Cerita dari Kampungku (Episode 6); Apah Konot di Sekitar Pemimpinku

oleh

Oleh : Fauzan Azima*

HANTU berwujud kerdil di daerah kami, di Tanah Tinggi Gayo, disebut apah konot. Makhluk halus ini “diasuh” manusia yang bersekutu dengannya dengan tujuan untuk mencelakai manusia lainnya.

Untuk ukuran “hantu”, keahlian apah konot cukup menakjubkan. Dia bisa memanipulasi penglihatan orang. Dia mudah berkamuflase menjadi binatang saat dirinya terjepit. Biasanya dia berubah menjadi bebek, kucing. Pernah juga apah konot berubah menjadi telur.

Bagi yang berhadapan dengan apah konot, mengira makhluk itu menghilang atau pergi jauh. Padahal dia hanya berubah wujud. Posisinya tetap berada di sekitar kita. Kita saja yang tidak menyadari transformasi apah konot. Mungkin dia jadi binatang yang sering terlihat di sekitar kita.

Bagi yang mengetahui apah konot berubah bentuk, tetap saja menangkap atau memegang apah konot tidak disarankan. Saat kita menyentuh apah konot, dia bisa memberi rasa sakit yang luar biasa. Untuk menangkap dan melumpuhkan apah konot, kita butuh ilmu kebatinan.

“Apah Konot akan berkeliaran saat majikannya tertidur pulas. Sebaliknya, saat majikannya terbangun, Apah Konot akan tertidur,” kata kawan saya, Syah Antoni, dalam artikelnya di media ini berjudul: Eksistensi Apah Konot, Maskot Tube di Tanoh Gayo.

Beberapa kali saya mengulang-ulang membaca tulisan lima alinea di atas. Semula saya belum yakin, tetapi semakin sering saya mengulang membacanya. kesimpulannya cerita apah konot rada mirip dengan cerita pemimpinku.

Pada dasarnya pemimpin kami itu orang baik. Tapi orang baik juga punya masalah. Masalah itu menjadi lebih besar saat sebagian besar masyarakat mengecap pemimpin kami sebagai orang jahat.

Bagaimana pun sebagai pemimpin butuh pengakuan dan legitimasi. Tidak ada jalan lain, untuk itu dia harus memelihara “apah konot” sebagai pertahanan sekaligus untuk menyerang lawannya.

Saya pernah menonton sinetron yang bercerita tentang seseorang yang dicaci-maki dan dihina di kampung. Lantas dia memutuskan pergi ke hutan untuk menuntu ilmu hitam. Dia menyimpan dendam terhadap orang-orang yang orang-orang yang menghinanya. Sepertinya begitu cara pemimpinku dalam menghadapi masalah.

Menurut saya cara memelihara apah konot tidak menyelesaikan masalah, justru akan menambah masalah. Karena masalah harus dihadapi, bukan dihindari. Bahkan menggunakan apah konot menimbulkan banyak masalah ikutan yang liar; sulit dikendalikan oleh pemimpin kami.

Melihat semua hal ini, saya merasa kami hidup di zaman antah-berantah. Semua perkembangan teknologi dan sebutan yang disematkan pada zaman teknologi tanpa batas ini seperti musnah karena pemimpin lebih mengandalkan apah konot dan menghidupkan kembali eksistensi makhluk itu. Apah konot pun paham betul keunggulannya sehingga selalu mengelilingi pemimpin kami seperti ikan baung mengejar makanan.

Rasanya tidaklah sopan jika saat bertemu dengan pemimpin kami itu, saya harus mengucap, “audzubillahi minassyaitanir rajiim” hanya untuk mengusir apah konot yang bergelayut di sekitarnya.

Saya kira pemimpin kami sudah sangat terlambat bisa terbebas dari apah konot. Kini keberadaan apah konot akan menjadi bumerang kepada diri pemimpin kami. Saat menjabat masih mampu menyediakan sesajen, tetapi setelah pensiun pun sesajen tetap harus dipenuhi. Jika tidak, apah konot menjadi penyakit bagi diri pemimpin kami dan keturunannya.

Baca Juga : Cerita dari Kampungku (Episode 5); Mari Sayangi Negeri Ini

Siapapun yang menjadi pemimpin kelak putuskan mata rantai dari apah konot. Pemimpin harus profesional dan percaya bahwa dia memimpin atas kepercayaan rakyat. Pemimpin tidak boleh terseret kepada hal klenik dan perdukunan. Tidak juga memuja batu akik yang berpotensi menyeretnya ke jurang syirik. Tidak sulit kok.

(Mendale, November 22, 2022)

Comments

comments

No More Posts Available.

No more pages to load.