Oleh : Aina Sabela*
Tempat kelahiranku menyimpan begitu banyak pesona yang luar biasa, mulai dari potensi alam, budaya, bahkan sampai kuliner tradisional ada di wilayah hamparan dataran tinggi Gayo.
Daerah Gayo memiliki variasi kuliner seperti Masam Jeng, Pengat, Gutel, Cecah Terong Angur serta Cecah Bajik sampai Dedah Ikan Depik, dan masih banyak lagi.
Tentu hal ini sangat menguntungkan masyarakat Gayo jika makanan ini bisa diolah dan dikemas dengan baik dan menarik, karena pada saat ini persaingan global yang begitu besar dan tidak dapat dibendung lagi maka salah satu program wisata yang bisa dibuat untuk menambah pundi-pundi rupiah adalah dengan membuat objek wisata kuliner berbasis budaya lokal.
Selain keuntungan dalam bidang perekonomian, manfaat lainnya yang dapat kita rasakan adalah masyarakat terbiasa dengan pembuatan kuliner lokal sehingga kita dapat melestarikan aset kuliner lokal ini.
Jika kita amati, tujuan wisatawan lokal dan asing datang ke dataran tinggi Gayo, selain untuk menikmati keindahan alamnya, mereka juga akan berwisata kuliner dengan mencoba menikmati berbagai masakan khas Gayo.
Hal ini tentu bisa menjadi batu loncatan agar bisa memperkenalkan kepada masyarakat luar tentang kuliner Gayo yang memiliki ciri khas dalam rasa.
Didalam rasa masakan masyarakat Gayo begitu banyak kita temui rempah-rempah yang dicampurkan dalam bumbu masakan seperti Andaliman atau biasa kita kenal dengan sebutan bahasa Gayo Empan, selain itu ada juga Gegarang biasanya dicampurkan didalam sayur Pengat, ini membuktikan bahwa kuliner Gayo begitu lengkap dengan bahan dan rempah-rempah lokal.
Bahkan beberapa kerabat yang pernah datang ke Gayo mengutarakan hal serupa bahwa kuliner Gayo sangat lezat dan selalu dirindukan.
Beberapa tempat makan nomor 1 yang terkenal dengan masakan khas Gayo seperti di Teluk One-One yang menyediakan masakan seperti Masam Jeng dan Pengat khas Gayo.
Tempat ini banyak didatangi wisatawan lokal maupun luar daerah, karena tempatnya yang begitu cocok untuk refreshing dan langsung di tepi Danau Laut Tawar.
Bukan hanya di Teluk One-One saja, namun dibeberapa tempat juga menyediakan masakan khas Gayo seperti di Gegarang Resto, bahkan hotel Park Side pun sudah mengandalkan Masam Jeng sebagai menu.
Untuk itu, peranan pemerintah juga sangat dibutuhkan untuk bisa memberikan dukungan kepada masyarakat Gayo agar bisa mengembangkan dan memanfaatkan sumber daya yang ada, terutama dalam bidang kuliner.
Hal ini hendaknya terus dikembangkan menjadi objek wisata Untuk membantu memberdayakan perekonomian masyarakat, karena kemajuan zaman yang cukup tinggi tidak menutup kemungkinan masyarakat Gayo untuk bisa terus bersaing agar mampu menciptakan kreativitas dalam berbagai segi kehidupan.
Nah, dari makanan tradisional khas Gayo yang telah disebutkan diatas yang paling menarik menurut saya adalah Cecah Bajik dan Cecah Terong Angur. Kenapa saya katakan menarik makanan itu bisa dikatakan sebagai dessert karena cenderung memiliki rasa yang manis, namun yang kita ketahui dessert itu dimakan sebagai hidangan penutup.
Tapi uniknya makanan ini bisa dimakan oleh masyarakat Gayo menggunakan nasi atau sebagai lauknya. Dan Cecah Bajik ini biasanya juga sebagai hidangan berbuka puasa.
Pada jaman dulu kata orangtua saya, jika ingin memakan Cecah Bajik ini harus dibuat sendiri, belum ada yang menjual serta harus mencari bahan bahannya.
Namun, seiring berjalan nya waktu baru ramadhan pada tahun ini saya menemukan ada yang menjual Cecah Bajik tersebut. Dan orangtua saya mengatakan bahwa Cecah Bajik ini juga dapat sebagai obat apabila perut terasa nyeri ketika menjalankan puasa.
*Penulis adalah peserta Pelatihan Jurnalistiik yang Digelar Cabdin Bener Meriah Bekerjasama dengan LintasGAYO.co dari SMAN 1 Timang Gajah