Peringati 93 Tahun Pembuktian Teori Einstein di Takengon, PKKG Gelar Bincang Sejarah

oleh

Oleh : Win Wan Nur*

“Share Loc ya!” Kalimat ini sekarang sudah menjadi kosa kata umum yang kita gunakan sehari-hari, ketika mau bertemu teman di tempat yang tidak kita ketahui.

Dengan menggunakan perangkat GPS di HP kita mengikuti petunjuknya dan kitapun sampai di tujuan.

Tapi mungkin hanya segelintir orang yang tahu kalau fenomena “share loc” ini bisa ada seperti sekarang berkat sebuah peristiwa yang terjadi di Kampung Belang Kolak, Takengen pada 93 tahun silam, tepatnya tanggal 9 Mei 1929.

“Share Loc” adalah aplikasi dari teori relativitas umum Einstein yang dia publikasikan pada tahun 1915.

Berbeda dengan fisika klasik Newton tentang teori gravitasi yang menyatakan bahwa gaya gravitasi itu adalah Gaya alami yang bersifat lurus.

Einstein menyatakan sebaliknya, dia mengatakan gravitasi itu sebenarnya tidak ada. Yang ada hanyalah gejala pelengkungan ruang dan waktu oleh kehadiran benda-benda masif. Cahaya bergerak melalui ruang-waktu dalam garis lurus, tetapi jika ruang-waktu dilengkungkan oleh benda langit, maka cahaya akan tampak berada di tempat yang berbeda.

“Ruang-waktu menjadi melengkung dengan adanya materi, dan cahaya mengikuti garis lurus di permukaan ruang-waktu karena tidak memiliki massa,” kata Einstein.

Dia bahkan menghitung pelengkungan itu, sebesar 1,78 detik geometri ( satu lingkaran penuh adalah 360 derajat, 1 derajat = 60 menit dan 1 menit = 60 detik)

Inilah yang membuat sinyal GPS yang dipancarkan dari satelit bisa dengan akurat menunjukkan lokasi yang kita tuju. Gelombang elektro magnetik yang membawa sinyal GPS sifatnya sama seperti cahaya, tak memiliki massa dan berbelok ketika melewati massa yang massif. Bayangkan kalau kita masih menggunakan hukum fisika klasik Newton, dengan pembelokan 1,78 detik itu setelah sekian ribu kilometer, sejauh apa kita akan tersasar dari lokasi yang dituju?

Sekarang kita sudah menikmati teknologi ini dan selain kaum bumi datar yang terbukti belum menghasilkan satupun teknologi yang berdasarkan asumsi bumi datarnya, tak ada lagi yang ribut memperdebatkan benar tidaknya Teori Relativitas Umum.

Tapi dulu, Teori Einstein ini menimbulkan perdebatan hebat di kalangan ilmuwan saat itu, karena teori ini belum bisa dibuktikan, sementara hukum Newton sudah eksis lebih dari 21 tahun dan sudah tak terbilang teknologi yang dihasilkan menggunakan hukum fisika klasik itu.

Teori Einstein bisa dibuktikan saat gerhana matahari, di situ akan bisa dilihat, benarkah melengkung saat melewati benda masif. Cahaya digunakan sebagai parameter karena cahaya tidak memiliki massa, sedangkan benda yang memiliki massa, semakin cepat gerakannya bobotnya akan semakin berat dan sampai kecepatan tertentu bobot itu takkan lagi mampu ditanggung dan hancur.

Dengan pengetahuan ini, sejak tahun itu mulailah para ilmuwan berburu gerhana, mulai dari Peru ke Mozambik yang lokasinya tepat di seberang Amerika Selatan. Ke Samudra Atlantik, dan Afrika bagian selatan. Tapi semuanya tak mendapatkan foto yang memuaskan.

Sampai tahun 1919 tim yang dipimpin oleh Sir Arthur Eddington, direktur Observatorium Cambridge menyelenggarakan ekspedisi untuk memotret gerhana matahari yang akan terjadi pada tanggal 29 Mei tahun itu.

Tim ini mengirimkan astronom Andrew Claude de la Cherois Crommelin dan Charles Davidson untuk mengambil foto dari Sobral, Brasil, sementara Sir Arthur Eddington sendiri dan asistennya Edwin Cottingham melakukan hal yang sama di Pulau São Tomé dan Príncipe, tak jauh dari pantai dari Gabon, Afrika.

Hasilnya, tim yang dikirim ke Brazil mendapatkan hasil gambar yang memuaskan dan membuktikan teori Einstein benar.

Keberhasilan ini membuat Einstein menjadi selebritis di kalangan ilmuwan dan popularitasnya tetap tak redup sampai hari ini.

Tapi, sebuah kesimpulan ilmiah mensyaratkan bahwa suatu pengamatan itu harus bisa diulang dengan hasil yang sama.

Jadi meskipun sudah terbukti, masih tidak sedikit orang yang meragukan, baik itu di kalangan ilmuwan apalagi golongan sotoy model kaum Bumi Datar yang meyakini benar tidaknya sebuah pernyataan ilmiah berdasarnya banyaknya dukungan dan kerasnya suara dan banyaknya dukungan publik yang didapat dengan cara pengerahan massa.

Kelompok ini mulai menyerang Einstein dan Arthur Eddington dengan berbagai pembelokan isu, untuk mendapatkan dukungan publik dengan cara pembelokan isu yang digalang kelompok penjilat dengan menghembuskan berbagai isu berbau teori konspirasi sampai isu rasisme.

Akhirnya ilmuwan kembali berburu gerhana, bahkan di tengah kecamuk perang dunia pertama, mulai dari Crimea, ke Australia sampai Bengkulu. Tapi tak satupun mendapatkan hasil memuaskan.

Sampai kemudian, gerhana matahari total akan datang kembali pada tanggal 9 Mei 1929.

Waktu itu, posisi ideal untuk mendapatkan foto gerhana matahari total akan didapatkan di tiga negara, Malaysia, Philipina dan Pulau Sumatera di Hindia Belanda.

Saat itu pemerintah Belanda yang netral di perang dunia pertama sangat berambisi supaya pembuktian teori relativitas umum Einstein yang akan mengguncang dunia sains itu dibuktikan dengan mantap di negaranya, karena ini sudah pasti akan menjadi sejarah besar yang akan diingat selama peradaban manusia masih ada.

Jadi mereka benar-benar mensupport kegiatan ini habis-habisan.

Waktu itu dua tim ekspedisi ini dari Jerman dan Amerika.

Supaya mereka mau melakukan pembuktian itu di Hindia Belanda, kerajaan Belanda gratiskan semua biaya pengangkutan peralatan untuk kegiatan itu pulang pergi.

Tiket kapal buat peneliti, mereka diskon 50%, transportasi darat, mulai dari kereta api dari Belawan ke Medan, sambung dengan dari Medan ke Besitang lalu naik Atjeh Tram dari Medan ke Bireun, sambung naik mobil dari Bireun ke Takengen, semuanya gratis.

Biaya hotel, makan dan semua kebutuhan anggota tim ekspedisi ini selama dua bulan di FX Takengen juga mereka gratiskan.

Di Sumatera sendiri sebenarnya ada dua pilihan, Idi dan Takengen, mereka pilih Takengen karena dua alasan.

Pertama alasan alam, Takengen ini mereka bilang jauh lebih indah dan udaranya sejuk, tidak membuat peneliti menderita akibat cuaca panas dan lembab serta serangan nyamuk. Sebagaimana yang mereka alami di ekspedisi sebelumnya di Bengkulu tahun 1926 yang hasilnya tidak memuaskan.

Kedua, menurut mereka di seluruh Aceh ini, orang Gayo paling cinta damai.

Hasilnya sudah kita ketahui bersama, tanggal 9 Mei 1929, foto-foto yang dihasilkan tim Amerika yang dipimpin
oleh Prof. John A. Miller dan tim Jerman yang dipimpin Erwin-Finlay Freundlich dari Kampung Belang Kolak, Takengen, membuktikan Teori Relativitas Umum Einstein adalah benar dan tak terbantahkan.

Untuk memperingati peristiwa bersejarah yang mengguncang dunia dan telah mengubah alur peradaban manusia ini.

Besok, 9 Mei 2022, tepat 93 tahun setelah peristiwa itu terjadi, Pusat Kajian Kebudayaan Gayo (PKKG) akan mengadakan diskusi atau Bincang Sejarah dengan tema “Kota Takengon, Tempat Pembuktian Teori Relativitas Einstein” melalui Zoom meeting.

Saya sendiri akan menjadi salah satu pembicara.

Diskusi ini terbuka untuk umum, bagi masyarakat yang ingin bergabung silahkan masuk ke situs ini

https://us02web.zoom.us/j/84677361568?pwd=VHBVRS9EdVFiaEJsZUZuRmdweXR4UT09

Meeting ID: 846 7736 1568
Passcode: 209868

Jangan lupa “share loc” ya!

Comments

comments

No More Posts Available.

No more pages to load.