Literasi Untuk Merdeka

oleh

Oleh : Vera Hastuti, S. Pd., M. Pd.*

Tahun ini, kita memperingati 78 tahun kemerdekaan Indonesia. Seluruh masyarakat Indonesia memperingatinya dengan suka cita dan meriah. Beragam bentuk perlombaan diadakan untuk menyemarakkan momen bersejarah ini.

Tentunya, kemerdekaan Indonesia tidak diraih dengan mudah. Pertempuran panjang terjadi di berbagai daerah di Indonesia untuk mengusir penjajah. Pada masa itu, para pahlawan kemerdekaan Indonesia rela berjuang demi menjadikan Indonesia sebagai negara yang berdaulat.

Sebenarnya, point penting dalam peringatan 78 tahun Indonesia merdeka adalah mengenang jasa para pahlawan kemerdekaan yang telah berjuang sehingga kita merasakan indahnya kebebasan seperti saat ini.

Presiden Soekarno mengatakan hanya bangsa yang menghargai jasa para pahlawannya yang dapat menjadi bangsa yang besar. Sebab berkat jasa para pahlawan, saat ini kita bisa terlepas dari segala penderitaan yang dilakukan oleh para penjajah.

Semakin kita menghayati makna perjuangan maka kita akan semakin bersyukur dan akan berusaha untuk mengisi kemerdekaan dengan sebaik mungkin agar penjajahan dalam bentuk apapun tidak lagi terjadi di Indonesia.

Mengisi kemerdekaan sebagai bentuk syukur atas perjuangan para pahlawan kemerdekaan adalah hal mutlak yang harus dilakukan oleh generasi penerus.

Kemerdekaan merupakan hal yang luar biasa dan harus dipertahankan, karena dalam mencapai kemerdekaan membutuhkan perjuangan harta dan nyawa.

Bentuk syukur ini salah satunya mengisi kemerdekaan dengan segala sesuatu yang positif dan baik sehingga bisa mendukung kemerdekaan secara utuh.

Membela Negara dengan Gemar Membaca
Ternyata tingkat literasi yang tinggi berbanding lurus dengan tingkat kemajuan suatu bangsa.

Bahkan, indikator kemajuan suatu bangsa dapat dinilai dengan tingkat membaca masyarakatmya. Jepang adalah salah satu contoh negara yang melejit di segala bidang karena kebiasaan rakyatnya yang suka membaca.

Bahkan, sejarah mencatat bila pendiri bangsa Indonesia adalah orang-orang yang suka membaca buku (literat) dan mempunyai daya baca yang tinggi sehingga memiliki kemampuan menulis buku.

Sehingga buku yang ditulis itu bisa membangkitkan jiwa perjuangan Indonesia. Namun sayangnya, hingga saat ini minat baca orang Indonesia menempati level bawah di antara negara lainnya di dunia.

UNESCO menilai minat baca masyarakat Indonesia memprihatinkan dengan presentasi 0,001 persen. Sebenarnya, membaca bisa menjadi wujud bela negara di era kekinian. Hal ini sangat mungkin dimanifestasikan dengan menggerakkan masyarakat untuk gemar membaca.

Membaca bisa menyentuh banyak ragam disiplin ilmu salah satunya materi wawasan kebangsaan sehingga dapat menambah wawasan dan ilmu pengetahuan.

Dengan gemar membaca dapat menunjang pembentukan karakter, diantaranya kedisiplinan, wawasan kebangsaan guna menanamkan nilai-nilai bela negara.

Literasi Dapat Mengubah Mindset dan Pola Hidup

Membaca sangat berguna bagi kehidupan manusia. Bahkan, Nabi Muhammad SAW menerima wahyu pertama dari Allah SWT berupa surat Al Alaq ayat 1-5 yang isinya IQRA yang artinya baca.

Begitu pentingnya kegiatan membaca sehingga seorang Nabi Muhammad SAW pun bisa membawa Islam menuju masa kejayaan dengan membaca.

Gemar membaca memiliki pengaruh yang sangat besar. Karena selain membuka mata dan pikiran, membaca juga dapat mengubah sudut pandang atau mindset seseorang. Bahkan kegiatan membaca secara konsisten bisa mengubah hidup secara total.

Bahkan kemampuan membaca menjadi salah satu indicator kemampuan untuk memahami, melibatkan, menggunakan, menganalisis suatu bacaan atau keadaan.

Rendahnya minat baca menjadi keprihatinan yang harus segera dicari jalan keluarnya. Meningkatkan budaya baca dapat dimulai dari keluarga, sekolah, komunitas, praktisi pendidikan dan kesadaran pentingnya membaca pada generasi muda.

Seperti kata Frans Kafka, Buku harus dijadikan sebagai kapak yang bisa mencairkan lautan beku dalam diri seseorang. Siapa mau mengenal dunia maka membacalah. Siapa mau dikenal dunia maka menulislah.

Budaya membaca adalah kegiatan positif. Dengan membaca, akan menjadikan kita sebagai manusia yang mempunyai wawasan dan akan jauh dari kebodohan.

Jika kita jauh dari kebodohan, tentunya akan jauh dari kemiskinan. Maka ketika kita jauh dari kemiskinan, insyaAllah, kita akan jauh juga dari penjajahan.

• Penulis adalah Guru SMAN 1 Takengon, dan tinggal di jalan MJM, Takengon Aceh Tengah.

Comments

comments

No More Posts Available.

No more pages to load.