Para Pemimpin Harus Bertanggung Jawab Atas Kekerasan di Kalangan Anak Muda

oleh
Fauzan Azima Bersama Bambang Saptono dari Kantor Staf Kepresidenan (KSP). (Ist)

Oleh : Fauzan Azima*

Warga Aceh Tengah sedang dalam suasana berduka atas meninggalnya ananda MD, seorang pelajar SMK pada 12 April 2024 lalu di lapangan Musara Alun, Kota Takengon. Do’a kami, semoga almarhum diampuni dosa dan kesalahannya serta tercatat sebagai salah seorang penduduk surga. Amin Ya Allah.

Duka keluarga ananda MD adalah duka dunia pendidikan kita, dan tentu saja duka kita bersama. Kita hidup dan berkehidupan di atas bumi dan pada kolong langit yang sama serta bernafas dengan udara yang sama. Andai saja kita sadar tentang “rasa bersumber dari yang satu” tentu tidak terjadi duka lara keluarga ananda MD dan kita semua.

Peristiwa kekerasan yang sama akan terus berulang jika kita tidak merestart fikiran, rasa dan perasaan bahwa “kita se-Adam dan se-Hawa.” Setiap kita sebagai orang tua yang melepas anak-anak keluar rumah, maka semua orang adalah orang tuanya. Hal itu harus dimanifestasikan sebagai komitmen bersama yang digagas pimpinan daerah.

Kenyataan hari ini, hidup dan kehidupan kita sudah sangat nafsi-nafsi. Sikap gotong royong, merasakan anak orang sebagai anak sendiri tidak ada lagi. Kita enggan menegur atau menasehati kalau anak-anak berlaku tidak beretika. Sehingga setelah tragedi almarhum ananda MD, tidak ada rasa empati bersama. Para pemimpin lupa dengan tugasnya menjadi pengayom masyarakat.

Kepergian almarhum ananda MD telah menjadi bukti bahwa para pemimpin di negeri ini tidak berguna, tidak ada artinya bagi masyarakat, telah buta mata hatinya dan pantas dijadikan sasaran amuk massa, jika terjadi revolusi sosial. Sepatutnya pemimpin datang dengan kekuasaannya meredam segala potensi yang mengarah pada kekerasan. Terutama kebengisan pada kalangan anak muda.

Abu Sa’id Al-Khudri radhiyallahu ‘anhu berkata, “Aku mendengar Rasulullah SAW bersabda, ‘Barang siapa dari kalian melihat kemungkaran, ubahlah dengan tangannya. Jika tidak bisa, ubahlah dengan lisannya. Jika tidak bisa, ingkarilah dengan hatinya, dan itu merupakan selemah-lemahnya iman’.”

Porsi para pemimpin apabila melihat kemungkaran, maka harus mencegah dengan tangannya atau kekuasaan karena mereka punya sumber daya untuk berbuat lebih banyak. Jangan ada alasan tidak ada biaya atau alasan tetek bengek lainnya, dengan dalih ingin berlepas diri dari tanggung jawab.

Pada era media sosial ini, kekerasan di kalangan anak muda telah menjadi fenomena. Mereka mengekspresikan dan mencari identitas dirinya lewat berbagai platform sosial media tanpa batas. Kontrol terhadap anak di rumah memang tugas orang tua, tapi pemerintah punya tanggung jawab yang luas untuk mengatur semua server yang berpotensi merusak akhlak anak-anak muda.

Masa depan anak-anak muda sebagai pagar negeri menjadi tugas suci para pemimpin hari ini. Pemimpin itu diuji dengan sikap rasa tanggung jawabnya kepada anak muda. Kalau komitmennya tidak ada untuk generasi muda, mereka pantas dibuang ke laut. Dan pada kemalangan ananda MD adalah kealpaan para pemimpin.

(Mendale, April 14, 2024)

Comments

comments

No More Posts Available.

No more pages to load.