Oleh : Kenara Seni*
Nilai budaya dan gambaran dari jiwa masyarakat Gayo salah satunya adalah tutur. Tutur sebagai panggilan atau sebutan terhadap seseorang yang terikat pada pertalian darah, keluarga, teman akrab sebagai jalur penghubung untuk menguatkan ikatan kekerabatan dan terkandung makna filosofis dan nilai pada masyarakat Gayo.
Tidak dapat dipungkiri bahwa, perkembangan dunia yang nyaris tanpa batas ini, memengaruhi dan mengaburkan rasa hormat dan sopan kepada seseorang yang berkaitan dengan tutur.
Tutur memiliki korelasi yang erat dengan perilaku seseorang misal panggilan seorang ayah ke anak nya, di negeri antara ini disebut “win’ untuk anak laki laki dan “ipak” untuk anak perempuan. Demikian sebaliknya, panggilan anak ke ayahnya disebut “Ama”. Dan panggilan itulah di sebut tutur.
Menyangkut tutur yang melekat pada seseorang otomatis bisa menjaga sikap dan penghormatan kepada siapapun. Fenomena asimilasi sebutan tutur saat ini sudah terjadi dari serapan asing. Ada anak memanggil bos pada orang tuanya dan orang tua memanggil pong (kawan) kepada anaknya.
Disorientasi tutur saat ini bisa berpengaruh kepada perilaku menyimpang, contoh kejadian pada tetangga sebelah, di isukan orang tua melakukan pencurian dan membagikan hasil curiannya kepada anak anaknya.
Kasih sayang orang tua kepada anaknya, kan tidak harus meracuni aliran darah anak itu dengan hasil curian dan sangat disayangkan lagi bila perkembangan anak itu menjurus menjadi pengikut orang tuanya, siapa yang di salahkan? Kejadian diatas mungkin, tutur orang tuanya berubah dengan memanggil anaknya sebagai bos.
Degradasi tutur itu lebih menyedihkan lagi bila anak itu di posisikan sebagai bos. Situasi ini terjadi bila orang tua memiliki anak semata wayang, ini parah! Biasanya apapun permintaan anak itu di penuhi, uwalaupun harus mengambil hak orang lain.
Bila orang tua menuturi anaknya sebagai pong, hal ini sangat mengkhawatirkan karena bisa jadi mereka berkolaborasi melakukan perbuatan maksiat dan apabila orang tua tidak dapat memenuhi hajat keinginan anaknya, tidak segan segan anak itu membunuh orang tuanya dan berlabel menjadi anak durhaka.
Strukturisasi tutur merupakan warisan budaya Gayo dalam perkembangannya ternyata mampu membentuk karakter anak tidak berperilaku sembarangan dengan orang tuanya.
Sejatinya tutur dapat itu dipertahankan, diwariskan dan dikembangkan kepada generasi dan anak-anak kita. menjaga khazanah budaya tutur agar membentuk pribadi-pribadi yang berkarakter dan bersahaja di negeri malem dewa ini.
(Pantan Terong, 23 Oktober 2023)