SATU rahasia besar akhirnya terbongkar juga. Setelah 21 tahun tersimpan rapat, akhirnya terbongkar juga. Sosok yang menjadi salah satu lahirnya adik bungsu Kabupaten Aceh Tengah, yakni Kabupaten Bener Meriah.
Kabupaten Bener Meriah yang lahir berdasarkan, UU No 41 Tahun 2003 Tentang Pembentukan Kabupaten Bener Meriah di Provinsi Aceh. Kemudian kabupaten baru ini, diresmikan Menteri Dalam Negeri (Mendagri) 7 Januari 2004.
Sosok itu adalah Karimansyah, seorang birokrat ulung milik daerah berhawa sejuk Aceh Tengah, yang puncak kariernya menjabat Sekretaris Daerah (Sekda) di dua bupati, yakni Nasaruddin dan Shabela Abubakar.
Pekerja keras yang memiliki hobi mudoran (menyebar jala di lut tawar untuk menangkap ikan), pada sekitaran 2001, mendapat tugas berat dari Bupati Aceh Tengah saat itu, Mustafa M Tamy, untuk mempersiapkan pemekarakan kabupaten baru yang diberi nama Bener Meriah.
Nama Bener Meriah sendiri diambil dari nama salah seorang putra keturunan Raja Linge XIII di Gayo, yaitu Beuner Meuria.
Saat itu, Karimansyah muda masih menjabat Plt Kabag Tata Pemerintahan di Kabupaten induk, Aceh Tengah. Oleh Bupati Mustafa M Tamy, diberi tugas yang sangat berat untuk mempersipakan pemekaran Kabupaten Bener Meriah.
Meskipun terasa berat, tugas yang diembankan kepadanya, tidak ada kata penolakan dari bibir Karimansyah. Dengan mempersiapkan data-data dan memetakan sosiografis, Karimansyah memulai langkah satu persatu.
Dengan data-data daerah yang cukup dan paham akan geografis daerah, Karimansyah, mulai menata kecamatan yang ada. Sejumlah kecamatan di kawasan Aceh Tengah dan Bener Meriah mulai di mekarkan, agar syarat pemekaran kabupaten mencukupi.
Salah satu, kecamatan yang dimekarkan tersebut, yakni Kecamatan Kebayakan, yang dimekarkan dari Kecamatan Kota. Sebagai kecamatan baru, Kariman sempat ditugaskan bupati saat itu, untuk memimpin Kecamatan Kebayakan.
Setelah penataan kecamatan selesai, Kariman dengan tim yang bekerja all out mulai mempersiapkan konsep pemekaran.
Dengan diperkuat data yang valid dan kuat serta dukungan penuh masyarakat, konsep tersebut diajukan ke DPR Aceh.
“Syukurnya tidak ada penolakan dari masyarakat saat itu, tentang pemekaran ini. Terlebih rentang pemerintah yang jarak, membuat rakyat mendukung pemekaran kabupaten baru ini,” kisah Karimansyah saat berbincang ringan di teras belakang rumahnya di kawasan Kebayakan.
Putra asli kelahiran Kebayakan, Aceh Tengah ini, mengaku, meski sempat alot pembahasan di DPRD Aceh kala itu, akhirnya surat rekomendasi itu keluar dan langsung dibawa ke Jakarta untuk diserahkan ke Depdagri dan DPR RI untuk dilakukan pembahasan lebih lanjut.
“Bahkan surat rekomendasi itu tak sempat dibawa ke Takengon, tapi begitu keluar langsung diterbangkan ke Jakarta,” ujar lelaki yang suka masakan khas Gayo, Masam Jeng ini.
Bak gayung bersambut, DPR RI pun merespon cepat usulan pemekaran ini. Sejumlah tokoh Gayo yang saat itu berada di DPR RI, diantaranya Baihaqi AK, Rahmat Salam dan kawan-kawan dengan getol pula memperjuangkan lahirnya Kabupaten Bener Meriah ini.
“Hanya butuh satu setengah tahun, Bener Meriahpun disetujui DPR RI dan pemerintah pusat pun melalui Depdagri langsung meresponnya dengan lahirnya UU no 41 tahun 2023,” kisah Karimansyah.
Dijelang akhir terbentuknya, Kabupaten Bener Meriah itulah, Karimansyah mendapat promosi menjadi Camat Kebayakan, yang juga bagian dari kerja tangan dinginnya. Saat itu, Kariman mengaku sempat menolak, karena ingin menuntaskan sedikit lagi pemekaran Bener Meriah. Namun, Bupati Mustafa M Tamy berkata lain.
“Tugas berat lain menanti sentuhan Pak Kariman, untuk menata Kecamatan Kebayakan yang baru di mekarkan,” kisah lelaki low profil ini.
Keluar Zona Nyaman
Kini, meskipun telah purnatugas sebagai birokrat, panggilan tugas berat kembali memanggilnya. Tugas maha berat itu, mengembalikan roh Aceh Tengah yang telah hilang saat ini. Kondisi pemerintahan yang nyaris tenggelam, harus diselematakan.
Panggilan hati untuk mewakafkan hidupnya demi tanoh tembuni, memaksa Karimansyah keluar dari zona nyaman di hari tua, yang sehusnya dilewati bersama para cucu. Kini, Karimansyah, bersama Bardan Saidi bertekad menata kembali Aceh Tengah dan mengembalikan roh yang hilang.
Pinangan sosok anak muda energik, Bardan Sahidi meluluhkan hatinya untuk berbuat demi Aceh Tengah. Dengan dukungan PKS dan Partai Kebangkitan Bangsa (PKB), Bardan Sahidi-Karimansyah (Beriman) telah siap bertarung dalam kontestasi Pilkada Aceh Tengah 2024.
Tentu, banyak harapan besar yang digantung masyarakat Aceh Tengah dipundak Bardan Sahidi-Karimansyah (Beriman). Untuk bisa mengembalikan dan menyelamatkan Aceh Tengah dari keterpurukan saat ini.
“Dengan niat itulah, saya nyatakan Bismillah untuk Aceh Tengah,” ujar lelaki berperawakan kurus nan lincah ini.
[Muhammad Syukri]