Oleh : Suhaimi, SH, M.Ag*
Silih berganti pemimpin merupakan hal yang biasa dalam sebuah pemerintahan. Perioderisasi lima tahun merupakan jangka waktu yang sangat singkat untuk membangun kegemilangan sebuah daerah.
Tak ayal, banyak orang-orang berlomba-lomba untuk menduduki jabatan tersebut dengan alasan ingin membangun tanah kelahiran.
Pertanyaannya adalah pemimpin yang bagaimana yang dinantikan oleh masyarakat Aceh khususnya masyarakat dataran tingi Gayo.
Dalam literatur siyāsah syar’iah (politik Islam), syarat pemimpin yang ideal itu beragam.
al-Maududi dalam karyanya mengungkapkan bahwa syarat seorang pemimpin harus dari suku quraisy, merdeka (bukan budak), dewasa, berakal, berilmu dan adil.
Sedangkan menurut al-Mawardi yang tersebut dalam bukunya Ahkāmu al-Sultaniyah, syarat seorang pemimpin yang ideal ada tujuh yaitu haruslah adil, memiliki pengetahuan yang luas, memiliki kemampuan mendengar, melihat dan berbicara secara sempurna, kondisi fisik yang sehat, memiliki kearifan dan wawasan yang luas, memiliki keberanian dalam melindungi wilayah dan berasal dari suku quraisy.
Jika dikaitkan dengan kriteria pemimpin yang telah diuraikan di atas dengan perkembangan zaman saat ini, setidaknya ada tiga kata kunci sehingga dapat dikatakan sebagai pemimpin yang ideal saat ini.
Pertama, memiliki visi-misi yang terukur dan terarah. Visi dan misi wajib dimiliki oleh seorang pemimpin. Visi dan misi yang dimaksud adalah visi-misi yang logis, terukur dan terarah.
Maksudnya adalah visi dan misi seorang pemimpin bukanlah janji ataupun PHP (pemberian harapan palsu) bagi masyarakat yang membuat masyrakat tertarik hatinya dan memilih karena harapan tersebut. Ironisnya, tipikal pemimpin yang demikian akan membuat tingkat kepercayaan terhadap pemimpin akan menurun.
Kedua cerdas. Kecerdasan yang dimakudkan disini adalah menyangkut kepada tiga tingkat kecerdasan yang wajib dimiliki oleh seorang pemimpin. Yaitu kecerdasan intelektual, kecerdasan emosional dan kecerdasan spritual.
Kecerdasan intelektual merupakan kecerdasan yang mutlak wajib dimiliki oleh seorang pemimpin. Tanpa adanya kecerdasan ini, seorang pemimpin tidak memiliki pijakan dalam menganalisis berbagai permasalahan yang akan dihadapi dalam pemerintahan.
Kedua kecerdasan emosional. Kecerdasan ini adalah upaya membangun relasi dan diplomasi antar sektor bahkan antar lembaga demi memikirkan trobosan dan langkah-langkah dalam mengambil sebuah kebijakan. Ketiga kecerdasan spritual.
Dari kedua kecerdasan yang disebutkan di atas, kecerdasan spritual merupakan penentuan sebuah kesuksesan lembaga/institusi yang dipimpin. Agama merupakan ruh/jiwa dalam memimpin.
Seseorang yang memiliki kecerdasan spritual yang baik akan mempertimbangkan segala bentuk kebijakan, solusi maupun trobosan yang tidak merugikan orang lain dan memiliki nilai kemanfaatan dan kemaslahatan bagi semua elemen.
Ketiga berani dan bertanggung jawab. berani bukanlah semena-mena, apalagi arogan. Berani yang dimaksudkan adalah bijak berpendapat dan bijak bersikap. Terkadang dengan adanya tekanan dari berbagai pihak, seorang pemimpin tidak berani mengambil sikap dalam pengambilan kebijakan yang kondisional.
Ini yang sangat berbahaya dalam sebuah lembaga/intitusi. Keberanian ini yang sangat urgen yang wajib dimiliki oleh seorang pemimpin.
Ketiga konsep ideal yang wajib dimiliki oleh seorang pemimpin di atas akan membawa kepada keadilan yang sesungguhnya. Keadilan yang wajib dinikmati oleh seluruh elemen masyarakat. Secara tidak berlebihan keadilan yang sesungguhnya adalah keadilan yang dapat dinikmati oleh seluruh alam semesta.
Jika tiga kriteria pemimpin yang disebutkan di atas dapat diimplementasikan untuk mencari dan memilih kepala Pemerintahan Aceh Tengah di masa akan mendatang, sangat memungkinkan Kabupaten Aceh Tengah tidak hanya dikenal dengan keunggulan kopinya dan keindahan Danau Lut Tawar-nya saja, akan tetapi menjadi “surga” bagi kehidupan masyarakat Gayo dan menjadi “Rule Model” bagi kabupaten lain dalam membangun wilayahnya.
Kemasyhuran kerajaan Linge sampai dengan kejayaan Kerajaan Aceh Darussalam tidak terlepas dari tiga kriteria yang dianut oleh raja-raja terdahulu. Sampai saat ini kemasyhuran dan keagungannya masih terdengar dan terasa dalam ungkapan sejarah.
*Alumnus Fiqh Modern (Hukum Islam) Pacasarjana UIN Ar-Raniry Banda Aceh