Eksistensi Taman Pendestrian Bener Meriah, Ikon dan Gerobak Pedagang

oleh

Oleh : Kenara Seni*

Pedagang di Taman Pendestrian Gulung Tikar Akibat Sepi Pengunjung. Demikian, ulasan berita AJNN yang terbit 27 September 2023 lalu.

Taman pendestrian ini, di resmikan awal Januari 2023 oleh Pj Bupati Bener Meriah, dengan menelan biaya pembangunan 5,3 M.

Pj Bupati saat itu mengharapkan, taman pendestrian yang terletak di samping Bandara Rembele itu, mampu menggerakkan ekonomi masyarakat dan ikon ini dapat menarik minat wisatawan.

Saya melihat makna tersirat dari pembangunan taman pendestrian itu. Yakni, adanya sarana olah raga khususnya pejalan kaki dan tersedianya wisata kuliner bagi para pedagang kecil. Bak ibarat pepatah sekali dayung 2 pulau terlampaui.

Dan saya suka gaya pimpinan seperti itu, keren.

Menyikapi arahan pimpinan daerah saat itu, disahuti para pelaku usaha makanan dan minuman serta coffee mobil.

Lapak-lapak dagangan berjejer, dengan beraneka ragam jajanan kulinernya. Ditambah, wahana bermain anak dan hiburan membuat para pengunjung terbius hingga larut malam, meski cuaca Bener Meriah dingin.

Nuansa pendestrian minimal menjadi terapi jiwa pasca pandemi covid. Suasana indah, keramahtamahan akan terekam di memori alam bawah sadar mereka.

Pernah, seorang pengunjung mengatakan dalam bahasa Gayo yah gure ee pendestrian ni boh, nge laguu i Malioboro Jogja (indahnya Pendestrian ini, seperti di Malioboro kota Jogjakarta).

Semangat mempertahankan eksistensi Taman pendestrian itu mulai luntur saat adanya gerobak pedagang yang di tinggal dan terkesan mengganggu lalu lintas.

Sekitar akhir bulan Juli 2023, Sat Pol PP dan WH Bener Meriah, melakukan tindakan penertiban dengan menyita peralatan pedagang yang di tinggal di lokasi. Berdasarkan ketentuan, para pedagang hanya dibolehkan menjual dikawasan itu mulai setelah siang atau sekira pukul 02.00 WIB hingga tengah malam.

Menurut saya, menjadikan pendestrian wahana wisata ikonik dan estetik dan nyaman bagi pedagang dan pengunjung adalah prioritas untuk menjadikan nafas baru di negeri berkabut ini.

Tentunya itu harus dilakukan, dengan melakukan pendekatan secara humanis dan penegakan aturan yang dinamis.

Maka, jadikan suasana siang dengan wisata kuliner dan malam hari wisata karya seni dan hiburan. Jadi tidak perlu risau dengan pemandangan gerobak pedagang yang terparkir apalagi, taman pendestrian baru seumur jagung. Dia perlu di rawat, disapih bahkan dimanjakan dengan mainannya.

Dengan sepinya pengunjung di taman pendestrian ini, akan membawa dampak bagi kemajuan daerah.

Pertanyaan sekarang adalah, apakah Pj Bupati Haili Yoga bisa mewujudkan Pendestrian ini menjadi Icon Wisata?

Bagaimana nasib pedagang yang mengalami kerugian dan menciptakan pengangguran baru di negeri penghasil kopi arabika ini? dan Apakah ada solusi dari dinas terkait mengenai eksistensi Pendestrian ke depan?

Saya kira, dimana ada kemauan pasti ada jalan. Semoga Pj Bupati Haili Yoga mendapatkan inspirasi terbaik untuk menuntaskan masalah ini. Dan jika tidak, silahkan mundur saja.

Wasalam

Comments

comments

No More Posts Available.

No more pages to load.