Oleh : Fauzan Azima*
Kita pernah mendengar cerita, seekor nyamuk muda sukses dengan terbang perdananya. Dia bercerita tentang pengalaman terbangnya kepada ayahnya.
Kata nyamuk muda, orang-orang menyambutnya dengan bertepuk tangan. Lalu sang ayah menasehatinya, hati-hati, orang-orang itu tidak sedang mengapresiasimu, tapi mereka ingin membunuhmu.
Demikianlah, hati-hati dengan pujian. Tidak semua kata manis sebuah pernyataan salut. Tapi bisa jadi jebakan untuk membunuh karaktermu. Tidak semua manusia tulus, namun bukan berarti kita harus berprasangka buruk. Hanya perlu hati-hati untuk keselamatan diri.
Pemilu lalu telah menjadi pelajaran. Banyak korban janji-janji manis pemilih. Merasa suara mereka sedang dibutuhkan, sehingga leluasa mempermainkan jiwa para kontestan. Sebaliknya kalau calon sudah jadi pejabat, mereka lagi mempermainkan jiwa rakyat. Karakter kurang baik, merasa punya kuasa, bebas mengorbankan orang lain.
Pemimpin yang terpilih adalah cermin pemilih. Prilaku kebanyakan manusia pada suatu daerah diwakilkan karakternya pada pemimpinnya. Karakter pemimpin lahir dari karakter rakyat umumnya. Dengan demikian tidak boleh saling menyalahkan antara pemilih dan dipilih.
Beberapa bulan lagi kita akan menghadapi Pilkada. Di Aceh Tengah dan Bener Meriah beberapa bakal calon kandidat bupati dan wakil bupati masih berumur relatif muda dan mengklaim diri mewakili kaum milenial, generasi yang lahir tahun 1981-1996 telah siap berkompetisi. Walau faktanya setelah terpilih mereka mewakili seluruh rakyat, bukan sekelompok orang muda.
Pilkada akan datang, soal usia milenial akan dijadikan jualan politik. Stamina kuat, kesehatan prima, berfikir jernih, lebih inovatif, lebih aspiratif, belum bosan belajar, suka tantangan, melek teknologi, kesadaran tinggi, dan punya jiwa memberontak dan anti kemapananan.
Setidaknya begitulah karakteristik orang-orang muda. Jika watak muda ini disandingkan dengan kekuasaan maka besar kemungkinan cita-cita daerah menjadi makmur akan terwujud.
Semesta telah mengaminkan bahwa sekarang kekuasaan bukan lagi dominasi orang tua. Bahkan orang muda lebih berpeluang untuk berkuasa. Krisis pemimpin sekarang sudah akut. Kemunculan anak muda bukan hadir dari pengkaderan orang tua. Sama sekali tidak. Justru Anak muda muncul dari missing link dari tidak adanya pembinaan dari orang-orang tua.
Bukti semesta mulai selaras dengan orang muda sebagai pemimpin masa depan adalah kehadiran M. Syahrial pada usia 27 tahun telah menjabat sebagai Walikota Tanjungbalai, Sumatera Utara. Dia dilantik sebagai walikota tepat pada 26 Pebruari 2021.
Di belahan dunia lain, Bashaer Othman menjadi salah satu wali kota termuda dunia. Di usianya yang masih 15 tahun, pelajar yang masih duduk di kelas I SMA Palestina ini sudah diberi jabatan publik sebagai Wali Kota Allar, Tulkarm, Tepi Barat, Palestina pada 14 September 2012.
Kalau Gibran Rakabuming Raka menjadi Wakil Presiden RI pada usia 37 tahun, Sebetulnya tidak terlalu muda. Biasa seorang yang telah diberi kepercayaan sebagai pemimpin dengan sendirinya aura kecerdasannya meningkat. Seiring dengan perjalanan kepemimpinannya, Gibran akan menjadi lebih dewasa dalam berpolitik.
Di Ekuador, Daniel Noboa akan menjadi presiden termuda dalam sejarah negara yang beribu kota Equito itu. Pengusaha pisang berusia 35 tahun ini berhasil memenangkan pemilihan presiden putaran kedua negara itu beberapa minggu lalu.
Sebagian kalangan berpendapat soal kekhawatiran pemimpin muda adalah attitude atau bersikap rendah secara moral. Pemimpin tua pun sama saja kalau memang belum selesai dengan dirinya sendiri, tetap belum dewasa dalam politik. Jadi attitude tidak memandang usia.
Ada pula masyarakat mengaku trauma dengan Ahmadi Samarkilang, orang muda yang menjadi Bupati Bener Meriah akhirnya tertangkap KPK. Tentu kita tidak bisa menggeneralisasi setiap pemimpin muda bersikap demikian. Tapi justru peristiwa Operasi Tangkap Tangan itu dijadikan pelajaran bagi pemimpin melinial berikutnya.
Anak-anak muda di Aceh Tengah dan Bener Meriah harus mempersiapkan diri menjadi pemimpin. Malulah pada seorang bocah berusia tiga tahun asal Amerika Serikat, terpilih menjadi Wali Kota di sebuah kota kecil di Dorset, Minnesota, AS. Dilansir Huffungtonpost pada Kamis, 13 Agustus 2015, James berhasil terpilih menjadi pemimpin di kotanya berkat dipilih oleh mayoritas warganya.
Jadi kalau Sona Lisdi Hakim, Andi Irham, Azza Apri Saufa dan Zam Zam Mubarak telah siap mencalonkan diri sebagai Bupati Aceh Tengah bukan cerita aneh. Percayalah semesta pasti mendukung dengan syarat niat yang tulus untuk menata Aceh Tengah yang lebih baik, bukan sebab “iuyah ni jema” dengan tujuan membunuh karakter anak muda.
(Mendale, Maret 21, 2024)