[Cerpen] Kukira Sahabat
Annisa Mutia
Di sebuah rumah yang sederhana hiduplah seorang anak laki-laki dan adiknya. Anak laki-laki itu bernama Arka sedangkan adiknya Alora. Mereka kehilangan orang tuanya dalam kecelakaan akiban rem mobil yang blong.
Ada dugaan kuat bahwa kecelakaan itu adalah
ulah orang yang membenci keluarga mereka. Sebagaimana ungkapan ayah Arka sebelum pergi untuk selamanya, ayahnya berkata bahwa pembunuh itu bersekolah di kota Bandung.
Untuk membalaskan dendamnya Arka dan Alora memutuskan pindah ke Bandung. Dan hari ini adalah hari pertama mereka bersekolah di Bandung, tapi sekolah Arka dan Alora berbeda.
Arka tidak ingin terjadi sesuatu yang buruk kepada Alora, itu sebabnya Alora tidak diizinkan bersekolah di tempat yang sama dengan Arka. Setelah Arka menyelasaikan urusannya di Bandung dia akan kembali lagi ke Jakarta, tekatnya.
Bel istirahat berbunyi. “Kamu Arka kan?” Tanya seorang anak laki-laki kepada Arka. “Ya,” jawabnya singkat. “Kenalin, aku Rayden.” Rayden memperkenalkan dirinya, dan, tidak ada jawaban dari Arka.
“Kamu anaknya om Sebasta, kan?” Tanya Rayden yang berhasil membuat Arka kebingungan. “Tau dari mana?” Tanya Arka. “Ya tau lah, orang papa kita temenan dari SMP kok,” jawab Rayden. Dibalas anggukan oleh Arka.
“Aku tau tujuan kamu kesini ngapain,” ucap Rayden. “Mau nyari seseorang yang udah bikin orang tua kamu meninggal, kan!” Sambungnya lagi.
Sejak saat itu Arka dan Rayden mulai berteman. Rayden selalu berusaha mambantu Arka untuk mencari orang yang telah membunuh sahabat papanya.
Sudah hampir tiga bulan Arka mencari tahu tentang orang yang tega membunuh kedua orangtuanya, sampai akhirnya pencarian mereka semakin mengarah jelas kepada si pelaku. “Arkaaa…” Teriak Rayden yang berlari menghampiri Arka. “Kenapa?” Tanya Arka.
“Aku tau siapa yang udah bikin rem mobil orang tua kamu blong.” Ucap Rayden.
“Siapa?” Tanya Arka yang sudah penasaran.
“Zefara Arabella,” jawab Rayden dengan sangat yakin.
“Zefara?” Tanya Arka yang bingung.
“Iya. Aku dengar kabar dari orang-orang bahwa keluarga Zefara sangat membenci keluarga kalian, karna keluarga kalian telah merebut sebuah kerjasama bisnis yang menyebabkan ayah Zefara menjadi bangkrut.” Jelas Rayden. Mata Arka nanar, kemarahan dan juga rasa sedih bertumpuk di pelupuk matanya.
Malam hari pun tiba. Kini zefara sudah berada di sebuah taman yang sangant sepi, tempat Arka berjanji untuk bertemu. “Arka di mana sih,” tanya Alora pada dirinya sendiri. “Zefara,” panggiln seseorang dari arah belakang.
Mendengar namanya disebut, Zefara lantas berbalik. “Arka, kok kamu lama banget? Ada seusatu apa? Kalau ga penting aku balik ya. Sudah malam sekali ini.” Ucap gadis itu. “Kamu kan yang udah buat rem mobil papa aku blong?” Tanya Arka yang sontak membuat Zefara kebingungan.
“Haa? Maksudnya? Aku ga ngerti,” balas Zefara.
“Ga usah bohong!! Jujur aja apa susahnya sih.” Arka mulai memanas.
“Itu bukan aku, bahkan aku ga tau kalau papa kamu udah ga ada,” timpal Zefara. Arka terus saja menghakimi,
“keluarga kamu benci kan sama keluarga aku?” Tanya Arka.
“Arka aku beneran ga tau apa apa!” Zefara berusaha meyakinkan Arka, tapi sepertinya sia-sia.
Arka lalu mengambil pistol yang ada di sakunya, mengarahkannya ke arah Zefara yang mematung ketakutan. Arka mencuri pistol dari rumah pamannya yang bekerja sebagai polisi. Dia tidak berpikir Panjang dengan perbuatannya. Baginya, kematian orang tuanya harus dibalaskan. Bagaimanapun caranya.
“Dalam hitungan detik peluru akan melesat dari pistol ini, mendarat tepat di perut kamu!” Arka mulai menggila.
”Arka gak usah gila kamu. Kalau emang keluarga aku ada salah aku mohon maaf, Arka jangan gini aku mohon.” Zefara mulai menggigil ketakutan, suaranya bergetar dan air mata menetes begitu saja dari matanya.
Dooor. Seperti yang dikatakan Arka, peluru itu tepat mendarat di perut Zefara.
“Kamu pantas dapat itu!” Ucap Arka.
“Dasar bodoh,” suara seseorang yang tidak asing bagi Arka tiba-tiba muncul. Arka mencari sumber suara itu.
“Arka, Arka. Mudah sekali kamu percaya dengan semua cerira karanganku.” Ucap orang itu lagi.
“Rayden, itu kamu?” Arka mencoba memastika.
“Iya ini aku, orang yang selama ini menjadi sahabatmu,” jelas Rayden.
“Maksud kamu apa?” Tanya Arka.
“Orang yang udah buat rem mobil papa kamu blong itu aku, bukan Zefara.” Rayden mengaku. Arka terkejut dengan pengakuan itu.
“Kenapa kamu lakukan ini semua, ha?” Tanya Arka kalut.
“Karena papa kamu adik aku sekarang gak ada,” jelas Rayden.
“Ha? Adik?” Arka benar-benar kebingungan.
“Iya, adik aku. Coba aja seandainya papa kamu gak nabrak adik aku, pasti dia masi ada sampai sekarang!” Ucap Rayden.
“Sudahlah, kamu gak perlu banyak tanya, sekarang giliran kamu menyusul orang tuamu Arka,” sambung Rayden.
Arka langsung berlari menuju Zefara. Orang yang ternyata tidak bersalah ini menjadi korban karena dendam butanya. “Zefara, bangun, maafin aku. Ze…”
Arka yang sibuk membangunkan Zefara tidak menyadari Rayden bergerak mengambil pistol yang sedari tadi tergeletak di atas rumput. Ia mengarahkannya ke kepala Arka.
“Selamat tinggal sahabatku…”
Dorrr!
Arka terjatuh tepat di sebelah Zefara. “Z-zefa, maafin a-aku…” Arka merasakan tubuhnya semakin melemas, ia teringan adiknya yang saat ini pasti ada dirumah menantinya, “semoga kamu bisa menjaga dirimu dengan baik, Alora.” Bisiknya di sisa helain napas, dan kini dia tak sadarkan diri lagi.
Sirine mobil polisi berbunyi mendekat ke arah mereka. Rayden yang mendengar itu langsung menjatuh kan pistol dan siap melarikan diri.
“Semoga bahagia Arka. Berikutnya giliran adikmu. Alora Anathasia, tunggu aku. Kamu juga pantas mati.” Ucap Rayden dengan senyum jahatnya.[SY]
*Annisa Mutia adalah. Putri kedua dari empat bersaudara ini adalah penikmat makanan gurih seperti mie ayam, seblak dan odeng ini merupakan siswa SMP IT Cendekia yang dalam asuhan kelas menulis bersama Ustadzah Fauraria Valentine.