Manusia Berwajah Seribu

oleh
Fauzan Azima Bersama Bersama dr. Lim Thien Thien (consultant neurologist Island Hospital)

Oleh : Fauzan Azima*

Ya…Sin
Wahai Siin
Siapakah bicara dengan Siin?
Siapa berkata Ya?

Kalau satu kata saja difilsafati tentu saja akan menjadi rumit. Tapi itu keharusan sebab rahasia itu tersembunyi dalam susunan huruf.

Adakah engkau mendengar Tengku Syiah Kuala ada di Bener Meriah dan Kota Raja, serta di Pulau Lombok? Konon katanya, roh orang yang sama, tetapi zaman dan tugasnya yang berbeda.

Orang tua yang arif lagi bijaksana mengatakan, Syiah Utama, Christoper Columbus dan Teungku Di Anjong adalah orang yang sama. Begitupun Tengku Bener Merie adalah “ainul hayatnya” Sunan Muria.

Tubuh menua dan akan musnah karena faktor usia, sedangkan roh terus melakukan perjalanan. Orang-orang tua dulu menyebutnya dengan istilah, cahaya hanya satu, yang berbeda tugas dan zamannya.

Lakon orang-orang yang berwajah seribu punya sandi sendiri yang disebunyikan dalam kata-kata. Teuku Umar dengan “Hudep sare, mate syahid,” Ibu Kartini dengan “Putri sejati” dan Sulthan Genali dengan “Umah siwah Ruang,” dan Muyang Siwah dengan “Gere daleh pedang ken luju, gere daleh atu ken pipisen, akal kin pangkal, kekire ken belenye” dan Ayah Medan memberi sandi “Kita bukan saudara tapi telah bersaudara” serta Abah Bogor “Adil Makmur, Qudratullah Qudrat Pasti” demikian ia memberitahu sandinya.

Menusia berwajah seribu
Reingkernasi
Kan kamu tahu
Orang lahir lagi diberi asi

Manusia berwajah seribu
Lagi tukar badan
Tiada jeda selalu
Rahasia kata mengabarkan

Sekarang kita masih dalam perjalanan. Kita baru saja melewati alam pewayangan atau lauhul mahfuz yang telah dibuatkan perjanjian langkah, rezeki, jodoh dan maut. Singkatnya dari lahir sampai ke tujuan akhir, yakni musnahnya alam fisik, kemudian diperbaharui kembali, namun tidak semua kita mencatat dengan baik ingatan masa lalunya.

Berbanding terbalik dengan orang-orang yang berwajah seribu. Ingatan mereka selalu abadi dari zaman ke zaman. Kita hampir tidak mengenali mereka yang telah melalui fase mencari diri, menggali diri, mengenal diri dan menutup diri. Disinilah puncanya menutup diri agar tidak dikenal supaya tidak difanatikan.

Tengku Jemaat atau orang mengenalnya sebagai Tengku Alus adalah cermin yang bersih sebagai bayangan menutup diri dengan tingkah yang ganjil di kalangan masyarakat awam.

Orang-orang berwajah seribu itulah sebenarnya khalifah di muka bumi Ini yang bertugas sebagai penyeimbang alam semesta ini agar terjaga dengan baik melalui hubungan manusia dengan khalik, hubungan sesama manusia dan hubungan manusia dengan alam.

Tentu saja, tugas para khalifah mengajarkan Ilmu pengetahuan melalui sikap, ucapan dan perbuatannya untuk meningkatkan kesadaran. Mereka mengekalkan bumi ini dengan bekal kesadaran yang selanjutnya akan saling menghikmahi. Mereka tidak lagi memandang sesuatu dengan pendapat benar atau salah tapi sudah kembali kepada hikmah.

Betapa naifnya kita yang banyak berfikir dan bertindak “salah musim”. Kebanyakan dari kita tersandra masa lalu. Sang khalifah telah memaafkan masa lalu, berterima kasih pada masa kini dan berprasangka baik pada masa depan. Semoga kita menjadi salah seorang dari orang-orang yang berwajah seribu.

(Pulau Penang, Juli 23, 2023)

Comments

comments

No More Posts Available.

No more pages to load.