Catatan Masa Konflik (Bag. 3); Urang Gayo Lues Minta GAM Berantas Ilmu Santet

oleh
Ilustrasi Dukun Santet. (Int)

Oleh : Fauzan Azima*

Masyarakat Pining pernah hidup mencekam akibat “asuh-asuhen” Jin Jingki (Jin Alu). Terutama pada saat purnama di bulan Zulhijah. Semua alu di kampung itu serentak berbunyi seolah sedang menumbuk padi di tengah keremangan cahaya bulan. Masyarakat menyebutnya bahwa ada orang yang memelihara jin jahat dengan tujuan untuk mencelakai orang lain.

Sudah menjadi rahasia umum di kampung itu ada seorang nenek tua renta yang punya ilmu santet tingkat tinggi. Dia berharap dan menunggu kelahiran bayi di kampung itu untuk dijadikan tumbal. Sehingga masyarakat selalu menyembunyikan kelahiran bayinya agar tidak diketahuinya nenek jahat itu.

Pada awal Maret 2001, tiga bulan sudah keberadaan pasukan GAM Wilayah Gayo Lues di Pining, tokoh-tokoh masyarakat Pining mengadukan hal ihwal kejahatan nenek tua itu. Hampir setiap malam para tokoh itu memohon kepada pasukan untuk membinasakan nenek tua yang meresahkan masyarakat di sana.

“Masalah ini kami serahen ku tengku-tengku. Dowa ni kami nge tumpul nusir Jin Jingki ni. Kurasa nge halal rayohe. Gere tikik nge kekanak korbanne. Kami bersumpah, ike mununuh pengasuh Jin Jingkini dosa, maka kami si munangung dosae,” demikian permohonan salah seorang tokoh yang menjadi juru bicara mereka.

Terjemahan bebas dari permohonan itu, “Masalah pengasuh Jin Jingki ini kami serahkan kepada Tengku. Doa kami sudah tidak mampu lagi melawannya. Kami rasa darahnya sudah halal. Sudah banyak anak yang menjadi korban. Kami bersumpah, kalau membunuh pengasuh Jin Jingki adalah dosa, biarlah kami yang menanggung dosanya.”

Atas desakan para tokoh masyarakat itu, akhirnya pasukan memenuhi permintaan mereka. Semula pasukan enggan melakukannya karena khawatir hanya masalah pribadi, tetapi setelah dikonfirmasi kepada banyak pihak, ternyata benar.

Pasukan pun merencanakan mendatangi rumah perempuan jahat itu, namun sepuluh langkah lagi belum sampai ke pintu rumahnya, dia sudah berteriak dari dalam dan sudah mengantisipasinya sebelum pasukan datang.

Esok malamnya sekitar pukul 24.00 WIB, pasukan kembali mendatangi rumah perempuan jahat itu, namun gagal lagi dan dia sudah bersiap-siap menghadapinya tertawa terbahak-bahak. Pasukan menembakinya tapi nenek itu kebal peluru dan pasukan yang kadung sudah ciut duluan pergi meninggalkan rumah nenek itu. Pasukan pun kembali ke markas tanpa hasil.

Setelah 20 hari dari kegagalan operasi malam itu, tepatnya pada tanggal 9 Ramadhan 1421, menurut “ilmu langkah” sangat tepat untuk melancarkan operasi terhadap nenek jahat itu. Pada pukul sepuluh malam merupakan “langkah mati” bagi target operasi. Saat pasukan menangkapnya, perempuan jahat itu tidak berkutik lagi, lalu dipukul dengan kayu bakar pinus kecil sebagai syaratnya, sehingga membuatnya tidak berdaya lagi.

Kemudian perempuan itu diikat dengan tali jangkat (masyarakat menggunakan tali itu untuk mengangkut kayu bakar) lalu menariknya ke tepi sawah dekat kampung Pining. Lalu ditembak dan dikuburkan dengan layak. Pada esok harinya kabar nenek tua itu meninggal tersebar luas. Tentu masyarakat bersyukur, tapi mereka bertanya-tanya siapa yang sudah berani membunuhnya.

“Nenek jahat itu dibunuh oleh tali jangkat yang mengamuk. Bagi siapapun yang punya ilmu serupa agar membuang ilmu jahatnya segera,” kata tokoh masyarakat mengumumkan kepada masyarakat kampung agar tidak menyebarkan rumor yang macam-macam.

Setelah ucapan tokoh masyarakat itu, sekitar 20 orang ibu-ibu menyerahkan diri kepada tokoh masyarakat di sana dan secara suka rela membuang ilmu tube atau santet.

Pada malam berikutnya arwah nenek jahat itu bangkit dari kuburnya kembali meneror masyarakat dalam bentuk kuda. Dia datang mengintip rumah masyarakat dan mengetuk pintunya sambil meringkik.

Kemudian tokoh masyarakat kembali mendatangi markas GAM mengadukan teror arwah nenek jahat itu, tanpa fikir panjang, beberapa pasukan mendatangi kuburan nenek tua itu dan menembakinya masing-masing pasukan menghabiskan satu megazin.

Sejak itu tidak ada lagi momok menakutkan bagi ibu-ibu yang melahirkan bayinya. Mereka tidak segan-segan lagi merayakan kelahiran bayinya dengan suka cita.

(Raklunung, Juni 14, 2023)

Baca Juga : Catatan Masa Konflik (Bag.2) : Orang Jawa, Bambang Sriyono Jadi Pelatih GAM Wilayah Gayo Lues

Catatan Masa Konflik (Bag.1) : Keluarga Datok Pining, Energi Baru GAM Wilayah Gayo Lues

Comments

comments

No More Posts Available.

No more pages to load.