Oleh : Fauzan Azima*
Ilahi Anta maksudi
Wa ridhaka mathlubi
A’tini ilman nafian
Wa’amalan mutaqabbalan
Wa rizkan halalan tayyiban
Birahmatillahi Ya Arhamarrahimiin
Do’a dan harapan yang selalu kita bathinkan, “Ilahi, Engkaulah yang kumaksud, ridha-Mu yang ku inginkan ” yang semua muaranya ridho-Nya. Kalau Dia sudah rela, menyetujui dan puas maka apapun akan yang akan kita lakukan tidak ada hambatan lagi.
Dalam mencapai ridha-Nya, Allah SWT telah memberi alamat sebagai petunjuk melalui ayatnya; Ayat Qauliyah (Al-Qur’an) dan Qauniyah (fenomena alam dan realitas sosial) bagi yang mau merenungkannya. Allah menciptakan alam semesta dan isinya sebagai alamat atau petunjuk, tidak ada yang sia-sia.
Salah satu fenomena alam dalam keseharian kita adalah suara tokek, “to..kek..to..kek..to..kek!” kalau kita dengar dan renungkan suaranya serta diterjemahkan ke dalam bahasa Aceh akan terdengar, “Di mananah kakek?”
Kemudian lebih dalam kita renungkan akan bermakna, “Di mana kakek itu?”. Lalu kita renungkan rasa, “ Di mana dan siapa sesungguhnya Wali Allah itu?” karena “Ridha orang tua” adalah ridha Allah.
Permainan barang antik akan, termasuk jual beli tokek akan semakin jauh menyesatkan kalau hanya dalam kajian kebendaan, tidak sampai kepada kajian rasa yang tidak pernah bohong. Seperti samurai adalah semua dapat kuraih), batu delima Adalah Surat Al-Ikhlas.
Mbah Surip seorang pengamen yang lusuh, berambut gimbal menangkap “pesan” suara tokek itu dengan mencari dan terus mencari, akhirnya bertemu dengan “orang tua” itu serta dengan penuh bahagia menggendongnya, walau yang digendong itu lebih besar tubuhnya sampai kakinya menyeret tanah. Mbah Surip mengabadikan pertemuannya itu dengan menciptakan lagu, “Tak gendong.”
Raja Arab Saudi ke tujuh, Salman bin Abdulaziz al-Saud atau populer dengan sebutan Raja Salman mendapat petunjuk dan mencari “orang tua” itu ke Bali. Petunjuk bathin Raja Salman itu wajar karena “Bali yang telanjang, Aceh yang tsunami.” Walaupun besaran dana Rp. 225 miliar yang dihabiskan, Raja Salman gagal bertemu dengan “orang tua” itu.
Bahagia bukan kepalang bisa berjumpa dengan “orang tua” yang menyibak tabir ketidaktahuan diri sebagai puncak ridhanya Allah kepada kita. Syafaat “orang tua” menyelamatkan dan membahagiakan kita dunia dan akhirat.
Status, style, penampilan, tutur bahasa dan asal usul walau dari “tanah haram” sekalipun bukanlah ukuran dalam mencapai ridha Allah. Jangan pernah meremehkan orang lain dan selalu berdo’a; “Ya Allah, inilah hamba-Mu yang paling hina dan yang paling berdosa dari semua ciptaan-Mu, maka ampunilah aku Ya Allah.”
Akhirnya, dengan rahasia-Mu Ya Allahu Akbar, yang menjadikan hamba faqir illallah, hamba yang sejati, sempurna Iman, Islam dan Ihsan hamba, jadikanlah seluruh pembaca tulisan ini dimudahkan bertemu dan menjadi Wali Allah. Amin Ya Allahu Akbar!
(Mendale, Pebruari 13, 2023)