Anak Berkelahi, Ada Apa Dengan Budaya Kita?

oleh

Oleh : Hammaddin Aman Fatih*

Jum’at sore, masih dalam suasana saling maaf memaafkan. Kita sangat miris, ketika mendengar kabar telah terjadi perkelahian remaja di lapangan Musara Alun yang telah menimbulkan korban jiwa.

Saat ini kita tidak lagi berbicara siapa yang benar dan salah. Tapi, ini merupakan sinyal bagi kita, bahwa bila tidak tertangani hal ini secara bijak.

Bisa akan menjadi boom waktu bagi generasi kedepannya dan bisa menjadi trend baru dalam menyelesaikan masalah/konflik dikalangan remaja di tanah Gayo.

Fenomena anak-anak berkelahi merupakan isu yang melintasi berbagai budaya, termasuk budaya kita sendiri. Di dalam budaya kita, ada beberapa faktor mungkin mempengaruhi tingkat dan karakteristik konflik fisik di antara anak-anak dalam berinteraksi diantara mereka.

Ada beberapa aspek budaya yang dapat mempengaruhi fenomena ini : Nilai-Nilai Keluarga : budaya kita sering kali menekankan pentingnya nilai-nilai seperti hormat, kepatuhan, dan keberanian.

Namun, cara nilai-nilai ini diinterpretasikan dan diterapkan dalam praktik sehari-hari keluarga dapat bervariasi.

Misalnya, di beberapa keluarga, nilai-nilai ini dapat diterjemahkan sebagai pentingnya menghormati otoritas tanpa tindakan kekerasan, sementara di tempat lain, interpretasi yang lebih otoriter mungkin membenarkan penggunaan kekerasan untuk menegakkan kepatuhan.

Pola pengasuhan : pola pengasuhan dalam budaya kita juga beragam. Beberapa orang tua mungkin menerapkan pendekatan otoriter yang keras, sementara yang lain mungkin lebih cenderung menggunakan pendekatan yang lebih demokratis dan mendukung.

Pola pengasuhan ini dapat mempengaruhi cara anak-anak belajar menyelesaikan konflik dan mengekspresikan emosi.

Media dan budaya populer : pengaruh media dan budaya populer juga dapat memainkan peran dalam membentuk pandangan anak-anak tentang kekerasan dan konflik.

Konten media yang menampilkan kekerasan sebagai cara yang efektif atau normal untuk menyelesaikan masalah dapat mempengaruhi perilaku anak-anak dalam menanggapi konflik di dunia nyata.

Pendidikan dan kesadaran masyarakat : tingkat pendidikan dan kesadaran masyarakat tentang pentingnya menyelesaikan konflik secara damai juga dapat memengaruhi perilaku anak-anak.

Di mana pendidikan dan kesadaran masyarakat lebih tinggi tentang cara-cara yang sehat untuk mengelola konflik, kemungkinan besar anak-anak akan lebih terampil dalam menangani konflik dengan damai.

Kondisi sosio-ekonomi : kondisi sosio-ekonomi keluarga juga dapat mempengaruhi tingkat konflik di antara anak-anak. Di mana ada ketidakstabilan ekonomi atau ketegangan sosial, konflik bisa menjadi lebih umum karena tekanan dan stres yang dialami keluarga.

Peran keluarga sangat penting dalam mencegah anak-anak dari berkelahi untuk menyelesaikan masalahnya atau konflik ketika dia beraktifitas diluar rumah. Sehingga ada yang mengatakan prilaku anak, adalah cermin kehidupan sebuah keluarga.

Beberapa peran utama keluarga dalam menjaga anak-anak agar tidak terlibat dalam konflik fisik :

Memberikan teladan positif : orang tua dan anggota keluarga lainnya berperan sebagai model bagi anak-anak mereka. Dengan menunjukkan cara menyelesaikan konflik secara damai dan mengkomunikasikan emosi dengan sehat, anak-anak akan belajar bahwa kekerasan bukanlah cara yang efektif atau diterima untuk menyelesaikan masalah.

Mengajarkan keterampilan sosial : keluarga dapat membantu anak-anak mengembangkan keterampilan sosial yang diperlukan untuk berinteraksi secara positif dengan orang lain. Ini meliputi keterampilan seperti komunikasi efektif, empati, dan resolusi konflik yang konstruktif.

Mendorong pengembangan empati : dengan mengajarkan anak-anak untuk memahami perasaan dan perspektif orang lain, keluarga dapat membantu mereka mengembangkan empati.

Ini dapat membantu anak-anak lebih peka terhadap dampak dari perilaku mereka dan mengurangi kecenderungan untuk terlibat dalam konflik.

Menyediakan lingkungan yang aman dan mendukung : keluarga harus menciptakan lingkungan yang aman dan mendukung di mana anak-anak merasa nyaman untuk mengungkapkan diri tanpa takut dihakimi atau disalahpahami. Ini melibatkan menciptakan iklim di mana komunikasi terbuka didukung dan perasaan dihargai.

Mengatasi konflik secara konstruktif : keluarga dapat mengajarkan anak-anak cara menangani konflik dengan cara yang produktif dan damai. Ini termasuk mengajarkan mereka keterampilan seperti kompromi, negosiasi, dan mencari solusi bersama-sama.

Memberikan perhatian dan dukungan emosional : anak-anak yang merasa didengar, dihargai, dan didukung oleh keluarga mereka cenderung memiliki kemampuan yang lebih baik untuk mengelola emosi mereka dengan sehat. Ini dapat membantu mengurangi kemungkinan mereka terlibat dalam konflik fisik sebagai cara untuk mengekspresikan diri.

Mengawasi dan mengarahkan penggunaan media : keluarga dapat berperan dalam mengawasi dan mengarahkan anak-anak dalam penggunaan media, termasuk memastikan bahwa anak-anak tidak terpapar pada konten yang mendukung atau memperkuat kekerasan sebagai cara menyelesaikan konflik.

Melalui peran-peran diatas, keluarga dapat membentuk fondasi yang kuat bagi anak-anak mereka untuk tumbuh dan berkembang menjadi individu yang terampil dalam menangani konflik secara positif dan damai.

Selain hal diatas, masyarakat memiliki peran yang sangat penting dalam tumbuh kembang anak. Ada beberapa point yang menjelaskan pentingnya peran masyarakat dalam perkembangan anak.

Dukungan sosial : lingkungan sosial yang mendukung dapat membantu anak merasa aman, percaya diri, dan diterima. Dukungan dari keluarga, tetangga, dan teman-teman dapat membentuk fondasi yang kuat bagi perkembangan psikologis anak.

Model perilaku positif : anak-anak cenderung meniru perilaku orang dewasa di sekitar mereka. Oleh karena itu, masyarakat yang memberikan contoh perilaku yang positif dan sehat akan memberikan pengaruh yang baik bagi anak-anak.

Akses ke sumber daya : masyarakat yang menyediakan akses yang baik ke pendidikan, layanan kesehatan, dan sumber daya lainnya dapat membantu anak-anak berkembang secara optimal. Ini termasuk akses ke taman bermain, fasilitas olahraga, perpustakaan, dan program ekstrakurikuler.

Pemberdayaan orang tua : masyarakat dapat memberdayakan orang tua dengan menyediakan sumber daya, pelatihan, dan dukungan untuk membantu mereka mendidik anak-anak mereka dengan baik.

Kelompok dukungan orang tua, kelas parenting, dan layanan dukungan keluarga adalah contoh bagaimana masyarakat dapat membantu orang tua dalam perannya.

Pendidikan tentang kesehatan mental : masyarakat juga memiliki peran dalam meningkatkan pemahaman tentang kesehatan mental dan mempromosikan kesadaran tentang masalah kesehatan mental pada anak-anak.

Dengan menyediakan informasi, layanan, dan dukungan yang tepat, masyarakat dapat membantu anak-anak mengatasi tantangan mental mereka.

Penutup

Peran keluarga sangat besar/vital dalam tumbuh perkembangan dan fondasi awal karakter anak-anak kita. Selain itu, kontrol masyarakat sangat penting dalam mengawasi anak-anak kita dalam berinteraksi.

Pengawasan dan kontrol masyarakat kita saat ini telah mulai memudar. Ada istilah dalam bahasa Gayo “hana siorus anak ni jema, anak diri pe entah kune”. Hal ini sebuah deskripsi ego masyarakat kita yang tidak lagi merasa peduli bertanggungjawab terhadap prilaku anak-anak dilingkungannya.

Kita seharus bersyukur, ketika masih ada orang yang mau menceritakan prilaku anak-anak kita diluar sana kepada kita, baik kabar negatif maupun positif. Hal itu merupakan sebuah bentuk rasa kepedulian mereka terhadap anak kita.

Tapi sayang saat ini, sering kita berasumsi negatif dengan tindakan tersebut. Seakan-akan telah menjatuhkan kewibawaan marwah kita sebagai orang tuanya.

Ada satu nilai filosofis atau makna tradisi turun mani dalam budaya Gayo yang cukup pantas kita sebut mulai kehilangan makna. Acara “turun mani” sebenarnya sebuah aktifitas symbol permintaan kita sebagai orang tua kepada masyarakat disekitarnya untuk mengawasi/menjaga/menegur prilaku anak-anak kita nanti dalam berinteraksi dalam bermasyarakat.

Bila menyimpang ingatkan atau beritahu kami sebagai orang tuanya, jangan biarkan mereka nanti bertindak semaunya saja !!!

Kita berharap dan berdo’a kejadian ini merupakan kasus yang terakhir terjadi di dataran tinggi tanoh Gayo. Semoga kasus ini bisa menjadi pembelajaran bagi kita orang tua untuk peduli terhadap aktifitas anak-anak dilingkungann kita.

Tunjukkan rasa aksi kepedulian kita. Mereka asset masa depan kita, jangan sampai mereka terkelincir karena kelalaian kita sebagai orang tuanya.

*Penulis seorang antropolog dan pemerhati kehidupan sosial, ekonomi, politik dan budaya yang berdomisi diseputaran Kota Takengon.

Comments

comments

No More Posts Available.

No more pages to load.