Oleh : Ilham*
Diabad ke 21 peran pemuda-pemudi sangatlah diharap dan butuhkan oleh bangsa ini. Terutama dalam menyiapkan Indonesia emas di tahun 2045, yang mana kita ketahui bersama bahwa musuh terbesar kita bukanlah Amerika dan sekutunya tapi sebenarnya musuh kita adalah kebodohan dan kemalasan.
Tidak ada satupun negara yang maju tanpa peran dari anak muda, Jepang contohnya. Mereka selalu berinovasi membangun kedigdayaan bangsanya dengan selalu mengedepankan budaya malu, malu karena tidak disiplin malu karena tidak jujur. Malu karena tidak memiliki etos kerja.
Bahkan di negara maju seperti Jepang apabila diketahui telah melakukan tindak korupsi maka mereka akan hara-kiri “bunuh diri” karena malu. Kita tidak menuntut hal seperti itu harus dilalukan sama persis di negara kita, tapi perlu kita ketahui sampai dimana sudah budaya malu yang pepatah kita katakan “peri berabun remalan bertungket” telah kita terapkan?
Kita tidak kekurangan orang pintar. Kita tidak kekurangan orang yang memiliki tubuh sehat. Kita tidak pula kekurangan ide. Tapi kita sangat kekurangan orang yang memiliki rasa malu.
Malu ketika bermalas malasan, malu ketika tidak jujur, malu ketika tidak bertanggung jawab.
Oleh sebab itu penulis dan kita semua berharap akankah pepatah Gayo menjadi kenyataan dimasa depan. Lisik cerdik bidik mutasik dirasa cukup untuk mengangkat nahma orang Gayo itu sendiri karena tanpa lisik “kerja keras” tidak akan terwujud suatu yang dipinta.
Tanpa cerdik “cerdas” tidak akan mampu membawa Sumber Daya Manusia (SDM) kita untuk dapat bersaing dikancah dunia. Tanpa bidik “kecepatan dan ketepatan” maka suatu target yang kita bersama inginkan tidak akan sesuai dengan rencana. Tanpa mutasik “kejujuran dan keyakinan” maka tidak ada yang namanya kemajuan yang selaras.
Menurut penelitian setiap manusia diberi kapasitas otak yang rata rata sama oleh Tuhan yang maha kuasa. Maka mulai sekarang mari kita pupuk bersama generasi bangsa ini sehingga akan terlahir banyak tauladan “role model” yang akan membawa generasi ini menjadi pemimpin kelas dunia.
Dengan selalu mengedepankan adat dan budaya, kita boleh saja menjadi bangsa yang maju ilmu pengetahuan dan teknologinya, kita boleh saja menjadi bangsa yang maju sumber daya alam dan manusianya. Tapi ingat tanpa adat dan budaya kemana hendak dicari jati diri dari sebuah bangsa.
Marilah beradat dan berbudaya yang baik sehingga kebodohan dan kemalasan akan kita kalahkan dan menjadi sebuah kekuatan yang terorganisir bagi generasi bangsa yang bekerja keras, beretika, cerdas dan berintegritas mulia. [SY]
* Wakil Ketua Gayo Youth Historical. Mahasiswa S1 Managemen Bisnis IBMT Surabaya, tinggal di Paya Jeget.