Oleh : Syarifuddin*
Berbagai krisis multidimensional yang sedang dialami oleh para generasi muda saat ini memang tidak hanya bisa dilihat dan diatasi dengan pendekatan monodimensional.
Namun demikian karena pangkal dari krisis tersebut adalah rendahnya moral akhlak manusia, maka pendidikan agama memiliki andil yang sangat besar dalam membangun akhlak manusia.
Selama ini, jika kita berbicara laboratorium, maka yang teringat adalah Laboratorium Mipa, sains, kimia, matenatika, atau laboratorium lainnya yang bersifat ilmu dunia.
Maka kali ini penulis mencoba menawarkan satu konsep pembelajaran melalui Laboratorium Agama, yang nantinya Laboratorium Agama ini juga bisa dimanfaatkan oleh semua kalangan umat muslim baik pelajar hingga orang tua untuk konsultasi masalah dasar dasar agama.
Laboratorium (disingkat lab) adalah tempat riset ilmiah, eksperimen, pengukuran ataupun pelatihan ilmiah dilakukan. Laboratorium biasanya dibuat untuk memungkinkan dilakukannya kegiatan-kegiatan tersebut secara terkendali (Anonim, 2007:).
Senada dengan pengertian di atas laboratorium adalah unit penunjang akademik berupa ruangan tertutup atau terbuka yang permanen atau bergerak, yang dikelola secara sistematis untuk kegiatan pengujian, pembelajaran, kalibrasi, dan atau produksi (dalam skala terbatas) menggunakan bahan dan peralatan berdasarkan metode keilmuan tertentu dalam rangka kegiatan pendidikan, penelitian, dan/atau pengabdian pada masyarakat (Peraturan Bersama Mendiknas dan Kepala BKN, 2010: 3).
Pada dasarnya Laboratorium Agama dapat berfungsi:
1. Sebagai tempat untuk belajar
mengembangkan diri dengan melatih keterampilan spriritual, intelektual, social dan pendewasaan sikap, pemahaman komprehensif terhadap ajaran agama Islam dan penanaman nilai-nilai akhlak mulia.
2. Sebagai tempat sharing keilmuan, diskusi, penelitian dan pemberi solusi problematika
umat Islam.
Berbekal pengalaman penulis yang pernah mengelola salah satu Laboratorium Agama di salah satu kampus di Yogyakarta, maka penulis berpendapat Masjid Ruhama Takengon dapat di kembangkan sebagai Laboratorium Agama percontohan.
Untuk selanjutnya bisa dikembangkan di masjid-masjid lain bahkan bisa masuk ke sekolah-sekolah.[SY]
* Penulis adalah Ketua harian Keluarga Alumni Yogyakarta (Kagayo), tinggal di Takengon Barat.