Oleh : Kenara Seni*
Setengah perjalanan waktu, perhelatan budaya di taman Ratu itu menjadi saksi bisu agar ritual itu tercatat rapi di dalam buku.
Harapan menjadi terbaik merasuki jiwa mereka, persiapan bekal bahkan kekuatan metafisika diadopsi agar tercatat di laporan daftar pemenang.
Di titik itu, interaksi sosial, atraksi budaya di unjuk gigi kan oleh Raja Raja kecil yang didampingi permaisuri cantik dari pelosok negeri hadir meremote control mainannya.
Untuk mempertahankan simbol kemegahan itu butuh anggaran, sumber daya, dan segala faktor pendukungnya. Proses mutualisme makhluk sosial sedang berlangsung. pemburu dolar menyajikan barang dagangan dalam etalase kaca kusam.
Para sutradara dan pemeran utama sampai penontonnya di persiapkan untuk mengetahui tugas masing masing dan berkelakar sebagai bahan cerita nantinya.
Momentum tema bagus saat zaman tidak mendukung. rempah berevolusi menjadi Royco dan Ajinamoto. Bahtera berubah bentuk menjadi pesawat cargo.
Acara itu mewarnai suasana massa lalu yang kental, seakan muyang datu ikut duduk meningkah didong dan berayun badan dalam gerakan Saman.
Penilaian cerita itu bagaikan 5 orang buta menterjemahkan seekor gajah. Segalanya mengatakan aku, kami, kita yang terbaik.
Anjungan tempo dulu itu tidak lama lagi ku tinggalkan, catatan dinding dan goresan pena diukir pada batu prasasti sejarah bahwa kami masih ada walau tak bernyawa.
Menantikan putusan hakim bagi raja paling berbudaya sangat dinantikan, hati bergetar saat detik detik akhir penentu saat sang sultan membacakan maklumat kemenangan di podium utama.
(Kutenireje, 11 Nopember 2023)