(Catatan Akhir Pekan) Bimtek Joget Bumbung

oleh

Oleh : Fauzan Azima*

“Sekali suami berbuat salah, seumur hidup akan menjadi senjata bagi istri untuk membungkamnya,” demikian sebuah aksioma yang harus diingat para suami.

Kesimpulan itulah yang seharusnya diingat para suami ketika Ia melangkah keluar rumah. Para suami harus berfikir positif dengan kalimat “the power of woman” itu, tidak lain untuk menjaga kehormatan dirinya. Ya, setidaknya di mata istrinya.

Sehingga, oleh sebab itu, bagi pejabat bepergian, walau setingkat reje kampung, apabila pergi ke luar daerah harus mewanti-wanti; mana daerah wajib dan sunat untuk membawa istri. Saya kira berkunjung ke Bali adalah salah satu tempat yang wajib ain membawa istri.

Study tour Camat dan para Reje Kecamatan Pegasing ke Bali mendapat tanggapan sinis dari warga Aceh Tengah. Kabarnya berawal dari gosip kaum ibu, yang kemudian merebak bukan saja tentang moral, tapi sudah merambah soal hukum.

Secara ilmu spiritual, Bali dalam bahasa Jawa adalah tempat kembali. Ketika seseorang sudah tersesat terlalu jauh, dia harus kembali. Dalam bahasa Gayo, “Tingkis ulak ku bide, sesat ulak ku dene.”

Kunjungan Pak Camat dan Para Reje Kecamatan Pegasing ke Pulau Dewata itu bisa dijadikan moment untuk mengembalikan diri kepada nilai kebathinan di samping menjalankan tugas negara. Sayangnya informasi soal pelesiran itu sangat tertutup.

Keterbatasan informasi itulah yang membuat warga berasumsi macam-macam. Wartawan pun menulis dengan judul beragam. Rata-rata berisi negatif. Seharusnya para peserta study tour terbuka dan yakinkan warga bahwa kunjungan itu sangat bermanfaat dengan merilis berita-berita positif.

Hampir setiap hari media mengkritisi dari sisi anggaran yang tidak masuk dalam Musrenbang Kecamatan. Sehingga dicari cara untuk memakai dana ketahanan pangan dan dana pelatihan fardhu kifayah pemuda kampung.

Seperti warga lainnya, saya sendiri juga menduga-duga. Ketika saya melihat video yang beredar, saya kira acara itu “Bimtek Joget Bumbung” karena di dalam video itu ada dua pasang wanita dan laki-laki, serta salah seorang menari “tari guel.”

Saya mencari tahu, ternyata joget bumbung merupakan salah satu dari sembilan tarian tradisional di Bali. Tarian yang menjadi warisan budaya tak benda di dunia itu berasal dari tarian pergaulan dan kemudian menjadi tradisi. Namun dilihat dari gerakannya menurut kacamata orang Gayo nampak “sumang.”

Derasnya berita negatif tentang study tour itu, sampai beredar kabar dari mulut ke mulut bahwa para istri akan menyambut para suaminya dengan menyediakan air dan rencananya akan memandikan mereka dengan tujuan untuk mensucikan karena telah berbuat “sumang” di negeri orang.

Terlepas dari pemberitaan media dan rencana kaum ibu untuk mensucikan mereka, bahwa kita harus ingat pesan Sayyidina Ali bin Abi Thalib, “Suatu kebenaran tanpa dikelola dengan baik akan tampak buruk, sebaliknya keburukan akan dianggap benar kalau dikelola dengan baik.”

Mohon maaf, menurut saya, kunjungan Pak Camat dan Reje kampung ke Bali bisa dinilai tidak bermanfaat dan pastinya tidak dikelola dengan baik.

(Mendale, Mei 24, 2024)

Comments

comments

No More Posts Available.

No more pages to load.