Oleh : Fauzan Azima*
TIDAK ada yang peduli dengan generasi muda. Jangan pula berharap terjadi pengaderan terhadap kawula muda. Berharap kepada figur yang ada saat ini sama saja dengan meneruskan kebodohan. Mereka yang eksis saat ini tidak peduli kepada pemuda.
Salah satu yang dapat dijadikan sebagai tolak ukur adalah manfaat dana aspirasi atau sekarang populer dengan sebutan dana pokok pikiran dari anggota Dewan Perwakilan Rakyat Aceh dari dari enam anggota yang berasal dari Dapil IV Aceh Tengah dan Bener Meriah.
Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda Aceh) menerbitkan buku Usulan Pokok-Pokok Fikiran DPRA APBA 2023 yang menyebutkan secara detail aspirasi enam anggota DPRA asal Aceh Tengah dan Bener Meriah. Berikut rinciannya:
Bardan Sahidi Rp 8,5 miliar,
Taufik Rp 8.5 miliar,
Hendra Budian Rp 85 miliar (Wow)
Alaidin Abu Abbas Rp 10 miliar,
Muhammad Ridwan Rp 8 miliar,
Salihin Rp 19 miliar.
Seluruh kegiatan mereka dilabeli dengan istilah pembangunan, lanjutan pembangunan dan pengadaan. Tidak ada satu poin terbaca dalam buku itu tentang kegiatan yang dialokasikan untuk meningkatkan kecerdasan dan kapasitas anak-anak muda. Jelas tampak anak muda tidak penting di mata para tokoh.
Perilaku tokoh yang memperlakukan anak muda sebagai kumpulan manusia tidak penting di muka bumi ini bukan tidak ada sebab. Mereka mengukur anak muda hanya sebagai figuran. Anak muda dianggap “terlambat tidak ditunggu dan hilang tidak dicari”. Sekali lagi, mereka anggap anak muda itu tidak penting.
Padahal mereka harus lebih sering melihat anak muda di dua kabupaten itu. Mereka seharusnya hadir untuk memastikan bahwa anak-anak muda di Bener Meriah dan Aceh Tengah terhormat. Terutama di depan anggota dewan yang terhormat itu.
Apa yang harus dilakukan anak muda? Berorganisasi. Membangun jaringan seluas-luasnya. Dan yang utama, tingkatkan kapasitas diri dengan ilmu pengetahuan dan isu universal, hak asasi manusia, hak-hak buruh, lingkungan hidup dan antikorupsi.
Anak muda juga harus membangun karakter jujur. Hanya dengan prilaku jujur, anak muda menemukan identitasnya. Anak muda jangan terlalu lama berkutat dalam kebodohan. Seperti ungkapan bahasa Gayo yang sering kita dengar, “Nguk ogoh, enti mokot.”
(Mendale, Oktober 17, 2023)