Oleh : Fauzan Azima*
“Jangan salahkan kambing, salahkan diri yang tidak mau berolah raga,” kata Letjen TNI (Pur) Doni Monardo dalam kunjungannya beberapa tahun lalu ke Aceh.
Pernyataan tersebut disampaikan Doni Monardo dalam kuliah umum di Gedung Dayan Dawood karena sebagian kalangan menyatakan bahwa makan kambing adalah sumber penyakit asam urat, kolesterol dan darah tinggi.
Bagi masyarakat Aceh, lebaran hampir wajib setiap keluarga menyediakan daging; baIk kambing, kerbau maupun sapi untuk dinikmati bersama keluarga. Sehingga rasanya tidak sah berlebaran tanpa daging di rumah.
Anggota legislatif merasa perlu menyediakan sapi atau kerbau untuk menjaga kesetiaan konstituen atau pendukungnya karena hal tersebut merupakan gengsi. Bahkan tim sukses yang tidak dapat jatah daging akan menjadi bahan olokan antar tim sukses.
Pada saat megang puasa dan lebaran juga menjadi kesempatan bagi pedagang daging. Pada masa itu harga daging naik; bisa mencapai Rp. 160 ribu-Rp. 200 ribu per kg-nya. Padagang kambing benar-benar memanfaatkan kesempatan pada masa megang itu.
Bukan saja pedagang daging yang memanfaatkan, tapi hampir semua profesi melihat peluang dengan alasan megang. Dari pedagang pakaian sampai ASN mencari peluang untuk mendapat keuntungan setiap waktu akan puasa maupun lebaran.
Berangkali karena itu bulan Ramadhan disebut penuh berkah. Bulan di mana setiap orang punya cara untuk mendapatkan rizkinya. Kalau bulan Ramadhan dianggap sebagai laboratorium hidup dan kehidupan, sepantas bulan-bulan lain pun kita jadikan bulan berkah. Artinya setiap saat kita bisa makan daging.
Sekali harus diingat tidak salah makan daging terus, tapi ingat Jenderal Doni, “Asal diimbangi dengan olah raga agar asam urat, darah tinggi dan kolesterol tidak menjadi momok.”
Seorang kawan dari Dinsos Aceh memberi tahu saya, “Di sini jangan khawatir makan sate kambing, tidak ada lagi kolesterol karena sudah didoakan oleh tengku dayah.”
Saya meragukan kebenaran pernyataan tersebut, tapi saya yakin soal darah tinggi, asal urat dan kolesterol adalah soal fikiran. Selama fikiran positif selama itu pula penyakit jauh dari diri kita.
Akhirnya melalui ruang yang terbatas ini, saya atas nama pribadi dan keluarga, ijinkan kami mengucapkan:
*”Selamat Hari Raya Idul Fitri 1 Syawal 1444 H”*
تَقَبَّلَ اللّهُ مِنَّا وَمنِْكُمْ صِيَامَنَا وَصِيَامَكُمْ,
كُلُّ عَامٍ وَأَنْتُمْ بِخَيْرٍ. اَللّهُمَّ اجْعَلْنَا وَإِيَّاكُمْ مِنَ العَاءِدِيْنَ وَالفَاءِزِيْنَ وَالمَقْبُوْلِيْنَ.
_TAQOBBALALLAHU MINNA WA MINKUM SHIYAAMANAA WASHIYAAMAKUM TAQOBBAL YAA KARIIM.._
Dengan segala kerendahan hati kecil yang paling dalam, Kami sekeluarga mengucapkan *Minal Aidhin Wal Faidzin Mohon Maaf Lahir & Bathin* atas segala kekhilafan dan kesalahan, Semoga *Allah SWT* senantiasa memberikan kesehatan, umur panjang yang barokah dan dapat bertemu kembali di bulan Ramadhan yang akan datang dengan ridho Allah SWT.
*Aamiin, Aamiin yaa Rabbal ‘Alamiin…*
Selamat berlebaran; hati-hati kolesterol.
(Mendale, April 23, 2023)