TAKENGON-LintasGAYO.co : Sabtu 16 April 2022, Dinas Sosial Aceh Tengah mengadakan seminar nasional sejarah dengan tajuk “Seminar Nasional Eksistensi Republik Indonesia di Tangan Mr. Syafruddin Prawira Negara ‘Takengon Kota Pusaka’ Berjuang Mengawal Kedaulatan RI di Tanoh Gayo” di hotel Park Side Petro Gayo, Takengon.
Seminar yang dimaksudkan untuk membuktikan bahwa Syafruddin Prawiranegara dalam kapasistasnya sebagai presiden Pemerintahan Darurat Republik Indonesia pernah berada di Gayo menjalankan pemerintahan sehingga otomatis menjadikan Takengon ibukota RI ini, menghadirkan narasumber sejarawan terkemuka Prof. Dr. H. Taufiq Abdullah, M.A yang merukapakan ketua LIPI 2000-2022, sejarawan UI Dr. Anhar Gonggong , M.A dan Prof. Dr. H. M. Dien Madjid, guru besar sejarah UIN Syarif Hidayatullah yang berasal dari Gayo.
Selain tiga sejarawan yang kredibilitasnya sudah diakui secara nasional dan internasional ini, panitia juga menghadirkan dua tokoh daerah sebagai narasumber, Ir. Tagore Abubakar dan Drs. Ibnu Hajar Lut Tawar.
Ada perbedaan kesimpulan mencolok dalam kesimpulan antara tiga profesor sejarawan di atas dengan dua narasumber asal Gayo.
Ketiga sejarawan yang dihadirkan panitia, semuanya bersepakat bahwa sampai saat ini tidak ada bukti valid kalau Syafruddin Prawiranegara pernah berada di Takengon.
Sementara kedua narasumber tokoh daerah ngotot kalau Syafruddin Prawiranegara pernah tinggal cukup lama di Gayo, bahkan Bius pernah jadi ibukota RI.
Ketika Ir. Tagore Abubakar tampil sebagai pembicara dan memaksa peserta seminar untuk mempercayai klaimnya, Prof. Dr. H. Taufiq Abdullah, M.A beberapa kali menimpali untuk membantah klaim Tagore.
Misalnya ketika Tagore mengaku sudah melakukan penelitian sejarah tentang keberadaan Syafruddin Prawiranegara (Tagore menyebutnya Syarifuddin : Red) di Gayo menggunakan metode ilmiah, Prof Taufiq Abdullah, yang duduk tepat di depannya menyahut “Belum” maksudnya belum menggunakan metode ilmiah.
Tagore yang tidak terima dengan celetukan Prof Taufiq Abdullah, membantah dengan mengatakan bahwa dirinya adalah penemu satu varietas kopi arabica Gayo dan pernah meneliti perkecambahan kemiri, yang artinya bahwa dirinya paham cara penelitian secara ilmiah.
Kemudian ketika, Tagore mengatakan bahwa klaimnya yang berdasarkan penuturan narasumbernya itu benar karena
tidak ada buku menyatakan Syafruddin Prawiranegara pernah ada di Gayo, Prof Taufiq Abdullah, kembali menyangkal dengan mengatajan ” (tidak ada tertulis di buku) karena tidak ada yang menyatakan.”
Tagore yang meradang kemudian mennyatakan pokoknya harus percaya, bahwa Syafruddin Prawiranegara pernah di Bius
Tapi meski ada sedikit friksi seperti ini, seminar ini berlangsung mulus sampai dibukanya sesi tanya jawab yang hampir tidak jadi dibuka.
Kericuhan ini berawal dari pertanyaan perwakilan LintasGAYO.co Win Wan Nur kepada Prof Taufiq Abdullah, tentang apa sebenarnya definisi sejarah, karena menurutnya di Gayo cerita orang asal lewat pun disebut sejarah, dia mengambil contoh klaim bahwa Philipina berasal dari kata Pelipenen dan Pedang Nabi Daud ada di Lut Tawar.
Kemudian dilanjutkan dengan komplain dari Ikmal Gopi yang mengikuti seminar melalui aplikasi Zoom Meeting, atas pernyataan Tagore soal sejarah Radio Rimba Raya.
Dua pertanyaan ini membuat Tagore meradang dan langsung menguasai mikrofon, pertanyaan yang tidak ditujukan kepadanya, melainkan kepada Prof Taufiq Abdullah, malah dia yang jawab, tanpa moderator bisa berbuat apa-apa.
Tagore juga melontarkan beberapa tuduhan dengan kata-kata kasar berbau rasisme kepada Ikmal Gopi yang dia sebut tidak berdarah Gayo dan punya misi mengecilkan sejarah Gayo.
Puncaknya ketika Tagore menantang semua orang sambil berucap “Soal sejarah, tanya sama saya, jangan dengarkan anjing yang mengggonggong di luar pagar”
Alhasil Anhar Gonggong yang berpartisipasi di seminar ini melalui zoom meeting yang direncanakan memberikan statement penutup akhirnya tak jadi menyampaikan pendapat.
Sementara di dalam ruangan, mendengar pernyataan Tagore itu, peserta mulai tidak nyaman dan kericuhanpun terjadi, Wisnu dari Laskar Merah Putih mengajak para aktivis yang hadir meninggalkan ruangan.
[Tim Redaksi]