Oleh: Vera Hastuti, M.Pd*
Aceh selalu punya keistimewaan dibandingkan daerah lain di Indonesia. Melalui keputusan Missi Hardi nomor Kep.01/Missi/1959, Aceh diberikan sebutan Daerah Istimewa. Surat Keputusan tersebut ditanda tangani oleh Wakil Perdana Menteri I, Mr Hardi dan mulai berlaku sejak tanggal 26 Mei 1959. Salah satu dari keistimewaan Aceh adalah dalam bidang pendidikan.
Aceh memperingati dua hari pendidikan yaitu hari Pendidikan Nasional (Hardiknas) setiap tanggal 2 Mei, dan juga memperingati Hari Pendidikan Daerah (Hardikda). Hardikda menjadi suatu hal yang unik dan khas karena tidak ada satu daerahpun di Nusantara yang memperingati hari pendidikan daerah kecuali di provinsi Aceh.
Tanggal 2 September 1959 ditetapkan sebagai Hari pendidikan daerah di Aceh. Hal ini ditetapkan berdasarkan Surat Keputusan Gubernur Kepala Daerah Istimewa Aceh No.90/1960 tanggal 5 Oktober 1960.
Hari bersejarah yang terus diperingati oleh pemerintah dan masyarakat Aceh sampai hari ini, didasarkan pada momentum peresmian berdirinya Kota Pelajar dan Mahasiswa (Kopelma) Darussalam, oleh Presiden Soekarno, pada 2 September 1959.
Penetapan Tanggal ini dicetuskan oleh Bapak Pendidikan Aceh, almarhum Prof Ali Hashimy selaku Gubernur Aceh saat itu. Hal ini ditandai dengan bermulanya pendirian lembaga pendidikan tinggi Darussalam, yaitu Universitas Syiah Kuala (Unsyiah) sebagai lembaga pendidikan umum, Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Ar-Raniry sebagai lembaga pendidikan tinggi Agama dan Dayah Manyang Tgk Chik Pante Kulu sebagai lembaga takhasus dalam berbagai disiplin ilmu Islam.
Presiden Soekarno Meresmikan Tugu Kopelma Darusalam
Tonggak sejarah Hari Pendidikan Aceh ditandai dengan peresmian Kopelma Darussalam oleh Presiden Soekarno pada tanggal 02 September 1959. Tepat 63 tahun yang lalu, berdirinya Kopelma Darussalam merupakan upaya dari para cendikiawan, ulama, pemimpin, serta seluruh masyarakat Aceh.
Presiden Soekarno meresmikan kawasan kopelma dengan mengesahkan prasasti bertuliskan ‘Tekad Bulat Melahirkan Perbuatan Nyata, Darussalam Menuju Pelaksanaan Cita-Cita.
Peresmian Kopelma Darussalam itu merupakan babak baru pendidikan di Aceh. Dalam amanat peresmian Kopelma itu, Presiden Soekarno menyatakan Darussalam merupakan lambang iklim damai dan suasana persatuan dan kesatuan sebagai hasil kerja sama antara rakyat dan para pemimpin Aceh, sebagai modal pembangunan dan kemajuan bagi Aceh dan Indonesia pada umumnya.
Ada pun, prioritas pembangunan pendidikan di Aceh terdiri dari empat pilar yakni mutu, relevansi dan daya saing, pemerataan dan perluasan akses, tata kelola dan akuntabilitas, serta implementasi sistem pendidikan yang berbasis nilai-nilai Islami.
Darusalam, Jantung Hati Rakyat Aceh
Pada tanggal 26 Maret 1956 “Jajasan Dana Kesedjahteraan Atjeh” dibentuk untuk menghimpun sumbangan dari seluruh elemen masyarakat Aceh. Semua rakyat Aceh bersatu untuk pembangunan kopelma Darusalam. Sejumlah konglomerat Aceh pada saat itu menyumbangkan uang, sedangkan rakyat biasa mengulurkan tangan memberikan sumbangan apa saja yang bisa disumbangkan.
Dipimpin oleh Major Sunarjo dan Usman Effendy dari TNI/Polri bergantian hari bergotong-royong untuk membangun jalan, menimbun lubang, membangun kampus jantung hati rakyat Aceh. Semua warga Aceh membangun kampus ini sesuai dengan kemampuannya masing-masing.
Inilah kampus yang dibangun dengan uang rakyat dan harus menjadi kampus rakyat. Sehingga Darusalam merupakan milik dan menjadi jantung hati rakyat Aceh.
Darussalam telah memberikan sumbangan terhadap kepentingan dan kemajuan rakyat Aceh dari dulu hingga sekarang. Disebut sebagai jantung hati rakyat Aceh.
Bila diibaratkan manusia, tanpa jantung, maka darah tidak bisa dipompakan hingga akhirnya nyawa melayang. Perumpaman inilah yang kemudian menjadi pengingat, bahwa pendidikan adalah urat nadi Aceh. Momen ini menjadi pengingat untuk terus meningkatkan mutu dan mengakselerasi pembangunan pendidikan dan peradaban Aceh.
Hardikda, Momen Penyempurna Pendidikan
Momen Hardikda harus dimanfaatkan agar pendidik dan instansi yang terkait dengan pendidikan tetap semangat membentuk generasi berkualitas, sehingga generasi ini nantinya mampu membawa perubahan menuju Aceh hebat dan bermartabat.
Hardikda bukan sekadar seremoni. Hal ini harus digaris bawahi dalam mengevaluasi diri. Sejauh mana pendidikan yang telah kita raih. Karena, pendidikan merupakan salah satu program penting untuk perubahan dan pembangunan Aceh di masa depan.
Selama dua tahun terakhir, geliat pendidikan Aceh mulai meningkat. Aceh mendulang medali sains di tingkat nasional, memenangi keterampilan di tingkat nasional. Bahkan hasil seleksi Perguruan Tinggi, Aceh masuk 5 besar dari 34 provinsi. Semoga, melalui peringatan Hardikda, kita semakin terpicu untuk memiliki Komitmen yang tinggi dalam membangun pendidikan Aceh agar lebih baik lagi.
Mari kita kuatkan tekad untuk menciptakan generasi penerus Aceh yang cakap, religius, pekerja keras, berdaya saing tinggi, serta memiliki karakter yang baik.
*Guru SMAN 1 Takengon