Gagasan Meraih Simpati Rakyat

oleh

Oleh : Darmawansyah*

Kontestasi pemilihan kepala daerah akan berlangsung beberapa bulan lagi. Sekelibat konsep dan isu mulai dikumandangkan dalam wahana media nyata dan maya.

Setidaknya, mereka mencari jalan menginternalisasi ide dan gagasan para calon pemimpin daerah yang terus membahana di hari dan waktu, demi meraih simpati konsituen yang akan menjunjung dan menetapkan ide dan gagasan, sesuai dengan keinginan, yang menginginkan para pemimpin mereka nantinya yang akan menahkodai wilayah Dimana daerah kepemimpinanya.

Ide dan gagasan untuk membangun daerah mulai digelontorkan dari konsep Pembangunan manusia dan alam lingkungan hingga solusi modal dan anggaran daerah yang defisit juga menjadi isu mentereng yang kini masih hangat dikalangan ummat.

Namun apakah Masyarakat paham tentang ini semua?

Dari mana mau kemana! mungkin inilah pertanyaan yang mungkin ada di benak Masyarakat Ketika melihat daerahnya dan dirinya sendiri.

Siapapun nantinya menjadi pimpinan, mereka akan menjadi manusia yang seperti itu saja dan mungkin hanya terbayang kapan seperti rakyat Negara Berunai Darussalam yang semuanya di biayai negara mulai dari Pendidikan, Kesehatan dan lain sebagainya.

Bayangan itu hanya sebagai Gambaran angan-angan dan mungkinkah itu akan terjadi di daerah di mana mereka berada?

Yang terlihat hari ini adalah pelayanan fasilitas umum yang masih amburadul membuat miris konsep pelayanan publik yang prima yang sering digelontorkan para kontestan dan pejabat-pejabat publik.

Hal ini menunjukkan konsep dan fakta bertolak belakang dan terkesan konsep hanya konsep fakta adalah bukti nyata di lapangan.

Hari ini, Masyarakat tidak butuh konsep, konsep hanya sebagai literasi lisan yang terkadang menenangkan namun menusuk di balik badan.

Konsep hanya sebatas alur fikir bagi sebagian orang dengan ide dan gagasan namun terkadang hanya sebagai pajangan angan-angan yang terletak di lemari-lemari Pustaka dan tertinggal dengan usang ketika tidak dibutuhkan.

Konsep hanya menunjukkan standar level Pendidikan seseorang dan belum tentu mampu menjadi landasan pelaksanaan aksi di lapangan.

Fakta lapangan adalah wujud dari ekspektasi sebuah keadaan nyata dari sebuah kehidupan. Fakta adalah kondisi dimana interaksi manusia dan lingkungan yang menunjukkan sebuah kondisi nyata antara unsur dan subunsur yang menyatu dalam kolaborasi energi yang menghasilkan nilai-nilai positif dan negatif.

Wujud nilai dari hasil interaksi inilah yang dibutuhkan oleh Masyarakat terutama hasil layanan instansi-instansi publik yang menangani masyarakat sehari-hari, seperti layanan kesehatan, pendidikan dan sebagainya, yang merupakan layanan dasar dalam kehidupan masyarakat.

Ketika apa yang dibutuhkan masyarakat tidak dapat terpenuhi dan konsep hanya sebatas konsep pelapis bibir pelebur nilai-nilai negatif yang selama ini berjejer di belakang kehidupan sehari-hari demi menutupi luka yang terkadang akan muncul dikemudian hari sejalan dengan kepribadian yang menjadi karakter dan sifat yang melekat selama ini.

Faktanya rakyat tidak butuh konsep, rakyat hanya butuh perubahan dan fakta yang nyata di lapangan dimana mereka dapat menikmati seperti apa yang mereka inginkan.

Rakyat tidak butuh banyak, ketika rakyat butuh Pendidikan setidaknya pemerintah menyediakan Pendidikan yang layak bagi generasi mereka dengan menyiapkan fasilitas dan pendukung lainnya guna mendidik anak-anak generasi mereka dan menjadikan mereka manusia yang berguna bagi keluarganya dan masadepannya dikemudian hari.

Ketika mereka sakit pemerintah menyediakan fasilitas yang layak dan pelayanan yang cepat dan akurat serta nuansa yang sejuk dan tidak menimbulkan sakit hati dikalangan keluarga Masyarakat yang sedang menggunakan layanan Kesehatan tersebut.

Pra sarana transfortasi juga menjadi kebutuhan dasar bagi Masyarakat, setidaknya pemimpin tidak hanya memikirkan prasarana transfortasi di seputaran kota namun di sejumlah pelosok negeri juga menjadi prioritas unggulan dari sebuah fakta yang diharapkan masyarakat.

Asal linge awal serule, merupakan kata yang mengingatkan kita pada asal mula sebuah negeri, setidaknya wilayah asal tersebut menjadi priorotas Pembangunan fisik dan non fisik demi mewujudkan gejah ke-akuan sebuah negeri. Setidaknya itu sebuah fakta yang nantinya dapat diwujudkan dikemudian hari oleh siapa? Tidak tahu!

Rakyat dengan mayoritas kelas Pendidikan terendah dalam klan manusia merupakan sasaran utama para kontestan calon pemimpin yang akan bertarung di kotak suara nantinya, menjadi sasaran tombak mata panah yang akan menjadi prioritas rayuan dengan berbagai cara dan metode serta janji-janji yang mentereng.

Rayuan eksotik panarik simpati akan dikeluarkan sebagai bukti bahwa akulah pemimpin yang patut untuk menjadi panutan di negeri ini, namun untuk membuktikan ke-akuan itu perlu dorongan dan modal pelebur kata dan simpati para konstituen yang nantinya akan menyesal juga telah menjadi pendukung setia selama mengikuti kontestasi pekan raya pemilihan pemimpin negeri.

Inilah wajah negeri yang terkadang menjadikan diri tersedak dengan sebuah bukti nyata lapangan dari sebuah kontestasi politik yang memberikan nilai yang plus-plus dari sebuah potongan kata dan kalimat “kapan pun akan menjadi pendukung setia dan mengawal keberhasilan ide dan gagasan selama menduduki jabatan tertinggi”.

Kontestasi politik tidaklah bagai sisi mata uang yang tidak terpisahkan, namun sebuah kondisi yang terkadang dapat berubah dari sebuah janji pada kondisi fakta yang tidak sesuai dengan ide dan gagasan yang selama ini menjadi jargon inti penarik simpati konstituen dilingkungan negeri.

Setidaknya Rasulullan shalallhu ‘alaihi wasallam pernah bersabda dalam haditsnya kepada Abdurrahman bin Samurah “janganlah kamu meminta jabatan! Karena sesungguhnya jika diberikan jabatan itu kepadamu dengan sebab permintaan, pasti jabatan itu (sepenuhnya) akan diserahkan kepadamu (tanpa pertolongan dari Allâh). Dan jika jabatan itu diberikan kepadamu bukan dengan permintaan, pasti kamu akan ditolong (oleh Allâh Azza wa Jalla) dalam melaksanakan jabatan itu.” (Hr. Bukhari).

Jabatan memang tidak boleh diminta karena jabatan merupakan amanah yang pasti akan menjadi tanggung jawab dunia dan akhirat.

Namun Ketika tidak ada yang mampu menerima Amanah ini maka jabatan itu boleh diminta sebagaimana Nabi Yusuf as meminta jabatan pada raja mesir kala itu,

“Dia yusuf berkata; Jadikanlah aku bendaharawan negeri (Mesir), karena sesungguhnya aku adalah orang yang pandai menjaga, dan berpengetahuan.” (QS. Yusuf: 55).

Demokrasi merupakan dunia dimana kolaborasi berbagai macam individu yang bersatu dalam sebuah wilayah yang tidak lagi mengenal klan dan kelompok tertentu, yang mana di zaman dahulu kalan atau kelompok ini yang mengusung para calon untuk menjadi wakil mereka pada pemilihan pemimpin tertinggi.

Zaman demokrasi adalah ajang unjuk diri untuk menjadi pemimpin yang bersaing berdasar ide dan gagasan disamping yang lain dan dengan bentuk pilih satu suara per satu individu tanpa pertimbangan tokoh dan rakyat biasa, pintar atau bodoh, waras atau gila semua dengan suara yang sama.

Fakta telah terwujud dan tidak mampu untuk dielakkan, setidaknya para pemilih tahu akan siapa yang dapat mewakili suara mereka dan menjadi ujung lidah dan harapan mereka demi kesejahteraan ummat di kemudian hari. Wallahu a’lam.

*Penulis adalah Kaur TU pada MTsN 7 Aceh Tengah

Comments

comments

No More Posts Available.

No more pages to load.