Oleh : Fauzan Azima*
Allah Maha Pencipta telah menciptakan alam semesta dengan ekosistem yang sempurna. Dalam pada itu Allah juga mendelegasikan pengaturan jagat raya ini kepada manusia sebagai khalifah di muka bumi ini.
Khalifah itu sendiri bermakna orang yang mempertahankan kelestarian manusia dan lingkungan hidup. Tidak semua manusia dilahirkan sebagai khalifah. Dari sejuta manusia barangkali hanya tiga orang saja yang layak disebut khalifah.
Khalifah dalam bahasa kita juga disebut sebagai orang tua. Tua yang dimaksud bukan lanjut usia atau lansia. Tapi bersifat orang tua; tidak pilih kasih, memikirkan masa depan anak-anaknya dengan daya dukung alam dan tidak bicara benar atau salah. Orang tua selalu mempertimbangkan sesuatu dengan hikmah.
Selain orang tua, pengertian khalifah juga disebut orang semiang. Semiang bukan praktek shalat lima waktu. Mereka adalah orang yang membuka satu negeri, setelah berkembang biak, lalu pindah ke tempat lainnya untuk membuka dan membangun negeri baru, dan seterusnya. Dalam bahasa Sunda mereka disebut mehiyang.
Jadi, tugas khalifah atau orang tua atau semiang adalah melestarikan alam semesta. Tanpa kecuali menyelamatkan Danau Lut Tawar kebanggaan masyarakat Gayo. Kita sebagai manusia dengan dua mata yang normal bisa melihat betapa rusaknya danau itu.
Danau Lut Tawar bisa menjadi alat ukur bagi kita. Apakah sekarang kita berdiri sebagai orang tua, belajar sebagai orang tua, mendukung orang tua atau bahkan pengkhianat orang tua. Kalau masih ingin berbuat untuk keberlanjutan Danau Lut Tawar berarti dia khalifah atau orang tua atau semiang. Sebaliknya kalau ada niat untuk mengekploitasi seenak perutnya berarti kita termasuk dalam kelompok pengkhianat.
Danau Lut Tawar merupakan makhluk yang sekarang masih diam. Dia kelak menjadi senjata untuk menghancurkan kaum pengkhianat. Di antara kaum penyeleweng itu adalah kelompok yang menyimpang secara seksual atau populer dengan sebutan komunitas elgebete.
Manusia tidak mampu memberantas kaum yang pernah musnah pada zaman Nabi Luth. Sehingga sampai saat ini kaum elgebete disebut kaum Nabi Luth. Ketidakmampuan manusia mengatasinya karena jaringan mereka sangat rapi. Mereka bersembunyi di balik organisasi kemanusiaan dan lingkungan serta deretan intelektual.
Alam akan sangat bengis terhadap perilaku menyimpang. Utamanya prilaku komunitas elgebete. Terakhir terjadi gempa bumi dan likuifaksi pada hari Jumat, 28 September 2018 di kota Palu, konon menenggelamkan komunitas elgebete di kota ini.
Amarah Danau Lut Tawar pada akhirnya juga menyasar kaum menyimpang itu. Tapi manusia normal pun akan merasakan imbasnya.
(Mendale, Oktober 18, 2023)