Oleh : Vera Hastuti, M.Pd*
Pemerintah Indonesia melalui kementrian pendidikan Indonesia telah resmi merilis kurikulum baru, yaitu Kurikulum Merdeka Belajar untuk sekolah di seluruh Nusantara sebagai pengganti kurikulum sebelumnya, yaitu kurikulum 2013 (K 13).
Kurikulum terbaru ini memiliki perbedaan mendasar dari kurikulum yang pernah diterapkan di Indonesia. Paling kentara, Kurikulum ini tidak lagi menyertakan kriteria ketuntasan minimal (KKM) dalam pembelajaran.
Kurikulum merdeka belajar diatur dalam Keputusan Mendikbud Ristek No. 162/M/2021 tentang Sekolah Penggerak. Kurikulum ini diluncurkan oleh Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Mendikbud Ristek) Nadiem Makarim sebagai bentuk dari tindak evaluasi perbaikan Kurikulum 2013.
Kurikulum ini disebut juga sebagai kurikulum Prototipe yang merupakan salah satu bagian upaya pemerintah untuk mencetak generasi penerus yang lebih kompeten dalam berbagai bidang. Penerapan kurikulum merdeka belajar mempunyai target jangka panjang dan diharapkan dapat memperbaiki sistem pendidikan di Indonesia yang tertinggal dari beberapa negara lain.
Perubahan Kurikulum adalah Suatu Keniscayaan
Perubahan adalah suatu keniscayaan termasuk dalam hal kurikulum. Mau tidak mau, siap tidak siap, kita harus menghadapi perubahan kurikulum agar pendidikan di Indonesia bisa mengimbangi perkembangan zaman, terutama dalam hal teknologi. Kurikulum memang harus berubah karena situasi yang terus berkembang dan disesuaikan dengan kebutuhan zaman.
Sejarah mencatat, Indonesia mengalami perubahan kurikulum sejak Indonesia merdeka, dan terus berubah pada 1947, 1952, 1964, 1968, 1975, 1984, 1994, 2006. Pada tahun 2013 dikenal adanya kurikulum 2013 yang merupkan pengembangan dari KBK dan KTSP.
Beberapa kurikulum yang terkenal adalah CBSA (Cara Belajar Siswa Aktif), KBK (Kurikulum berbasis kompetensi), KTSP (Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan) dan sekarang Kurikulum Merdeka Belajar.
Kurikulum Merdeka Belajar
Kurikulum merdeka belajar menurut BSNP atau Badan Standar Nasional Pendidikan adalah suatu kurikulum pembelajaran yang mengacu pada pendekatan bakat dan minat. Dimana, para pelajar (baik siswa maupun mahasiswa) dapat memilih pelajaran apa saja yang ingin dipelajari sesuai dengan bakat dan minatnya.
Kurikulum Merdeka berpegang pada filosofi Ki Hajar Dewantara. Pandangan Bapak Pendidikan Indonesia ini menekankan pada kebebasan peserta didik dalam belajar. Peserta didik diberi kebebasan untuk memilih mata pelajaran sesuai minat. Kenyamanan tempat belajar, dan pembangunan karakter.
Proses seperti ini dianggap mampu mendorong peserta didik menemukan kemerdekaannya dalam belajar. Sehingga, mereka akan mandiri, terampil mengatur dan menentukan tujuan hidup sendiri berdasarkan norma dan budaya masyarakat yang ada. Disini, peran pendidik hanya memfasilitasi peserta didik untuk dapat tumbuh berkembang.
Keunggulan Kurikulum Merdeka Belajar
Merdeka belajar merupakan gagasan untuk mengembalikan hakikat belajar kepada fitrahnya. Skema pembelajaran yang mekanistis selama ini telah menjadikan proses belajar sebagai sebuah prosedur. Cara ini diharapakan memberi solusi dalam memenuhi kebutuhan peserta didik dengan gaya belajar, potensi, serta minat yang beragam.
Dirilis dari laman kementrian pendidikan, kebudayaan, riset, dan teknologi direktorat jenderal pendidikan dasar dan pendidikan menengah. Ada beberapa keunggulan kurikulum merdeka.
1. Lebih sederhana dan mendalam
Kurikulum Merdeka lebih berfokus pada materi yang esensial dan pengembangan kompetensi peserta didik pada fasenya. Proses pembelajaran diharapkan menjadi lebih mendalam, bermakna, tidak terburu-buru, dan menyenangkan.
2. Lebih merdeka
Bagi peserta didik khususnya jenjang SMA tidak ada program peminatan di SMA. Artinya, tidak ada lagi kelas IPA, IPS dan Bahasa. Sehingga peserta didik memilih mata pelajaran sesuai minat, bakat, dan aspirasinya. Guru juga diharapkan mengajar sesuai tahap capaian dan perkembangan peserta didik. Sekolah pun memiliki wewenang untuk mengembangkan dan mengelola kurikulum pembelajaran sesuai dengan karakteristik satuan pendidikan dan peserta didik.
3. Lebih relevan dan interaktif
Pembelajaran pada kurikulum Merdeka belajar dilaksanakan melalui kegiatan proyek. Kegiatan ini memberikan kesempatan lebih luas kepada peserta didik untuk secara aktif mengeksplorasi isu-isu aktual misalnya isu lingkungan, kesehatan, dan lainnya untuk mendukung pengembangan karakter dan kompetensi Profil Pelajar Pancasila.
Pada dasarnya, esensi keberhasilan kurikulum bukan pada “ganti mentri ganti kurikulum”, tetapi pada pelaksanaan kurikulum sesuai hati nurani, pikiran dan ikhlas.
Hal ini ditandai dengan terjadinya dan dirasakannya praktek terbaik pembelajaran dan penilaian yang lebih efektif dan bermakna serta tertanam dalam jiwa peserta didik. Bila kurikulum ini terlaksana dengan baik, diharapkan akan tercipta generasi yang mempunyai karakter yang baik, fleksibel, cerdas, toleran, mencintai budaya dan dapat bersaing dengan kritis dan sehat di dunia global.
*Guru SMAN 1 Takengon