Peri Mestike : Mu Tape Ikot

oleh

Oleh : Karimansyah*

“Mu tape ikot” adalah salah satu peri mestike Gayo (pribahasa dan falsafah hidup masyarakat Gayo). Peri mestike ini sangat penting dalam menuntun kehidupan sosial.

Secara harfiah Mu bernakna memiliki, Tape adalah anyaman berbentuk karung kecil dan Ikot berarti ikat.

Makna yang ingin disampaikan dari peri mustike “mu tape ikot” adalah memiliki sifat menjaga rahasia. Jangan kita menjadi “Si Tunging Buyung” yakni orang yang mengumbar rahasia.

Dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara, keamanan rahasia harus dijaga. Demikian bagi anggota keluarga, juga harus menjaga rahasia keluarganya.

Begitu pun para pejabat harus menjaga rahasia jabatannya dan penyelenggara negara harus memelihara rahasia negaranya. Bocornya rahasia seseorang, keluarga atau negara akan merugikan, bahkan dapat menjadi ancaman dan membahayakan dirinya, keluarga atau bangsanya.

Mengutip lirik lagu dari almarhum ama Ceh Daman: “Awahmu awahmu kin kulemu. Kudirimu kudirimu we mugangu”.

Beberapa tahun yang lalu saya dihadiahi oleh Majelis Adat Gayo Kabupaten Aceh Tengah sebuah topi bertuliskan “Gelah Mutape Ikot “, dapat diartikan : agar menjaga rahasia.

Saya tidak tau persis apa yang mendorong Majlis Adat Gayo memilih ungkapan tersebut. Pasti mereka punya alasan yang kuat.

Dalam pikiran saya muncul berbagai dugaan. Mungkin mereka melihat kondisi kehidupan masyarakat dewasa ini. Banyak orang yang mengumbar sesuatu yang seharusnya disimpan tapi diumbar ke publik.

Mungkin juga Majelis mencermati tingkah laku pejabat atau penyelenggara pemerintahan yang jauh dari nilai mutape ikot.

Hemat saya dalam diskusi Majelis ada rasa keprihatinan, kekecewaan dan kekhawatiran.
Apapun yang melatar belakangi penulisan ungkapan tersebut pasti mengandung suatu harapan kepada siapapun, baik orang biasa atau pejabat agar memegang teguh rahasia.

Mengumbar rahasia akan menjadi ancaman dan malapetaka bagi diri maupun orang lain.
Pilihan topi sebagai wadah penulisan ungkapan tersebut, saya kira juga sebagai harapan agar hakekat dari ungkapan itu merasuk kedalam otak si pemakainya dan orang yang membacanya.

Semoga nilai nilai luhur yang diwariskan muyang datu kita dapat kembali hidup dalam masyarakat, baik untuk saat ini maupun tetap lestari sampai masa mendatang.

(Teluk Pukes, 07 09 2023)

Comments

comments

No More Posts Available.

No more pages to load.