Teliti Didong Dari S1 Hingga S3, Salman Yoga Merasa Masih Awam

oleh

TAKENGON-LintasGAYO.co : Sebagai putra Gayo saya sendiri selalu merasa masih sangat awan tentang seni Didong, meski sudah meneliti ditiga tinggakatan studi tentang Didong itu sendiri. Salah satu yang penyebabnya adalah karena kebaharuan dan keunikan seni Didong Gayo dalam kancah seni tradisi dunia.

Demikian disampaikan oleh seniman, budayawan dan akademisi Salman Yoga S dalam “Seminar dan Musik Masuk Sekolah, Nilai Kreativitas Dalam Kesenian Didong” yang diselenggarakan oleh Perguruan Tinggi Negeri Institut Seni Budaya (ISBI) Aceh bertempat di SMA 8 Unggul Takengon, Rabu, 15 Februari 2023.

Dalam seminar kebudayaan yang diikuti oleh puluhan siswa serta guru bidang humas dan guru bidan studi kesenian tersebut Salman memaparkan makalah setebal 17 halaman berjudul “Struktur, Peak Arts Educat – Comunication Media & Sportivitas Seni Didong Gayo”.

Ia menyebut kebaharuan dan peran Didong Gayo sebagai media dalam masyarakat sangatlah unik dan menyeluruh, tidak ada seni tradisi di belahan wilayah lain yang mempunyai hal yang sama seperti Didong.

“Dari sekian ekspresi budaya Gayo yang paling aktual dan faktual untuk selalu dibicarakan adalah seni Didong. Jenis seni ini merupakan kompilasi dari bentuk sastra lisan yang komprehensif, bahkan ia telah menjadi lumbung kearifan sekaligus menjadi induk media transformasi dalam budaya Gayo,” jelasnya.

“Mulai dari media komunikasi, media pendidikan massa, media kritik sosial, politik, ekonomi, budaya, agama bahkan sampai kepada persoalan-persoalan kemanusiaan, pertanian dan segala bentuk sumber penghidupan masyarakat hingga kepada persoalan rumah tangga,” tambahnya.

“Bagaimana tidak, segala sesuatu yang terjadi dan menjadi bagian dari dinamika masyarakatnya kerap ditumpahkan dalam seni Didong. Baik yang terjadi dalam lingkup mereka sendiri sampai kepada hal-hal yang berpengaruh ditingkat regional, nasional dan internasional sekalipun,” jelas redaktur budaya media LintasGAYO.co itu.

Sebagai contoh lanjutnya, kejadian gempa yang menimpa Turky dan Suria beberapa hari yang lalu yang menelan korban ribuan nyawa nyaris tidak ada satu syair seni pun yang muncul mereflesikannya sebagai bentuk empati dan interest humanisasi.

Termasuk di dalamnya mungkin juga adalah syair lagu dengan genre musik paling modern. Tetapi dalam hitungan waktu yang tidak demikian lama justru syair Didong Gayo-lah yang muncul dengan konten syair empatinya, jelas Salman sambil meyitir beberapa syair Didong tentang bencana gemapa Turky dan Suria karya Ceh. M. Din yang sudah ditayangkan di kanal youtube.

Ini salah satu bukti, lanjutnya bahwa seni Didong Gayo mempunyai resfonbility yang sangat tinggi terhadap kejadian di luar negeri, terlebih menyangkut nilai-nilai kemanusia.
Jadi imbuhnya lagi, sebagai putra Dataran Tinggi Gayo sudah selayaknya kita harus tetap bangga dengan kekayaan seni dan budaya kita.

“Justru karena itu meski saya telah meneliti seni Didong Gayo dalam tiga tingkatan study tetapi saya masih marasa awam. Salah satu penyebabnya adalah resfon dan kebaharuan dalam syair-syair dan Didong Gayo sebagai media ekspresi,” jelasnya.

[SP]

Comments

comments

No More Posts Available.

No more pages to load.