JAKARTA-LintasGAYO.co : Tokoh Gayo di Jakarta, Ibrahim Tawarys akan menerbitkan buku tentang Gayo dengan judul Identitas Masyarakat Gayo dari Aspek Historis, Alam dan Budaya.
“Sedang dalam proses cetak di penerbit, tidak lama lagi akan terbit,” kata pria yang lahir di Kute Lintang, Pegasing ini, Rabu 30 November 2022.
Buku ini katanya lagi, akan mengurai banyak hal tentang Gayo. Mulai dari asal usul urang Gayo hingga situs-situs sejarah yang melegenda.
“Di usia yang sudah senja ini, saya mencoba mengurai sejarah Gayo secara faktual dengan bahasa yang enak dibaca oleh semua kalangan,” katanya.
“Di buku ini, juga akan saya ceritakan kenapa ada kampung yang bernama Reje bukit, Paya Reje, Pegantungen. Siapa itu Lebe Kader, Reje Adi Genali, Reje Sangeda, Bener Merie dan Datu Beru,” tambahnya.
Buku ini juga menguraikan tentang adat perkawinan Gayo (angkap, juelen, kosokini, kelem berguru, bermelengkan) dan mengurai beberapa pepatah petitih Gayo diantaranya filosofi “kuatas bintang pitu, kutuyuh kal pitu mata”, yang mengandung arti dalam hidup kehidupan manusia harus seimbang antara lahir (fikir) dan batin (rasa) yang bermuara kepada akal kin pangkal kekire kin belenye.
“Ada juga, makna kerawang Gayo dari motif emun beriring, emun berangkat, emun bukune dalam kaitan azas hidup manfaat di masyarakat Gayo, beluh ara sira’i mewen ara si ewe’i,” katanya.
Bupati Aceh Tengah turut memberikan kata pengantar dalam buku tersebut.
Tentang Ibrahim Tawarys
H. Ibrahim Tawarys, lahir 5 Oktober 1942 di Kampung Kutelintang, Pegasing, Aceh Tengah. Lulus dari SMAN-1 bagian B (pasti alam) Takengon tahun 1963, setelah sebelumnya selama 3 tahun di SMAN-1 Banda Aceh (1959 s.d 1962).
Ia kemudian kuliah dengan status pegawai negeri ditugaskan belajar pada Akademi Metrologi di bawah kedinasan Departemen Perdagangan RI di Bandung. Sebelum diterima di Akademi Metrologi, ia kuliah di Fak. Tehnik Unsyiah angkatan pertama tahun 1963.
Ia pun pernah mengenyam pendidikan di Jepang pada National Research Laboratory of Metrology (NRLM) dalam bidang Metrology (pengetahuan pengukuran) and Measurement Standard.
Dalam penugasan kemetrologian yang diembannya, ia pernah lama bertugas ssbagai penera (pegawai berwenang memeriksa benar tidaknya alat ukur yg digunakan untuk berniaga) di Surabaya (1967-1981).
Sebagai Kasi di Subdit Ukuran Arus Direktorat Metrologi (1981-1988) dan pernah dipercaya menjabat Kepala Bidang Metrologi pada Kanwil Departemen Perdagangan Provinsi Kalimantan Selatan (1988-1995).
Dan kemudian dipercaya lagi sebagai Kepala Sub Direktorat Pengawasan dan Penyuluhan alat-alat ukur pada Direktorat Metrologi di Bandung (1995-1998).
Diakhir pengabdiannya sebagai PNS, ia menjadi Widyaiswara pada Balai Pendidikan dan Latihan Metrologi Bandung.
Setelah pensiun ia selalu menyibukan diri dengan membaca, dan terus menulis tentang kemetrologian (ada 5 judul buku) dan, tulisan lain berkenaan dengan keisslaman ( 7 judul buku) hingga buku-buku tentang Gayo.
[Darmawan]