Catatan : Muhammad Syukri*
Pernah membaca hashtag Senin gembira, Selasa gembira atau Rabu gembira di akun Facebook @mampak tengku? Saya yakin, rerata facebooker di Kabupaten Aceh Tengah dan Bener Meriah sering membaca hashtag yang dikaitkan dengan selesainya prosesi akad nikah. Seolah kata itu semacam lelucon, padahal ada pesan khusus disana.
Saya pun awalnya menganggap hashtag gembira itu semacam lelucon. Lebih-lebih setelah para netizen memanggil @mampak tengku dengan sebutan tengku gembira. Lama kelamaan, hashtag gembira makin populer dikalangan netizen. Saya pun makin penasaran mengingat kata gembira dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) adalah: suka; bahagia; bangga; senang.
Suatu hari, Rabu (7/9/2022), saya tanya ihwal hashtag gembira di akun @mampak tengku. Apa kata Anda Putra Ali Djadun SH pemilik akun @mampak tengku? Menurut Ketua Asosiasi Penghulu Republik Indonesia (APRI) cabang Kabupaten Aceh Tengah, akad nikah merupakan proses resmi menuju suasana gembira.
“Coba abang tunjuk! Siapa yang tidak suka, tidak bahagia, tidak bangga dan tidak senang menikah? Hanya mereka yang terpaksa nikah, pasti tidak gembira,” ungkap Anda Putra Ali Djadun SH sambil menyeruput secangkir red velvet di Cafe Negeri Kopi, Pasar Pagi Lama, Takengon.
“Memang ada yang menikah tetapi tidak gembira?” tanya saya.
“Ada! Malam itu menikah, setelah itu ditalaknya. Itu karena dia tidak gembira,” sebut ketua penghulu itu.
Lalu untuk apa orang harus menikah? Hadis riwayat Thabrani dan Hakim menyebutkan: “Barangsiapa menikah, maka ia telah menyempurnakan separuh ibadahnya (agamanya). Dan hendaklah ia bertakwa kepada Allah SWT dalam memelihara yang sebahagian sisanya.”
Upaya untuk menyempurnakan separuh ibadah dan memelihara sebahagian sisanya, diperlukan sebuah wadah komunikasi. Wadah itu merupakan wahana me-maintenance keberlanjutan suasana gembira pasca pernikahan.
Siapa saja yang perlu me-maintenance suasana gembira pernikahan? Bukan hanya pasangan pengantin baru, mereka yang telah puluhan tahun menikah memerlukan maintenance. Rumah tangga itu ibarat sendok dengan piring, kerap terjadi gesekan. Gesekan itu lumrah dalam sebuah rumah tangga, bisa akibat miskomunikasi atau mispersepsi.
Miskomunikasi atau mispersepsi dalam rumah tangga sebaiknya menghindari curhat kepada teman-teman di media sosial. Kenapa? Sering sarannya bukan solusi, tetapi provokasi. Ujung-ujungnya sebuah rumah tangga runtuh tak berbekas.
“Para penghulu siap membantu mereka menemukan solusi. Memberi mereka jalan gembira,” tambah Anda Putra Ali Djadun SH.
Benarkah? Penghulu adalah PNS yang diberi tugas, tanggung jawab, wewenang dan hak untuk melakukan kegiatan pelayanan dan bimbingan nikah atau rujuk, pengembangan kepenghuluan, dan bimbingan masyarakat Islam (Peraturan Menteri Agama RI Nomor 16 Tahun 2021).
“Hashtag gembira di akun Facebook saya adalah akronim dari gerakan masyarakat beriman dan sejahtera,” ungkap pemilik akun @mampak tengku itu.
Siapa saja yang bisa bergabung disana? Semua orang bisa bergabung, tidak ada pembatasan. Baik mereka yang belum menikah, baru menikah, atau sudah lama menikah. Apa tujuannya? Me-maintenance keberlanjutan pernikahan yang berlandaskan kepada keimanan. Atas landasan itu, mendorong setiap pasangan untuk tetap gembira, misalnya bagaimana agar saling menyukai, bahagia, bangga dan senang.
Idenya sederhana, tetapi gerakan yang digagas oleh akun @mampak tengku sangat menarik. Bagaimana tidak, masih jarang yang membangun gerakan untuk membuat orang lain gembira. Sepengetahuan saya gerakan masyarakat lebih fokus kepada isu lingkungan hidup, politik, hukum, urusan gender, dan sosial ekonomi. Kali ini. @mampak tengku tampil beda, membangun gerakan agar pasangan suami istri tetap gembira sampai akhir hayat.
Saya percaya atas bunyi pameo: tak kenal maka tak sayang. Manakala sudah merasakan manfaat gerakan masyarakat beriman dan sejahtera (gembira), maka pasangan suami istri di Dataran Tinggi Gayo akan suka rela bergabung dalam gerakan tersebut.
Bukan karena mukerna, tetapi karena sifat manusia ingin gembira. Siapapun yang menyatakan dirinya sehat pasti ingin gembira, ingin saling menyukai pasangannya, ingin bahagia, bangga kepada suami maupun istri, dan saling menyenangi. Bravo @mampak tengku!