Merawat Eksistensi Santri

oleh

Oleh : Zarkasyi Yusuf, S.Sos, M.Pd*

Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 22 Tahun 2015 telah menetapkan hari santri diperingati setiap tanggal 22 Oktober, tulisan singkat ini tidak akan membahas mengapa peringatan hari santri jatuh pada tanggal tersebut.

Semakin hari kajian tentang santri semakin diminati dan pemerintah memberikan perhatian serius bagi peningkatan sumber daya manusia santri, salah satunya adalah Pemberian Beasiswa Santri Berprestasi (PBSB) yang setiap tahun dilaksanakan oleh Kementerian Agama Republik Indonesia.

Saat saya menjadi santri, masih terdengar kata miris kepada santri, diantaranya “santri tidak memiliki masa depan”, atau mungkin kalimat lainnya yang menggambarkan betapa mirisnya kehidupan santri. Diabaikan saja kalimat-kalimat itu, biarkan menjadi kenangan dalam hidup saya.

Dalam Undang Undang Pesantren nomor 18 tahun 2019, santri didefinisikan sebagai peserta didik yang menempuh pendidikan dan mendalami ilmu agama Islam di Pesantren. Itu artinya, jika berbicara santri kita pasti terserat untuk membahas kiprah pesatren sebagai lembaga pendidikan yang telah mendidik para warga belajarnya, yaitu santri.

Jika disederhanakan, santri itu adalah mereka yang menghabiskan masa remajanya (formative years) di lingkungan Pesantren/Dayah dalam hitungan tahun, tujuannya adalah untuk mendalami ilmu agama (tafaqquh fiddin) serta mengamalkannya (ilmu dan amal), selanjutnya mereka ini kembali ke masyarakat untuk mengembangkan ilmunya (mendirikan pesantren) atau melanjutkan ke lembaga pendidikan lainnya, atau berkiprah dalam masyarakat (nasyr).

Terkait definisi santri, Ketika memberikan pengantar buku The Power Of Santri Komaruddin Hidayat mencoba memperluas makna santri seiring perkembangan zaman.

Menurutnya, santri adalah mereka yang taat menjalankan ritual keagamaan, baik belajarnya melalui forum majelis taklim maupun program pesantren kilat yang berlangsung hanya dalam hitungan hari. Sebagai antropolog peneliti kehidupan Pesantren, Clifford Geertz menulis pendapatnya tentang santri.

Menurutnya, santri dimanifestasikan dalam pelaksanaan yang cermat dan teratur, ritual-ritual pokok agama Islam, seperti kewajiban shalat lima kali sehari, shalat Jumat di masjid, berpuasa selama bulan ramadhan, dan menunaikan haji ke Mekah.

Ia dimanifestasikan dalam satu kompleks organisasi-organsisasi sosial, amal, dan politik seperti Muhammadiyah, Masyumi, dan Nahdlatul Ulama. Nilai-nilainya bersifat anti birokratik, bebas dan egaliter.

Orang-orang santri sendiri hidup berkelompok-kelompok, sekarang hal itu sudah berkurang dibandingkan dengan sebelum perang, namun masih tampak juga pengelompokan-pengelompokan mereka.

Dan akhirnya ketaatan melakukan ibadah shalatlah yang pada tingkat tertentu merupakan ukuran santri.

Seiring perkembangan zaman, peran santri diharapkan mampu menjadi penggerak dan pelopor dalam masyarakat. Santri dituntut untuk dapat melakukan transformasi (asimilasi dan akulturasi) nilai dan budaya serta praktik baik yang dilaksanakan mereka di Pesantren/Dayah ke dalam komunitas masyarakat, sehingga masyarakat menjadi tercerahkan dan dapat mengikuti amalan kebaikan yang diterapkan di Pesantren/Dayah.

Jihad Santri, Jayakan Negeri.
“Jihad santri, Jayakan Negeri“, itulah tema peringatan hari santri tahun 2023. Filosofi tema ini mengangkat makna dalam dan relevan dalam zaman ini. Tema ini menyandingkan kata “jihad“ dengan kata “santri“.

Jika dirujuk beberapa literasi, jihad dipahami dalam dua makna. Pertama, segala Upaya dan usaha sekuat tenaga serta kesediaan untuk menanggung kesulitan dalam memerangi dan menahan agresi musuh dalam segala bentuknya, atau sering disebut dengan perang (qital).

Kedua, mencurahkan segala upaya dengan bersungguh-sungguh dan berkelanjutan untuk menjaga dan meninggikan agama Allah (li ‘ilai kalimatillah).

Padanan dua kata, jihad-santri, dapat bermakna bahwa santri diharapkan bersungguh-sungguh dalam menjaga dan meninggikan agama Allah, dimanapun, kapanpun dan dalam profesi apapun. Sederhananya, santri harus menjadi panutan dalam kehidupan untuk kejayaan negeri ini.

Sebagai kaum intelektual, jihad intelektual santri adalah cara untuk membela nilai-nilai keadilan, perdamaian dan pengetahuan. Dalam jihad ini santri diharapkan menjadi teladan, kitab/buku di tangan sebagai senjata dan pena sebagai tongkat kebijaksanaan, memperdalam ilmu dan menyebarkan cahaya pengetahuan.

Salah satu alasan yang mendorong kiprah santri dalam seluruh elemen masyarakat adalah pengakuan (recognisi) yang diberikan pemerintah kepada pesantren sebagai rumah besar para santri.

Kini, Pesantren/Dayah salafiyah telah dapat menyelenggarakan satuan pendidikan formal, baik berbentuk Satuan Pendidikan Mu’adalah (SPM), Pendidikan Diniyah Formal (PDF) maupun Perguruan Tingginya Pesantren/Dayah, yaitu Ma’had Aly dengan rumpun ilmu yang dikembangkan meliputi, al-Quran dan ilmu al-Quran, tafsir dan ilmu tafsir, hadis dan ilmu hadis, fikih dan ushul fikih, akidah dan filsafat Islam, tasawuf dan tarekat, ilmu falak, sejarah dan peradaban Islam dan bahasa dan sastra Arab.

Satuan pendidikan ini dikembangkan dengan mengakomodir nilai dan tradisi Pesantren/Dayah serta tidak mereduksi nilai nilai kepesantrenan. Alumni dari satuan pendidikan ini diakui eksistensinya sebagaimana pengakuan terhadap lembaga pendidikan formal lainnya.

Saat santri kembali ke masyarakat pasti mengalami proses asimilasi dan akulturasi budaya pesantren ke dalam komunitas masyarakat. Santri pun kemudian terintegrasi menjadi kekuatan agama, sosial, budaya dan ekonomi.

Tidak menariknya, karena komunitasnya besar kadangkala santri dimamfaatkan (dipolitisasi) menjadi kenderaan menggapai kekuasaan dan kemudian diabaikan.

Jihad santri dalam konteks ini adalah melakukan reposisi dan dan reaktualisasi diri untuk tampil menjadi kekuatan besar, membentuk sebuah peradaban yang mampu merubah dan memperbaiki tatanan sosial dari bilik pesantren menuju menara peradaban.

Kontestasi politik santri masih terjadi perdebatan, apakah santri boleh berpolitik atau tidak? Perdebatan ini pasti muncul dua pendapat. Pertama, menolak. Saya yakin mereka punya cukup argumen untuk menolak santri berpolitik.

Pendapat kedua, mendukungnya. Ini pun punya banyak argumen dan fakta fakta nyata mengapa santri diharapkan hadir mewarnai politik di Negeri ini.

Sejak dulu santri telah menunjukkan perannya secara nyata dalam pembentukan dan pembangunan bangsa (nation building), baik ketika masa penjajahan kolonial, menjelang kemerdekaan dan paska kemerdekaan hingga sekarang.

Fakta ini menunjukkan bahwa santri telah memiliki wawasan kebangsaan dan cinta tanah air yang perlu diteladani. Fakta ini menjadi salah satu argumen untuk meluruskan citra santri yang cenderung diasosiasikan dengan lebel atau predikat yang menimbulkan kesalah pahaman, seperti fundamentalis, ekstremisme, radikalisme dan bahkan terorisme.

Fakta ini diharapkan mampu menghadirkan pemahaman yang lebih ramah dan benar tentang narasi eksistensi santri Indonesia.
Jihad santri-jayakan negeri adalah kontribusi nyata yang diharapkan lahir dari para santri sebagai kekuatan besar yang mampu memberikan solusi atas permasalahan bangsa yang terjadi, bagaimana politik santri dapat mengantarkan santri menjadi penguasa negeri, atau setidaknya diakomodasi oleh penguasa.

Bagaimana peran santri dalam proses pembangunan di tengah pergumulan berbagai kepentingan yang kadang saling berbenturan.

Ketika memasuki area kekuasaan, santri diharapkan mampu bertahan pada kepolosan nurani dalam upaya menciptakan peradaban santri yang dinamis, mandiri dan agamis di tengah kepengungan nilai dan perilaku yang bersebrangan dengan agama dan nilai nilai luhur bangsa.

Perlu diingat, santri tidak hanya identik dengan kopiah atau sorban, baju politisi, ekonom, teknorat, intelektual-cendikiawan dan budayawan telah banyak dikenakan oleh kalangan santri. Inilah sebabnya, santri kemudian dianggap sebagai “kekuatan baru“ yang mesti diperhitungkan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Selamat Hari Santri!

*Alumnus Dayah Tgk. Chik di Reung Reung Kembang Tanjong, Pidie. ASN Pada Kanwil Kementerian Agama Provinsi Aceh.

Comments

comments

No More Posts Available.

No more pages to load.