Hari Terus Berganti Lantas Apa Yang Dicari

oleh

Oleh : Agung Pangeran Bungsu, M.Sos*

365 hari 8.760 jam bukanlah sekedar hitungan angka. 2022 berlalu dengan berbagai warna cerita yang ada di dalamnya. Ada kenangan menggembirakan bagi mereka yang mampu melewati perjalanan hari-hari dengan baik dan juga mungkin saja ada kenangan tidak menyenangkan bagi sebagian mereka.

Detik demi detik, menit hingga menit berikutnya, perputaran jam dan hari berganti begitu cepat. Tidak terasa pagi hingga ke pagi, malam berganti dengan seketika.

Belum selesai sebuah pekerjaan dengan baik kini dihadapkan dan dikejar oleh pekerjaan lainnya. Belum tuntas sebuah wacana kini dihadapkan kembali dengan rencana baru lainnya. Hal ini mengisyaratkan kita semua bahwasanya kehidupan dunia ini hanyalah tempat persinggahan sementara.

Sangatlah tepat ketika terlintas pertanyaan besar di benak kita semua, dengan karunia Allah ta’ala atas nikmat waktu yang diberikan olehNya. Berapa banyak waktu yang telah berlalu dengan sia-sia. Berapa banyak waktu terbuang dengan begitu saja.

Kemudian dengan waktu yang ada berapa lama waktu yang telah digunakan untuk menghamba pada Allah ta’ala? Bukankah setiap detik yang telah berlalu akan dimintai pertanggung jawaban oleh Allah ta’ala, lantas apa yang sedang dicari?

Terlalu angkuh rasanya ketika merasa diri sibuk dengan pekerjaan-pekerjaan yang hanya berorientasi pada materi semata. Tidakkah timbul rasa malu dalam benak kita semua ketika nikmat yang ada tidak disertai dengan bentuk rasa syukur penghambaan kepadaNya. Ketika diuji dengan kekurangan, tabiat manusia adalah mengeluh dan terus saja mengeluh.

Begitu pula sebaliknya ketika diuji dengan kelebihan manusia juga mengeluh dengan apa yang dimiliki. Allah ta’ala berfirman dalam Al Quran

إِنَّ الْإِنْسَانَ خُلِقَ هَلُوعًا , إِذَا مَسَّهُ الشَّرُّ جَزُوعًا , وَإِذَا مَسَّهُ الْخَيْرُ مَنُوعًا
“Sesungguhnya manusia diciptakan bersifat keluh kesah lagi kikir. Apabila ia ditimpa kesusahan, ia berkeluh kesah; dan apabila ia mendapat kebaikan, ia amat kikir” (Al-Ma’arij 19-21)

Sulit rasanya menjadi sebaik-baik manusia, tapi itu semua bukanlah pilihan melainkan jalan yang harus ditempuh oleh orang yang beriman. Rasulullah bersabda dalam haditsnya tentang firman Allah ta’ala diatas dari Abu Hurairah Rasulullah bersabda “Sifat terburuk yang ada pada diri seorang lelaki ialah kikir yang keterlaluan dan sifat pengecut yang parah”.

Mengapa Rasulullah membenci dua sifat ini ? karena keduanya hanya akan menyengsarakan seseorang. Ketika dalam diri seseorang terdapat sifat kikir, bagaimana mungkin ia mampu memberi manfaat bagi sekitarnya.

Apabila dalam diri seseorang terdapat sifat pengecut, bagaimana mungkin ia mampu berubah dan membawa orang-orang yang ada di sekelilingnya menuju arah perubahan pada kebaikan. Dengan demikian kikir dan pengecut merupakan kepribadian yang harus dijauhi oleh orang yang beriman.

Terlalu singkat rasanya 365 hari untuk dapat membuat sebuah perubahan dan menebar kebaikan. Terlalu sia-sia apabila waktu yang dititipkan tidak digunakan untuk meraih ridhoNya. Ibda’binafsif (mulailah dari diri sendiri). Wallahu a’lam bish shawab. []

Comments

comments

No More Posts Available.

No more pages to load.