Ironi Pilihan Politik

oleh

Oleh : Muhammad Syukri*

“Darah lebih kental dari air.” Begitulah ungkapan yang mempertegas bahwa hubungan kekerabatan lebih kental daripada hubungan pertemanan.

Benarkah? Dalam kaitan dengan “sinte morip” (pesta) maupun “sinte mate” (dukacita), barangkali ungkapan diatas dapat dibenarkan.

Sebaliknya, dalam situasi tertentu misalnya pilihan politik, “darah lebih kental dari air” hanyalah lips service (pemanis bibir).

Bahkan demi menjaga hubungan kekerabatan, ada yang berani mengatakan: “ike ningko jangut, naku rayoh.” (Kalau kamu bulunya, aku darahnya).

Kalimat penyemangat itu mempertegas bahwa hubungan kekerabatan adalah nomor satu. Akibat kalimat itu, para calon anggota legislatif (caleg) pun maju tak gentar.

Semua sumberdaya dikuras habis demi memperoleh kursi di parlemen. Faktanya, kalimat itu tidak berlaku dalam pilihan politik tanggal 14 Februari lalu.

Pasca Pemilu 2024, saya ngobrol dengan salah seorang caleg. Saya tanya, apa hal paling berkesan selama proses penggalangan suara tahun ini?

“Ikatan kekerabatan tidak berlaku dalam pilihan politik,” ungkapnya.

“Contohnya?” kejar saya.

“Suara untuk saya nol di TPS tempat kerabat saya memilih,” sebutnya.

“Koq bisa?” kata saya menghela nafas.

“Ironis kan? Faktor ekonomi mengalahkan kentalnya darah,” jawabnya sambil tertawa.

Ternyata kentalnya nilai kekerabatan di Dataran Tinggi Gayo mulai dikikis oleh prinsip ekonomi kapitalis. Memang, dalam ekonomi kapitalis, semua segmen dinilai sebagai komoditas. Barang, benda, jasa atau zat dapat diubah demi menghasilkan sedikit laba. Separah itukah?

Parah atau tidak, hanya para caleg yang bisa merasakan ironi itu. Bagi pemilih yang masih menjunjung integritas, barangkali memilih seorang caleg semata-mata untuk menempatkan seseorang sebagai “tempat mengadu.”

Tempat menyampaikan keluh kesah, harapan, keinginan dan sebagainya. Seperti kata pendiri negara ini, bahwa mereka yang duduk di parlemen akan menjadi “penyambung lidah rakyat.”

Akankah mereka yang terpilih hari ini akan menjadi penyambung lidah kita? Semoga, dan kita harapkan seperti itu. Wallahualam. []

Comments

comments

No More Posts Available.

No more pages to load.