduan tentang bagaimana seorang pemimpin dapat mempertahankan kekuasaan.
Meskipun Machiavelli tidak secara eksplisit mengajarkan cara membodohi rakyat, beberapa prinsip yang dia kemukakan dapat diinterpretasikan sebagai strategi manipulatif.
Apa strategi manipulatif yang diajarkan oleh Niccolo Machiavelli?
1. Manipulasi Citra
Machiavelli menekankan pentingnya bagi seorang pemimpin untuk tampak baik dan bermoral di mata rakyat, meskipun tindakan sebenarnya mungkin tidak demikian. Pemimpin harus pandai dalam mengelola citra publik mereka.
2. Penggunaan Kekuatan dan Kekerasan
Menurut Machiavelli, kekuatan dan kekerasan bisa digunakan untuk mempertahankan kekuasaan, asalkan dilakukan dengan cara yang tidak merusak citra pemimpin di mata rakyat.
3. Kecerdikan dan Kelicikan
Machiavelli menyarankan bahwa pemimpin harus cerdik dan licik, mampu menipu dan memanipulasi untuk mencapai tujuan politik mereka. Ini termasuk membuat janji-janji yang tidak harus ditepati jika situasi berubah.
4. Mengendalikan Informasi
Mengontrol aliran informasi dan propaganda adalah cara efektif untuk mempengaruhi opini publik dan menjaga stabilitas kekuasaan.
Meskipun pandangan Machiavelli sering dianggap kontroversial dan amoral, tujuannya adalah untuk memberikan panduan praktis bagi pemimpin dalam mempertahankan kekuasaan di tengah situasi politik yang tidak stabil.
Panduan praktis tersebut sering dirasakan rakyat dan konstituen. Bukan hanya dalam skope global, pendekatan ala Machiavelli ini terasa dalam kontestasi politik lokal hari ini.
Semuanya terpulang kepada rakyat dan konstituen. Apakah mereka bersedia dibodohi dan dimanipulasi oleh para politisi?
Saya percaya, rakyat hari ini sudah cerdas dan pintar. Mereka bisa menilai bahwa emas itu tetap emas. Tembaga tak mungkin senilai dengan emas. []