Oleh : Vera Hastuti, M. Pd*
Hari Bahasa ibu internasional baru saja berlalu. Di seluruh dunia, hari ini diperingati setiap tanggal 21 Februari. Mengapa hari ini harus diperingati? Jawabannya sebagai upaya untuk melestarikan bahasa daerah dan meningkatan kebudayaan.
Lalu, mengapa Bahasa ibu sangat penting? karena bahasa ibu adalah identitas suatu suku dan berperan untuk menjaga kebudayaan asli.
Bahasa ibu atau bahasa daerah adalah warisan budaya yang sudah ada sejak kita dilahirkan.
Bahasa pertama yang dipelajari anak dari keluarga dan lingkungan terdekat. Bahasa ibu adalah bahasa pertama yang didapatkan oleh seorang anak selain bahasa Indonesia.
Bahasa ibu sebagai bahasa daerah adalah kekayaan bangsa dan memiliki fungsi sebagai alat komunikasi bagi masyarakat pendukungnya. Selain sebagai alat komunikasi intraetnik, bahasa daerah juga berfungsi sebagai pendukung bahasa nasional, yakni bahasa Indonesia.
Bahasa ibu mengandung banyak filosofi, kearifan dan pandangan hidup masyarakat pemakai bahasa nya. Orang Gayo, misalnya, menggunakan bahasa Gayo dalam semua kegiatan adat istiadat dan kebudayaan.
Kita sebut saja melenkan, didong, kekitiken, perimestike, pepongoten, dan kegiatan budaya lainnya. Bisa dikatakan, tidak ada Bahasa Gayo, maka tidak ada budaya dan adat istiadat Gayo.
Lantas, bagaimana nasib suku Gayo bila Bahasa Gayo punah?
Mengingat semakin berkurangnya minat generasi Z terhadap penggunaan bahasa Gayo? Menurut seorang ahli bahasa, bila bahasa Gayo punah, maka suku dan adat istiadat Gayo akan ikut punah. Karena bahasa Gayo adalah identitas Gayo itu sendiri.
Keberadaan bahasa Gayo merupakan warisan berharga dan cerminan kekayaan budaya daerah, sehingga harus terus dilestarikan.
Bahasa Gayo Jadi Pertaruhan Pelestarian Budaya Gayo.
Menurut Richard Saupia, Bahasa adalah elemen paling mendasar dari perkembangan peradaban manusia. Dengan Bahasa Gayo, nilai budaya Gayo diajarkan.
Bahasa Gayo adalah landasan yang digunakan untuk mengajarkan nilai-nilai kebaikan dan kebenaran. Nilai ini dapat dijadikan sebagai pedoman kehidupan atau sebagai pengarah tindakan orang Gayo itu sendiri.
Melalui Bahasa Gayo inilai kebudayaan Gayo seperti nilai religius, nilai kebaikan, nilai kebenaran, nirai moral dan sosial diajarkan dan tumbuh berkembang di masyarakat sehingga generasi berikutnya tidak kehilangan jati dirinya.
Namun, kenyataannya saat ini, kecintaan masyarakat dan generasi muda terhadap bahasa Gayo telah berkurang. Hal ini disebabkan oleh perubahan pola pikir masyarakat, pengaruh globalisasi, dan pergeseran nilai-nilai budaya.
Menjaga bahasa Gayo agar tidak punah dan lestari adalah keharusan dan bentuk implementasi cinta kebudayaan. Karena, budaya daerah menunjukan bagaimana gambaran keadaan dan sifat di setiap daerah.
Membiasakan bahasa Gayo juga berarti melestarikan budaya (resam) Gayo. Hal ini adalah bentuk upaya untuk menjaga dan melindungi bahasa Gayo dari kepunahan atau kerusakan warisan budaya.
Pelestarian budaya dilakukan agar nilai-nilai budaya luhur tetap lestari, meskipun tergerus oleh waktu.
Dimulai dari sekarang dan diawalai oleh diri sendiri. Mencintai bahasa Gayo dan bangga berbahasa Gayo. Merawat dan melestarikan bahasa gayo bisa dengan berbicara menggunakan bahasa Gayo dalam percakapan sehari-hari.
Memasukkan bahasa Gayo ke kurikulum sekolah. Mengadakan lomba dan kompetisi tentang bahasa Gayo. Menerbitkan bacaan atau majalah berbahasa Gayo. Menggunakan bahasa Gayo pada saat di rumah.
Utamakan Bahasa Indonesia, Lestarikan Bahasa Daerah. Semoga, Bahasa Gayo terus lestari agar suku, kebudayaan dan adat istiadat Gayo selalu abadi.
*Penulis adalah Guru SMAN 1 Takengon