Pemimpin Adil, Siapa Dirugikan?

oleh

Oleh Muhammad Syukri*

Adil, kata ini seringkali diperdebatkan. Satu pihak menerjemahkan adil dengan bagi rata. Dipihak lain melihat adil itu proporsional, artinya berat kerjanya maka besar penghasilannya.

Secara faktual, banyak pihak yang masih melihat adil sebagai bagi rata. Misalnya si A diberi upah Rp 100 ribu, maka si B pun harus dapat Rp 100 ribu.

Padahal volume kerja si A berbeda dengan volume kerja si B. Si A bekerja penuh selama 8 jam, sementara si B lebih banyak istirahat, ngobrol dan ngopi.

Apabila diberi upah berbeda, si B akan menuding pemimpinnya (majikan) pilih kasih. Takut dicap pilih kasih, si pemimpin (majikan) mengabaikan suara hati nurani. Dia merasa sudah adil jika dibagi rata, padahal kontraproduktif.

Pemimpin yang seperti itu sebenarnya sedang menabur virus. Virus ini disebut kemalasan. Pelan tapi pasti terus menggerogoti etos kerja para pekerja yang rajin. Efeknya produktivitas anjlok, sampai akhirnya roda organisasi terhenti.

Kenapa itu terjadi? Rajin malas penghasilan sama, itulah inti virus yang memapar hati para pekerja. Bermula dari satu bisikan, ngapain kerja mati-matian upahnya (reward) sama dengan yang malas. Pekerja yang rajin akan tertular perilaku pekerja yang malas.

Bagaimana mengatasi kondisi seperti itu? Hanya ada satu kata: adil. Pemimpin atau majikan harus adil.

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), adil maknanya adalah tidak berat sebelah, tidak memihak, berpegang pada kebenaran, sepatutnya, dan tidak sewenang-wenang.

Untuk sementara, makna adil menurut KBBI diatas dapat digunakan sebagai indikator pemimpin yang adil.

PertĂ nyaannya, apakah semua orang suka terhadap pemimpin yang adil? Pemimpin yang tidak berat sebelah, pemimpin yang tidak memihak, pemimpin yang berpegang pada kebenaran, pemimpin yang mengutamakan kepatutan, dan pemimpin yang tidak sewenang-wenang.

Untuk mengetahui siapa yang suka terhadap pemimpin yang adil, maka harus lebih dahulu menelisik, siapa yang akan dirugikan oleh pemimpin yang adil.

Mari kita coba telisik satu persatu dengan mengajukan pertanyaan seperti dibawah ini:

1. Siapa yang dirugikan oleh pemimpin yang tidak berat sebelah? Orang serakah yang ingin dapat lebih banyak dari orang lain.

2. Siapa yang dirugikan oleh pemimpin yang tidak memihak? Orang yang tidak kompeten, yang terbiasa menempuh jalan pintas untuk mendapatkan sesuatu.

3. Siapa yang dirugikan oleh pemimpin yang berpegang pada kebenaran? Orang yang suka melanggar aturan, yang terbiasa mengangkangi aturan untuk memenangkan sesuatu.

4. Siapa yang dirugikan oleh pemimpin yang mengutamakan kepatutan? Orang yang suka berperilaku tidak wajar, pencari muka, penjilat, dan para penggembira.

5. Siapa yang dirugikan oleh pemimpin yang tidak sewenang-wenang? Orang yang suka pamer kekuasaan, mengandalkan beking, suka menindas, dan orang yang suka memamerkan kedekatan dengan penguasa.

Cukup jelas, bukan? Dengan pertanyaan sederhana itu, kita bisa mendeteksi siapa saja yang tidak menyukai pemimpin yang adil. Berapa banyak mereka, periksa saja siapa yang mereka gadang-gadangkan. Maka kita tahu, apa tujuan akhir mereka.

Nggak yakin? Boleh dianalisis sosok-sosok itu satu per satu. Paling mudah menggunakan analisis SWOT atau metode analisis yang lain. Selamat mencoba!

Comments

comments